24. Naya dan Angan-Angan

757 82 9
                                    

"Lo kenapa Nay?? Ngelamun jorok ya?" Pertanyaan Malik itu ia lontarkan ketika duduk di dekat Naya dengan kotak P3K di tangannya.

"Eeh!" Naya tersentak dan kembali ke dunia nyata, ternyata yang tadi itu hayalannya saja. "Siapa juga ngelaman jorok? Emang gue elo?!" Sanggah Naya.

"Nih lu bisa beresin sendiri kan?" Malik menyidorkan kotak P3K itu ke Naya.

"Bisa, siniin," Naya menarik kotak P3K dari hadapan Malik.

"Yaudah gue keluar dulu, Jangan nangis! Gue lagi gak ada permen," Malik melangkah meninggal Naya.

Naya menatap punggung Malik yang perlahan menjauh dan hilang di palik pintu. Sial! Bisa-bisanya ia menghayal Malik ternyata menyukainya, Malik akan tertawa terpingkal-pimgkal sampai meneteskan air mata kalo dia tau Naya menghayalkan Malik yang memintanya menunggu sukses.

Ia teringat saat maba dulu, ia sangat bahagia melihat Malik tertidur di Aula Fakultas saat menjadi panitia Inaugurasi jurusannya. Ia dengan sigap mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kemudia membuka aplikasi kamera yang membuatnya sedikit kaget karena menampilkan mukanya di layar. Ia kemudian mengarahkan ponselnya untuk menggunakan kamera belakang dan mulai memotret Malik.

Tak di sangka- sangka Malik tiba-tiba membuka Mata dan berteriak sehingga membuat Naya mundur dan membiarkan ponselnya jatuh saking kagetnya. Hal itu membuat Malik tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan Airmatanya.

Ah sial! Bisa-bisanya ia berharap sama Malik? Bisa-bisanya ia dengan lancang membayangkan masa depan bersama makhluk astral satu itu?! DAN BISA-BISANYA IA MEMIKIRKAN TEMA APA YANG AKAN MEREKA USUNG JIKA MENIKAH NANTI?!

"Dasar Naya bego! Waras Naya!! Ini dunia nyata! Aaakkhh," Dengan bodohnya ia memperingati dirinya sendiri sambil menekan nekan kapas beralkohol ke lukanya.

Naya masih menerka-nerka apa Malik sebenarnya diam-diam menyukainya atau memang hanya menganggapnya saudara? Karena semua anak Teknik itu bersaudara!

Setelah membersihkan lukanya dan mengileskan salep Naya keluar dan bergabung bersama teman-temannya yang lain.

"Wah Naya udah sembuh!" Sambut Bisma.

"Eh eh geser-geser, sisain tempat yang luas. Entar kegores lagi," Dimas mulai mengisyaratkan pada teman-temannya untuk mengosongkan bagian tengah tempat duduknya.

"Jangan disitu dong Dimsum, dekat api kasihan."

"Diam gak lo pada? Gaknpernah disuapin ayam bakar sama arang-arangnya??" Ancam Naya mengambil posisi duduk disamping Feby.

"Mal! Ngapain sih lo obatin? Kumat kan dia?" Protes Bisma.

"Kasihan, kalo nangis dieminnya susah!," Jawab Malik.

"Hashtag Naya kuat, Naya bangkit!" Tambah Feby.

Pikiran Naya terfokus pada satu  dari lima kata yang baru saja diucapkan Malik 'Kasihan' sekarang ia tahu posisinya. Rasanya tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal di dadanya.

"Ya iya dong! Kalo gue nangis ditenanginnya mesti pake emas berlian!" Seloroh Naya menanggapi teman-temannya.

"Gaya! Ada yang ngasih permen sebiji aja syukur!" Bayu yang tengah mengipas-ngipas ayam bakar di depannya ikut berkomentar.

"Sebenernya yaa cewek itu gak perlu barang-barang kalo nangis, cukup diam, dengerin dan tenangin, iya kan Nay?" Feby meminta persetujuan Naya.

"Betul banget!"

Naya jadi teringat ia beberapa kali dipergoki Malik sedang menangis, Malik hanya akan bertanya kenapa dan menunggu Naya selesai bercerita kemudian mengucapkan kalimat-kalimat nyeleneh seperti ingus Naya airmata Naya yang menyamar menjadi ingus.

Dunia kampus Naya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang