Awal Mula

1.9K 64 1
                                    


Hai. Kalau kalian suka, bisa di vote. Kalau kalian mau, bisa di komen juga.

Selamat membaca

********

"Lan, tungguin." Teriak Kemal.

"Alan bin Suhendra, tungguin." Berteriak lagi, sebab Alan belum juga menoleh.

Ingin rasanya Alan mendiamkan Kemal, tapi kedua telinganya tidak sanggup mendengar suara bising dari Kemal.

Jika Alan diam, lelaki berjulukan brokoli itu tidak berhenti sebelum yang dipanggil menoleh. Terpaksa Alan membalik tubuhnya.

"Lo mau nebeng gua?" dengan nada malas. Alan tau kalau teman-temannya mencari dia di jam-jam pulang seperti ini, pasti cuma mau minta tumpangan.

Kemal menggeleng, "Bukan. Makanya tungguin bentar. Penting ni." Kemal berlari mendekati Alan.

Koridor sepi mempermudah Kemal menyampaikan informasi. "Tadi gue ketemu Via, katanya lo suruh ke ruang penyimpanan buku."

Ruang penyimpanan buku, atau yang kerap disebut Gudang buku bekas. Ada buku-buku bekas dan berkas penting yang tidak dipakai namun harus disimpan untuk bukti dokumen tahun-tahun sebelumnya.

Alan menaikkan sebelah alis, "Suruh ngapain?. Kenapa Via gak hubungin gue sendiri?" Harusnya wakil osis rajin menyampaikan informasi secara langsung kepada ketua osis. Kenapa kali ini Via malah menitipkan pesan ke Kemal.

Kemal terlihat bingung, berusaha mencari alasan yang terkesan nyata, "Itu, dia gak sempet hubungin elo. Terus dia pesen ke gue kalo lo disuruh ke gudang."

Alan dibuat penasaran. Tidak biasa Via menitipkan pesan kepada orang lain. Dan lebih aneh lagi, berurusan dengan gudang buku harusnya ada salah satu guru yang memberi wewenang kepada Alan.

"Suruh ngapain gue ke sana?" Tanya Alan sekali lagi. Namun yang ditanya justru kebingungan.

"Gue juga kurang tau Lan. Mending lo ke sana dulu deh."

Alan berdecak. "Tukang kasih informasi gak jelas ya gini." Kesal Alan, "Mending lo cari Via lagi, suruh dia nemuin gue di sini." Usul Alan. Sayangnya Alan tidak mudah dibohongi.

Kemal makin bingung. "Dasar Ondi goblok banget bikin alesannya." Gerutu Kemal dalam hati. Beginilah kalau rencana mendadak pasti kurang maksimal.

"Ya udah lo tunggu sini bentar. Jan kemana-mana." Akhirnya Kemal menyerah, dia akan menemui Ondi dan meminta pertanggung jawaban atas rencana bodoh ini.

"Yang osis siapa yang repot siapa." Kesal Kemal, "Bawain dulu es gue. Kalo engga lo minum sekalian tu es. Kesel banget gue hari ini." Ucapnya kemudian berlalu.

Satu cup pop ice sudah di berikan pada Alan. Paling tidak Kemal berhasil menuntaskan satu rencana dari dua rencana yang harus dia selesaikan.

Sembari menunggu Kemal, Alan berjalan ke tepi koridor. Ia ambil ponsel di dalam tasnya, meneliti apa ada pesan penting di sana. Tidak, Alan tidak menemukan pesan penting itu. Isi chat ponselnya hanya dipenuhi dengan cewek cabe-cabean yang berusaha mendekati Alan.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang