16. Isi hati Naya

919 99 0
                                    

Auditorium semakin ramai dengan peserta lomba line follower yang di dominasi pelajar SMK dan pendukungnya. Di pinggir ruangan berjejer stand-stand yang memerkan karya-karya inovatif para siswa menengah atas dengan tema teknologi masa depan yanh ramah lingkungan.

Lantai dua auditorium yang lebih mirip tribun dijadikan tempat games competition

Bagian luar auditorium juga tak kalah ramai stand-stand juga berjejer memamerkan robot-robot karya mahasiswa dari beberapa kampus yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selain stand robot juga terdapat stand makanan, minuman dan produk-produk sponsor.

Para pengunjung yang di dominasi pelajar dan mahasiswa tampak antusias menandatangi stand-stand yang tersedia baik di dalam maupun di luar auditorium.

Naya berdiri di stand panitia bagian luar  auditorium mengamati keramaian.

"WOI!" Malik tiba-tiba muncul di hadapannya. "Pubdok aman?"

"Aman dong!" Jawab Naya jumawa.

"Gimana foto gue? Keren gak hasilnya?"

"Sempat-sempatnya lu nanyain itu, bukannya pusingin ini acara!"

"Buat apa pusing kalo saudara-saudari gue yang tercinta dan saya banggakan bisa bekerja sebaik ini," Balas Malik sambil berkacak pinggang dan mengedarkan pandangannya.

"Sejauh ini aman?" Tanya Naya.

"Aman, cuma tadi sempat ada masalah sama sponsor yang gak sreg sama tempatnya. Padahal kemarin sudah cek tempat tapi protesnya baru sekarang."

"Terus?"

"Ya gitu deh, di bujukin dikit. Alhamdulillah sudah aman."

"Masih ingat makan gak lu?"

"Terakhir tadi subuh sama anak-anak, lu sendiri?" Malik balik bertanya.

"Sebelum pembukaan tadi gue sempet curi waktu buat makan."

"Sekarang sudah mau sore. Ke tempat konsumsi yuk, ntar lu makin kurus jadi ngeri buay ngejitak," ajak Malik.

"Yaudah ayo!"

Merekan pun berjalan kedalam auditorium menuju salah satu ruangan yang merupakan tempat divisi konsumsi.

"Anak-anak lo udah pada makan?" Anak-anak yang dimaksud oleh Malik disini adalah anggota divisi yang dikoordinatori oleh Naya.

"Sudah."

"Kalo anggota lu sudah makan lu harusnya makan juga. Kan gak lucu kalo tiba-tiba lu pingsan terus ngerusak itu kamera," Malik menunjuk kamera yang dikalungkan Naya di lehernya.

"Lo lebih ngehawatirin kamera dibanding gue?" Naya mencubit lengan Malik.

"Aw! Kebiasaan deh Nay. Yaiyalah itu kamera kan tanggung jawab panitia," Malik mengusap-usap lengannya.

"Harusnya lo itu sudah kebal sama cubitan refleks gue," Ucap Naya.

"Kebal kebal, kalau lo nyubitnya biasa aja gue bakalan kebal. Lah ini? Lo cuma ngambil dagingnya dikit terus di jepit pake ujung kuku. Gimana mau kebal coba?"

"Lo harusnya antisipasi dong!"

"Harusnya lo yang ngasih sinyal!"

"Elah nih bocah berdua ribut mulu!" Dimas muncul entah dari mana.

"Dimaas belain gue!" Rengek Naya.

"Ribut lo, buruan masuk gih. Buang-buang waktu lu pada!" Omel Dimas ketika mereka tiba di depan pintu ruang konsumsi.

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang