23. Tragedi Ayam Bakar

807 83 4
                                    

"Jadinya kita bikin apa nih? Masak iya beli nasi bungkus lagi," Bisma kembali mengangkat topik pembahasan yang satu jam lalu tenggelam oleh pembahasan asal muasal tahu dan tempe.

"Bakar-bakar kayaknya enak," Usul Naya.

"Nah mantap, bakar apaan tapi?" Ucap Malik.

"Ikan, daging, ayam, atau B2 aja deh kalo B2 gue yang beli asal kalian semua makan dan meni-" Dimas belum sempat menyelesaikan ucapnya ketika wajahnya ditutupi bantal oleh Arya di sampinya.

"Astagfirullah, nih anak."

"Canda woy! Mana berani gue. Gue aja hampir gak pernah makan itu," Klarifikasi Dimas.

"Ayam aja deh, 2 ekor kayaknya cukup," Usul Naya.

"Boleh-boleh. Nasinya banyakin laper nih," Ucap Bayu.

"Bisa, yang belanja bahannya siapa??" Setelah Naya melontarkan pernyataan tersebut seisi ruangan tersebut kompak menatap Bisma dengan tatapan penuh harap.

"Ih apaan? Kok gue?"

"Kan elu spesialis lapangan Bis!"

"Huu Gonrong Doang, Beli ayam takut. Huuu"

"Apaan, gonrong sama beli ayam itu dua hal yang tgak ada sangkut pautnya," protes Bisma

"Yaudah sana buruan!"

"Bayu temenin dedek!" Pinta Bisma dengan kepala dimiringkan dan mata di kedip-kedipkan.

"Woii malu sama kumis!"

"Mandiri dong Bis," Ucap Bayu.

"Eh lu nyumbang paling dikit yaa ikut gak?"  Paksa Bisma.

"Ya iya dong, kan hemat pangkat kaya,"balas Bayu

Mendengar ucapan seperti itu dari orang lain mungkin saja Bayu akan merasa tersindir dan tidak enak hati. Berbeda jika hal itu di lontarkan oleh seorang diruangan tersebut, ia tak merasa tersindir sama sekali. Omongan temannya ia anggapnsebagai candaan semata.

"Manja banget sih!" Bayu bangkit dari posisinya.

"Jadi beli apa aja nih?" Bisma mengacungkan uang yang ia pegang.

Naya kemudian memdiktekan apa saja yang harus dibeli.

"Ok, lu ketik terus WA ke gue biar gak salah beli," Ucap Bisma.

"Kan tadi udah gue sebutin Bis!"

"Manusia itu tempatnya lupa Nay, bisa aja ntar gue beli ayam dua ekor, tapi ekornya doang," Ucap Bisma.

"Yee, itu lu nya aja yang gubluk!" Hardik Malik.

"Assalamualaikum beban keluarga!"  Suara itu menggema dari arah pintu masuk.

"Njir lu juga beban, kalau lu lupa!" Protes Bayu.

"Karena Feby datang paling akhir jadi dia kebagian tugas beres-beres dan cuci piring," Usul Arya yang langsung disepakati oleh teman-temannya.

"Nih anak ngapain?" Feby menunjuk Naya.

"Kenalin gue Chef Renaya, lu tau kan slogannya? Harta, Tahta, Renaya," Naya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Chef Renatta pas masih jual sayur," Timpal Malik.

"Nay, lu kapan balik?" Tanya Feby.

"Ya bentar lah. Males nginep gue."

"Maksud gue balik kampung," Feby memperjelas pertanyaannya.

"Oh itu, kayaknya besok deh."

"Cepet amat!" Komentar Malik.

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang