Part 22 (Perubahan fisik)

448 40 9
                                    

Karena tinggal serumah, otomatis  Alan akan memberikan tumpangan untuk ara. Ya, Ara masih menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa. Entah sampai kapan, yang jelas dia tidak mau berhenti sekolah sebelum dinyatakan lulus. Sebisa mungkin perempuan itu akan menyembunyikan perutnya yang mulai membuncit, agar terlihat seperti murid-murid lain.

Sedikit demi sedikit Ara mulai merasakan perubahan pada tubuhnya. Dua hari yang lalu dia sengaja datang ke UKS untuk menimbang berat badannya. Kandungan yang belum menginjak usia 2 bulan saja sudah menyumbang berat di tubuh Ara menjadi 1 kilo. Gimana kalau nanti kandungannya masuk 9 bulan?.

"Sudah sampai nyonya. Silahkan turun." ucap Alan menyadarkan lamunan Ara. Tanpa harus di perintah dua kali, Ara langsung turun dari motor Alan.

Melepas helm, kemudian menyerahkan helm tersebut pada Alan. Tanpa mengucap sepatah kata, perempuan itu sudah mendahului Alan. "Emang gak tau diri tu cewek." sambil mengamati kepergian Ara. Parkiran yang masih sepi membuatnya bebas memaki Ara.

Setelah perempuan itu benar-benar hilang dari jangkauan, Alan mulai berjalan menuju ruang kelas. Belum sampai di koridor 12 IPA, langkahnya terhenti karena seseorang memanggil namanya.

"Alann."

Suara yang tidak asing lagi di telinganya. Alan menoleh, mendapati Kesya berdiri tegap dengan senyum lebar.

Kesya, teman satu kelas Alan yang memiliki sifat sebelas dua belas dengan Yumna. Entah kenapa akhir-akhir ini Kesya sering meneror Alan dengan mengirimkan pesan-pesan yang menurutnya terlalu menjijikkan.

Tak mau buang-buang waktu, Kesya segera menghampiri Alan.

"Lan, makasih banget ya. Waktu itu lo udah bantuin gue." ujar Kesya semangat. "Coba gak ada lo, palingan gue gak bisa pulang."

Kedua iris Alan menyipit, mengingat kejadian yang tidak dia ingat sama sekali. Apa perempuan ini sedang mengarang cerita?.

"Bantuin apa Sya?" masih dengan raut bingung.

"Astaga haha," sembari menabok lengan Alan, biar terlihat akrap dengan cowok di depannya.

"Paan sih ni cewek. Sokab banget dah." batin Alan. Sebenarnya sudah hampir tiga tahun sekelas dengan Kesya, tetapi Alan jarang bercengkrama atau bahkan saling sapa dengan perempuan satu ini. Biasanya juga sibuk dengan cowok-cowok di luar sana. Kenapa sekarang malah terkesan menempeli Alan?

"Itu. Pas lo kasih gue tumpangan sampe depan rumah." lalu tersenyum lagi. "Makasih banget ya."

Alan kembali mengingat, "oh. Itu, iya gak papa santai aja. Gue iklas, jadi lo gak perlu bilang makasih lagi." padahal waktu itu Alan tidak ada niatan memberi tumpangan untuk Kesya, tapi karena melihat Kesya menangis di depan minimarket sambil menenteng barang bawaan, membuat Alan sedikit, iya sedikit iba.

Kesya mengangguk-angguk. "Eh, btw itu tadi tetangga kelas kita kan?. Lo gak pacaran kan sama dia?. Enggak kan Lan?. Engga kan?."

"Bukan pacar tapi istri gue." dua detik kemudian, mampus Alan keceplosan.

"Ha?. Maksud lo?"

Alan berusaha santai, slow, slow jangan sampai dia terlihat panik. "Hahah." Alan tertawa. "Polos banget sih lo. Di bohongin aja langsung percaya."

"Iss. Bisa aja dehh bercandanya." sambil memukul lengan Alan lagi.

"Kita mau ngobrol terus?. Nyampe pulang sekolah?"

Kesya menilik jam tangannya. "Astaga udah mau masuk. Buruan yuk, kita ke kelas bareng."

"Sumpah ni cewek pengen gue gantung biar bisa diem." batin Alan. Lalu berjalan beriringan dengan Kesya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang