Part 5 (Tumpangan)

335 35 2
                                    

Sejak kecil Ara sangat membenci sikat kloset. Apabila dia diberi pilihan maka Ara akan memilih sikat sapi daripada sikat kloset. Memegang sikat dan membersihkan kloset membuat Ara mengingat wujud kotoran manusia.

Ara mati matian menahan gejolak di perutnya ketika menyikat kloset berkerak setebal 2cm.

"Jijik banget."

Tak ketinggalan, bau khas kamar mandi umum juga menganggu pernapasan. "Baunya astagaa." sambil menutup hidung dengan tangan kirinya.

"Sabar Ra. Bentar lagi selesai." Jihan menyemangati, sembari membantu Ara membersihkan area sekitar kloset

Ya, Jihan membolos pelajaran fisika dan membantu Ara membersihkan kamar mandi. Semua akan Jihan lakukan agar Ara memaafkannya. Seperti sekarang misal, dia rela bertempur dengan bau kamar mandi daripada mengikuti pelajaran Bu Maya.

"Tinggal kloset terkutuk ini, terus abis itu kita bisa bebas Ra."

Ara mengangguk, tangan kanannya masih sibuk menyikat kloset jongkok yang berubah warna menjadi kecoklatan.

"Gue heran, ada masalah apa sih tu cewe sama lo. Sering banget cari gara-gara."

Ara menggeleng, "Gak ada, gue malah jarang ketemu sama dia. Emang dasarnya gue yang gak tertib."

Jihan menghentikan kegiatannya, "Cuma masalah rambut doang?. Menurut gue itu gak masuk akal," sembari memperhatikan Ara yang sibuk menggosok kloset.

"Aiss, ahirnya selesai." ucap Ara sembari melempar sikat ke sembarang tempat. Kemudian berjalan kearah wastafel dan mencuci tangannya menggunakan sabun.

Jihan menyusul, "Ada yang lo sembunyiin dari gue Ra?" sambil meneliti gelagat aneh Ara.

Ara justru bingung dengan pertanyaan Jihan, "Maksud lo?"

"Enggak, gue liat kaya ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue."

Ara menggeleng, "Ga ada tu." kemudian mengambil tisu dan mengelap tangannya. "Udah lah dari pada mikir macem macem, mending gue traktir lo aja gimana?"

Kedua manik Jihan bersinar, bukan soal traktiran, tapi karena sikap Ara sudah kembali seperti semula.

"Serius Ra?"

Ara mengangguk kemudian tersenyum, "Iya lah emang gue pernah bohong?."

"Jadi sekarang kita baikan?" Jihan mengangkat jari kelingkingnya, kemudian dibalas dengan jari kelingking Ara.

"Heem. Tapi jangan ulangi lagi."

Jihan tersenyum lebar, "Janji gak bakal."

"Eh bentar, lo ada sisir gak?" tanya Ara

"Ada tapi di kelas,"

"Ais, sama aja."

Ara melihat pantulan dirinya di cermin. Berantakan, sangat berantakan.

Ara melepas karet di rambutnya, kemudian dia kuncir ulang rambut yang penuh di genggamannya itu. Bayangkan saja satu minggu tidak keramas, pasti rambut Ara sudah mengembang dan kasar jika dipegang.

"Perasaan kemaren rambut lo bagus bagus aja. Tapi sekarang kok jadi gitu sih?" Jihan sampai melongo menyaksikan rambut berantakan Ara.

"Hehehe, soalnya seminggu ini gue belum keramas,"

Jihan kaget mendengar pengakuan Ara, "Sumpah, jorok kali kau ini."

Setelah selesai mengikat rambut, ia teliti lagi tampilannya di cermin, "Udah lupain. Yuk." ucapnya sembari melangkah keluar kamar mandi. "Nanti liat liat kalo pas jalan. Lo bilang sama Bu Maya sakit tapi dia liat kita ke kantin, tamat sudah riwayat kita."

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang