(Pastikan sudah membaca Bab sebelumnya)
Setelah melakukan wawancara kerja di rumah mewah Mew Suppasit, kemudian Gulf pulang ke rumahnya.
Didalam pikiran Gulf masih terbayang betapa besar dan mewahnya rumah Mew. Namun saat ia pulang, Gulf kembali pada kehidupannya. Menempati rumah sewaan yang berukuran sangat kecil dan sederhana.
Sesampainya didalam rumah, Gulf melihat adiknya yaitu Bright, yang sedang mengerjakan PR sambil duduk di lantai. Bright masih mengenakan seragam SMA dan belum ganti baju.
Gulf : "Nong Bright? Sudah pulang?"
Bright : "Iya, Phi Gulf."
Gulf menuangkan air mineral kedalam gelas dan meminumnya. "Bright, ada makanan nggak? Aku lapar."
Bright : "Maaf, Phi Gulf. Roti sisa kemarin sudah kuhabiskan semua. Gimana dong?"
Gulf hanya pasrah meski menahan lapar. "Enggak apa-apa. Mudah-mudahan besok pagi aku punya makanan untuk sarapan."
Gulf lalu memasuki kamar mandi. Usai buang air, Gulf menyalakan keran dan hendak mandi. Sayangnya, air sama sekali tidak mengalir dari keran itu.
Gulf lalu keluar dari kamar mandi. "Bright, kenapa air enggak nyala?"
Bright : "Kata pemilik rumah, air dimatikan sementara sampai kita mampu membayar sewa rumah. Phi Gulf, kita sudah menunggak selama enam bulan, lho."
"AH BANGS*T!!" Gulf membanting benda didekatnya karena kesal, hingga membuat Bright kaget. Dengan geram, Gulf menuju sudut ruangan. Dimana terdapat jendela dan dua buah bangku didekatnya.
Gulf duduk dekat jendela sambil merokok, demi menenangkan dirinya. Apes bener dia hari ini. Mau mendapatkan bantuan sosial tapi susah, lapar tapi enggak ada makanan, mau mandi enggak ada air. Entah sampai kapan kesulitan hidupnya berakhir.
Perlahan, Bright mendekati Gulf, lalu duduk di depannya. "Phi Gulf, aku mau ngomong sesuatu."
Gulf : "Ada apa, Bright?"
Bright : "Gimana kalau aku nggak usah sekolah aja? Biaya sekolah malah menambah pengeluaran kita. Lebih baik aku kerja biar dapat uang."
Gulf menatap Bright penuh kasih sayang, lalu membelai rambut adiknya itu. "Enggak apa-apa, Bright. Kamu harus sekolah, walau gimanapun keadaan kita. Aku ingin kamu jadi orang yang sukses. Jangan seperti kakakmu ini. Oiya, maaf ya tadi aku bersikap kasar."
Bright : "Enggak apa-apa. Aku tau kok, Phi Gulf enggak marah sama aku. Tapi marah sama keadaan, kan?"
Gulf tersenyum, lalu memeluk erat adiknya itu. "Sekali lagi, aku minta maaf."
Gulf lalu teringat sesuatu. Ia melepas pelukan, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Yaitu sebuah hiasan meja berbentuk telur hias yang berlapis emas.
Bright takjub melihat benda mewah itu. "Apa itu, Phi?"
Gulf : "Barusan aku mencurinya dari rumah orang kaya. Aku harus menjualnya kemana, ya? Toko perhiasan atau toko barang antik?"
*****
Sementara itu didalam kamar mewah Mew Suppasit.
Mew hanya bisa duduk bersandar di ranjang mewahnya. Terdapat kursi roda di dekat ranjang. Kedua kaki Mew sama sekali tidak bisa digerakkan.
Mew memandangi beberapa foto dirinya, demi mengenang masa-masa indah saat tubuhnya masih normal.
Ini foto beberapa bulan lalu, saat Mew masih bisa berenang.
Sedangkan ini salah satu foto untuk feed instagram nya. Memamerkan tubuh gagahnya kepada dunia.
Tapi semua kenangan indah itu sudah berlalu. Kini, untuk berjalan pun Mew tidak bisa. Akibat musibah yang terjadi satu bulan sebelumnya.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Mew : Season 2
FanfictionGulf Kanawut bahagia ketika dirinya lolos casting untuk drama berjudul 'Tharntype' dan mendapatkan peran utama. Sayangnya, musibah menimpanya disaat yang sama. Hingga ia harus berhutang miliaran rupiah. Beruntung, Mew Suppasit bersedia membantu nya...