Part 6

61 11 16
                                    

Tiati gumoh. Selamat membaca
Emm... Boleh pencet bintang?

Sorry for typo wankawan.

~~~~~

Sekarang, Hana dan Asahi tengah berada di salah satu cafe milik keluarga Asahi. Mereka berdua sedari tadi hanya diam. Mungkin masih canggung akibat insiden di taman belakang sekolah.

Seorang pelayan wanita menghampiri meja yang mereka duduki. Menyerahkan buku menu pada keduanya. Setelah selesai mendapatkan pesanan yang pelanggan mau, dia segera menyiapkannya. Tapi, sebelum pergi dia terseyum manis ke Asahi, yang membuat Hana menatapnya tajam.

Asahi yang melihat respon berlebihan Hana hanya terseyum tipis. Bisa rusak image-nya sebagai cool boy, kalau sampai dia tertawa di depan Hana. Tapi jujur, ekspresi Hana sangat lucu. Diam-diam dia mengeluarkan benda pipih dari celanya dan mengambil gambar Hana.

Hana kembali menormalkan tatapannya ketika pelayan wanita tadi sudah hilang di balik pintu. Berani-beraninya dia memberikan Asahi senyuman di saat dirinya ada? Apa dia tidak tahu seorang Hana? Tapi ... Tunggu. Memangnya Hana siapa Asahi?

"Mau ngomong apa, sih?" Hana jengah sendiri, sudah 10 menit merka di sini, namun Asahi belum juga mengatakan sepatah kata.

Asahi juga sebenarnya tidak tahu apa yang mau dia bicarakan. Dia sendiri bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba mengajak Hana pergi dengan alibi mau membicarakan sesuatu.

Hana masih menunggu Asahi untuk berbicara, namun nihil. Asahi tak kunjung membuka suara. Baiklah, sepertinya kesabaran Hana sedang di uji. Coba saja yang di hadapannya sekarang orang lain, sudah dipastikan Hana akan menghajarnya karena kesal.

"Kalau nggak ada yang mau dibicarain, gue mending pulang." Sebentar, 'gue?' aish! Mulut sialan. Hana menggerutu dalam diam. Bodoh.

"Maaf."

Hana yang awalnya sudah ingin pergi dari sana, mengurungkan niatnya setelah mendengar penuturan Asahi barusan.

Maaf?

Hana tidak salah dengar 'Kan?

"Ha?" tanya Hana memastikan bahwa pendengarannya masih berfungsi bagus.

"Maaf. Soal yang di taman belakang sekolah."

Hana 'tak dapat menyembunyikan senyumnya. "Iya, nggak apa-apa kok. 'Kan, udah biasa di tolak." Ucap Hana masih dengan senyum di wajahnya, membuat hati Asahi sedikit ... sakit? Ntah lah, tapi setelah mendengar ucapan Hana tadi, hati Asahi tiba-tiba menjadi sakit, seperti diterjang banyak pedang.

"Ini pesanannya." Hana baru saja akan membuka suara, namun tak jadi. Pembicaraannya di potong seorang pelayan. Untung saja yang mengantar pesanan mereka seorang pria, bukan wanita tadi.

Mereka berdua kembali di landa rasa canggung. Mereka bisa di bilang baru kali ini duduk berduaan hingga sampai setengah jam, karena dulu Asahi selalu saja menghindar dari Hana.

"Han, kok lo mau saingan secara sehat sama Aerii?" Asahi bertanya, tapi tidak menatap Hana, dia asik sendiri dengan benda tipis di tangannya, sesekali dia meminum pesanannya. Mungkin dia tidak sadar dengan pertanyaan yang dia lontarkan.

"Ntah, kayaknya kalau bersaing lebih adil?" Hana tidak yakin dengan jawabannya. "Mm, bersaing atau pun enggak, belum tentu aku bisa dapetin kamu."

Asahi mendongak, Hana sudah menyerah?

"Lo, yakin?" tanya Asahi masih belum puas dengan jawaban Hana sebelumnya.

"Sedikit." Cicit Hana.

Asahi My Mine! (AMM) [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang