Naya masih menatap sebungkus makanan yang masih teronggok di atas meja, ia masih menimbang-nimbang akan memakannya atau tidak.
Dari baunya Naya sudah bisa menebak bahwa isi bungkusan tersebut adalah Nasi Goreng Merah. Naya beberapa kali mengunjungi warung tersebut bersama Malik, pertama kali berkunjung seingat Naya adalah jam satu pagi sepulang dari kampus setelah responsi praktikum.
Waktu itu adalah satu momen yang di rekam Naya baik-baik, menyusuri jalan protokol di tengah malam dengan kendaraan yang mulai sepi ternyata semenyenangkan itu.
"Gue pengen baek-bekin lu kali ini, biar dosa-dosa gue ke elu terhapus dikit," demikianlah kalimat Malik malam itu, sesaat sebelum ban motornya kempes dan harus berkeliling mencari bengkel yang masih buka.
Saat itu Naya hendak turun dan berjalan kaki saja, tapi Malik bilang berbahaya jalan kaki tengah malam, makanya ia tetap mengendarai motornya dengan resiko kerusakan yang lebih parah pada area Ban.
Dari sanalah Naya sadar bahwa Malik tidaklah semenyebalkan yang ia catat di dalam otaknya. Mulai saat itulah ia mulai melihat Malik dari sisi yang berbeda, bukan Malik menyebalkan yang kerap kali menarik peniti yang ditancapkan Naya di jilbab Naya tepat diatas ikatan rambutnya.
Menurut Malik peniti itu mirip dengan paku kuntilanak, ketika peniti itu dicabut Naya yang semula baik-baik saja akan menjelma menjadi sosok yang menyeramkan.
Lamunan Naya buyar ketika perutnya berbunyi tanpa izin, ia memang tidak makan sebelum ke rumah Malik. Awalnya rencana mereka adalah makan bersama di Rumah Malik seperti biasa, namun karena kebodohannya ia malah mengacaukan rencana tersebut.
"Gak makan tapi sayang, udah laper juga. Kalo dimakan entar Malik tambah geer. Tapi, Malik maba tau gue makan atau enggak?!" Naya mulai menimbang-nimbang akan memakannya atau tidak.
5 detik...
10 detik...
17 detik...Bungkusan itu seakan melambai-lambai kepada Naya, meminta tolong untuk segera dilahap dengan mengirim sinyal berupa bau sedap yang bersahabat dengan hidung dan membuat suara didalam perut lebih nyaring dari sebelumnya.
"Bodoh amat! Gue lapar!" Naya meraih bungkusan tersebut dan segera membukanya. Benar saja isinya sesuai ekspektasinya Nasi Goreng Merah dengan sedikit ayam suir, timun, sayur dan telur dadar yang gurih tidak ketinggalan kerupuk udang yang membuat Naya semakin tidak sabar untuk segera melahapnya.
***
S
epulang dari kosan Naya, Malik di sambut oleh Bisma, Dimas, Arya dan Bayu yang masih berdiam diri di rumah Malik.
"Kan jadi ribet kalo udah pake perasaan," Gerutu Bisma.
"Namanya juga hati Bis, bahkan pemiliknya sendiri pun kadang gak paham sama hatinya sendiri," Ujar Dimas.
"Mal, jadi sekarang gimana?"
Malik duduk di lantai dan bersandar di sofa.
"Gue bego banget ya tadi?" Ucapnya Polos.
"Ya iyalah! Pake nanya!" Bisma gemas sendiri.
"Sebenarnya gue udah pernah ngomong suka ke Naya," ucap Malik pelan.
Arya dan Bayu yang tadinya sibuk dengan ponsel masing-masing perlahan mendekati Malik. Bisma masih menganga dan Dimas masih mencerna ucapan Malik.
"Ha? Gimana-gimana??"
"Udah bebera kali malah, mulai dari kode-kode langsung bahkan sampai yang menjurus gak di tanggepin sama dia," Jujur Malik.
"Lo goblok sih Mal! Pake kode-kodean cewek itu butuh yang jelas!" Ucap Dimas.
"Gue udah ngomong yang jelas, tapi kayaknya dia gak nyadar dan malah ngira dirinya ngayal," Ungkap Malik.
"Gimana ceritanya?" Tagih Arya.
"Kalian inget pas acar bakar-bakar sebelum libur semester?"
"Yang pas tangan Naya kena api?"
Malik mengangguk. "Gue udah ngomong yang sejelas-jelasnya gue tinggal bentar eh anaknya malah ngelamun dan gue denger dia bilang kalo dia cuma ngayal. Gila gak?"
"Bentar, kok lo bisa sih naksir sama Naya??" Bisma menodongkan pertanyaan yang sedari ada di benaknya.
"Gak tau juga, bahkan dengan mudahnya gue ganti jurusan di formulir gue pas tau kalo dia itu ngambil Elektro padahal awalnya mau ngambil sipil."
"Gila, udah hampir tiga tahun berarti!"
"Udah tiga tahun juga gue nahan-nahan gak kelepasan kalo ada senior atau cowok lain deketin Naya. Bahkan nih ya dia pernah naksir senior cerita ke gue! Bayangin perasaan gue gimana?!" Curhat Malik.
"Pantesan rajin banget jadi tukang ojeknya Naya, ngakunya kewajiban sodara taunya ada udang dibalik batu!" Sindir Dimas.
"Ya maksudnya biar dia nyaman, terus bergantung sama gue,"
"Terus maksud lo apa bercanda kayak tadi ha?" Todong Bisma.
"Gue kira Naya gak nyaman. Padahal awalnya gue serius sumpah! Tapi pas liat dia gelisah gue pikir dia masih gak bisa nerima cowok. Makanya gue alihin, kirain dia bakalan balikin kata-kata gue kayak biasanya."
"Gue masih gak nyangka loh Mal, lo sama Naya... Bahkan sejak naksir sejak maba," Dimas masih tercengang dengan ungkapan Malik.
"Namanya juga cinta Dim,"Bayu menanggapi.
"Emang ada masalah apa Naya sama cowok?"
"Kayaknya Naya sekarang benci sama gue deh," bukannya menanggapi pertanyaan teman-temannya Malik malah memikirkan nasibnya.
"Dia gak benci, tapi kecewa Mal. Kayaknya tadi dia berharap lo serius makanya dia nangis pas lo berlagak cuma bercanda," Arya memberikan penilainnya.
"Bener banget, artinya dia ngarep sama elo Mal. Tapi lo goblok malah bercanda!" Ucap Bisma.
"Kalo gitu bantuin gue minta maaf.'
"Ogah! Berjuang sendiri!" Tolak Bisma.
"Gonrong doang! Minta maaf ke cewek ditemenin!" Ledek Bayu.
"Mending kalian bubar dulu deh, gur mau bertapa cari solusi," Usir Malik.
"Si kampret! Jam segini lagi macet-macetnya. Kalo mau bertapa masuk kamar aja. Anggap kami gak ada!" Bisma sebal.
"Sekarang ini waktunya elo buat berjuang Mal, kalo lo beneran suka Naya. Kejar sampai dapat!" Arya memotivasi.
"Pas tamat SMA gue di ceramahin Bokap gara-gara sering ngabisin duit buat ngebucin, dari sana gue berprinsip gak mau pacaran dulu kalo masih gak punya apa-apa. Kalo perlu langsung nikahin sekalian biar gak numpuk dosa,"Ucap Malik.
Ke empat temannya bertepuk tangan sembari menggeleng-gelengkan kepala.
"Papah bangga nak. Kamu sudah dewasa!" Bisma bergerak hendak memeluk malik namun langsung disambut dorongan. "Jijik tau gak!"
"Terus sekarang kelanjutannya gimana?" Tanya Arya.
"Nah itu dia! Gue masih gak punya apa-apa tapi takut aja tiba-tiba ada yang nikung, apalagi status kami sodara kalo kata senior teknik pas kita maba."
"Tapi nanti bakalan canggung gak sih? Apalagi nih ya misal kalian jadian, terus lagi ribut dan ngumpul bareng."
"Elah cinta-cintaan sesirkel bikir ribet!"
"Ya mau gimana lagi, namanya juga hati. Gak butuh izin pemiliknya buat tentuin pilihannya."
"Jadi gue harus gimana?" Lirih Malik.
"Tanya diri lo sendiri deh! Lo maunya gimana?"
***
Ada yang punya saran buat Malkis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia kampus Naya [Tamat]
Teen FictionGimana rasanya naksir teman satu sircle pas kuliah?