Part 19 (Melamar)

310 26 1
                                    

Halo gais. Seneng banget bisa nyapa kalian.

Sebelumnya jan lupa vote dan komen

Tingkyu

Selamat membaca

_____________

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada 2 ac di ruangan ini, tapi tetap saja suhunya masih terasa panas. Karena apa? Ya, karen kedua ac tersebut memang tidak berfungsi dan masih dalam proses perbaikan.

"Jadi kalian tidak mau ngaku juga?"

Ondi membuang nafas panjang.

"Ya itu tadi Bu. Tbtb dia mukul saya dari belakang." kata Ondi sambil menunjuk seseorang di sampingnya.

"Udah di bilang kalo ngomong jangan di singkat-singkat. Ibu gak paham!" Bu Lastri sampai pusing mendengar penjelasan Ondi. Entah kenapa, akhir-akhir ini cowok itu suka menyingkat kata-kata yang sedang dia ucapkan.

Ondi berdecak. "Saya udah capek Bu. Makannya di singkat-singkat biar irit tenaga."

Bu Lastri mendelik. "Asal kamu tau ya, ibu juga udah capek ngomong sama kalian yang dari tadi cuma muter-muter doang gak ada kejelasan."

Alan menguap. "Ah, emang susah ngomong sama Bu Lastri. Biasanya juga best prend. Tapi giliran gue ada salah gk mau kasih gue cepet bebas. " batinnya.

"Jadi gini Bu. Gak tau kenapa, saya gak suka liat Ondi ngobrol sama orang lain. Nah karena emosi jadilah saya langsung pukul Ondi." oke, tidak mungkin Alan mengatakan yang sebenarnya.

Bu Lastri menggaruk kepala frustasi. Sampai-sampai jilbab instan yang beliau pakai miring kesana kemari.

"Alan, Ibu tau kamu bohong. Tidak mungkin cuma gak suka liat Ondi ngobrol sama orang lain kamu jadi mukulin dia."

"Kalau ibu gak percaya ya sudah. Soalnya cuma itu yang bisa saya jelasin ke ibu." kata Alan.

"Kenapa kalian gak mau ngaku juga to yooo? Apa karena cuma ibu yang di sini? Jadi kalian gak takut bakal di hukum?"

Bersamaan mereka menggeleng. Padahal dalam hati mengangguk.

Karena Pak Gungun rekan kerja Bu Lastri sedang ada acara, alhasil hanya Bu Lastri yang menangani masalah ini. Sedangkan Pak Kepala sekolah, beliau sedang beranda di perjalanan menuju SMA Erlangga.

"Baiklah karena tidak mau jujur, ibu akan panggil orang tua kalian kesini."

Alan kaget bukan main. Masalah satu belum selesai, jangan sampai masalah lain membuat papa makin marah dengannya. "Jangan bu. Plis jangan panggil bapak saya ke sini." ucap Alan memohon.

"Lah kalian gak mau ngaku, ya ibu berhak panggil orang tua kalian."

Ondi berdehem. "Ehm. Jadi gini Bu," men-jeda kalimatnya sambil melirik Alan.

Alan membalas tatapan tajam untuk Ondi. Jangan sampai Ondi mengatakan yang sebenarnya. Jika itu terjadi pasti ujung-ujungnya dia akan dituntut menceritakan kejadian di dalam gudang laknat itu.

"Tapi, tolong jangan panggil orang tua kami ya." pinta Ondi kemudian langsung diangguki Bu Lastri.

Jantung Alan berdesir, menunggu sesuatu yang akan Ondi katakan kepada guru BK di depan mereka.

"Jadi kemarin saya pinjem uangnya Alan. Tapi karena saya belum bisa balikin uang itu, jadi Alan marah sama saya."

Alan menghembuskan nafas lega. Kemudian melirik Ondi. "Apa benar obat itu cuma bahan bercandaan?. Ah, tapi bercanda dia udah keterlaluan." batin Alan sambil mengamati Ondi.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang