14. Pamrih

960 88 0
                                    

Saat ini Naya sedang berada di salah satu ruangan dalam auditorium kampusnya. Ruangan itu merupakan ruang khusus untuk divisi pubdok untuk menyimpan keperluan seperti kamera, laptop dan lain-lain.

"Laper, Makan yuk Nay!" Ajak Gilbert.

"Ayok, kemana?"

"Bu Ani kayaknya pas nih."

"Jam segini pasti rame, yakin deh."

"Emang lu pernah liat warungnya Bu Ani sepi?

"Tapi yang jaga barang disini siapa? Jihan sama Denis belum balik," Ucap Naya.

"Mereka kemana emang?"

"Tadi ijin Makan."

Di saat yang bersamaan pintu terbuka, seorang cowok dengan tas berisi kamera yang di sampirkan di pundak memasuki ruangan tersebut diikuti oleh cowok lain yang membawa tripod.

"Pas banget ada Raihan."

"Pas apaan?" Tanya Raihan bingung.

"Pas ada elu lah, kan gue sama Naya mau makan tapi gak ada yang jaga barang," Jelas Gilbert.

"Eh lu pikir setelah hampir seharian ngerekam preparenya anak-anak gue gak lapar?"

"Gak usah ribut deh! Mending kalian berdua makan duluan!" Perintah Naya.

"Loh tadi katanya lu laper juga?"

"Biar saya saja kak yang jaga," Ucap cowok yang tadi membawa tripod.

"Nah! Adek yang baik emang," Puji Naya.

"Tapi bungkusin kak," lanjut cowik itu nyengir.

"Aman! Tapi awas kalo ada yang ilang lu juga bakal gue ilangin. Kalo ada yang mau nitip nge cas HP habis di colokin langsuh suruh keluar," Pesan Naya.

"Siap kak!" Balas cowok itu.

Naya,Gilbert dan Raihan keluar ruangan yang terhubung langusng dengan lantai dasar aula tersebut.

"Kalian mau kemana?"
Malik yang awalnya duduk di salah satu kursi langsung berdiri dan menghampiri temannya.

"Makan," Jawab Naya.

Dimas juga ada di sana, sedang sibuk mengatur letak kursi.

"Makan yuk Dim," Ajak Malik.

"Masih kenyang gue, kalian duluan aja,"Jawabnya. "Yaelah! Kan tadi gue udah bilang kursi beginian gak usah taro di depan. Di depan pake sofa ntar," Dimas menegur salah panitia yang membantunya mengatur letak kursi.

Nasi kuning Bu Ani memang tidak pernah sepi dari mahasiswa-mahasiswa dan anak kost yang ingin berhemat. Cukup membayar lima sampai sepuluh ribu rupiah satu porsi nasi kuning yang kadang tidak bisa Naya habiskan dapat diperoleh.

"Nay, kalo lu gak sanggup bilang ya ntar gue bantu," Ucap Gilbert.

"Gue aja Nay. Gue harus punya banyak tenaga buat ELEV. Gue kan ketua panitia," sambar Malik.

"Diih najis bawa-bawa jabatan," Raihan bersuara.

"Eh kali ini gue laper ya pake banget! Gue bisa abisin makanan sendiri. Makasih!"

Gilbert menyuap makanannya. "Namanya juga usaha."

"Eh elu kan tukang jual vector di microstock, duitnya dollar. Tapi pengen nambah nasi kuning aja nunggu sisaan orang," Sindir Malik.

"Gue belum satu minggu ya jualan vector, belum ada yang download juga. Noh si Hansip fotonya banyak yang download, bentar lagi naik haji."

"Loh kok gue? Perasaan dari tadi gue diem-diem aja deh," Protes Raihan.

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang