18. Perkara Gebetan

878 89 0
                                    

Lobi Fakultas Teknik seperti biasa selalu ramai dengan mahasiswa teknik. Lobi fakultas adalah salah satu destinasi ngemper alias nongkrong favorit mahasiswa se fakulya teknik. Tempat ini bisa dijadikan tempat numpang cas, mengerjakan tugas, tidur, sekedar duduk dan bertukar cerita tak peduli lalang orang yang lewat. Tempat yang sebelas duabelas mirip denga kosan.

Hari ini penghuni lobi fakultas terbagi menjadi dua kelompok besar, yang pertama ada anak Teknik Sipil yang mengerjakan tugas entah apa dan ada Teknik Elektro yang sibuk menulis laporan.





(Kira-kira suasananya kayakndi atas, tapi lebih rame)

Di kelompok Teknik Elektro tentu saja ada Naya yang tengah sibuk menulis laporan dengan laporan temannya sebagai referensi (baca: contekan).

Kemarin mereka terlalu sibuk dengan persiapa ELEV sehingga tidak sempat menyelesaikan laporan, setelah ELEV seleai mereka sibuk istirahat dan hasilnya mereka harus bekerja ekstra pada detik-detik terakhir sebelum asistensi laporan.

Naya menguap dan wajahnya langsung diusap oleh Malik.

"Malik Bego!" Seperti biasa Naya refleks meukul kepala Malik dengan pulpen di tangannya.

"Kalo nguap itu mulut ditutupin. Biar lalat gak pada ikut masuk," Malik balik memukul kepala Naya dengan pulpen.

"Yang tadi kelepasan," Jawab Naya sambil mengusap kepalanya.

"Jaim dikit kek jadi cewek."

"Ngapain jaim-jaim disini. Gak ada yang bisa digebet," Balas Naya.

Dimas yang tak jauh di sana mendrngar ucapan Naya.

"Idiih kayak ada aja yang mau digebet sama pelaku tindak kekerasan kayak elu berdua," Ucap Dimas kepada Naya dan Feby.

"Eh dari tadi gue diam ya di sini, gak pernah buka mulut apalagi buka suara," Feby meremas sebuah kertas korban salah tulis dan melemparkannya ke arah Dimas.

"Mamam tuh gebetan!"

Hal-hal seperti ini selalu saja menjadi hambatan dalam mebgejar deadline mereka. Memperdebatkan hal kecil kemudian membesar-besarkannya.

"Mana ada yang mau ngegebet kalian kalo barbar kayak gitu," Ucap Malik.

"Bodo!" Naya melanjutkan menulis.

"Nay bagi kertas dong!" Pinta Feby sambil mengambil beberapa kertas dalam tas Naya.

"Bayar yaa!" Balas Naya.

"Sejak kapan lo jadi Bayu?"

"Emang gue kenapa?" Bayu menyahut.

"Mahasiswa dengan jiwa enterpreneur yang tinggi," Jawab Feby.

"Alian apa-apa mesti dibayar, niti fotokopi dibayar lebih, nitip print modul dibayar lebih!" Bisma menjelaskan.

"Itu namanya cara bertahan hidup Bismalam," balas Bayu.

"Iyain biar cepet."

"Gunting gue kemana?" Naya mengaduk-aduk isi tasnya.

"Ini!" Sahut Dimas yang duduk di depan Naya. "Tangkap!" Dimas kemudian melemparkan gunting ke arah Naya.

Tangan Naya masih berada di dalam tas sehingga ia agak kesulitan mengangkat tangannya. Ia pikir gunting itu akan menancap tepat di jidatnya.

Feby heboh berteriak, teman-temannya yang lain refleks berbalik ke arah Naya. Bak di film-film gunying itu seolah terbang dengan gerakan lambat.

"Gunting benda tajam loh Dim, bisa nancap di muka orang," Ucap Malik sesaat setelah menangkap gunting terbang tersebut.

"Sorry, reflek tadi. Keingat tipe-x," Dimas menangkupkan tangannya di depan dada.

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang