Part 20 (Melamar II)

347 28 5
                                    

Haii gaiss, lama banget gak nyapa kalian.

We harap, kalian masih setia di lapak ini.

Yu capcuss buruan baca

__________

Suasana ruang tamu berubah canggung ketika mereka menanti kepulangan Rena.

Wiratama, beliau duduk di samping Ara dengan kursi roda yang biasa ia duduki. Dadanya sesak, kepalanya sakit ketika mendengar penjelasan Ara sebelum dia diminta menemui keluarga Alan.

Mengetahui ayahnya bergerak gelisah, membuat Ara khawatir. "Ayah mau istirahat dulu?"

Semua mata tertuju pada Ara. Nada bicaranya terdengar lembut ketika masuk di telinga mereka. Membuat hati Tiwi makin sedih. Kenapa bisa, anak sebaik Ara harus tertimpa musibah sebesar ini.

Penuh perjuangannya Tama menoleh. Kemudian menggeleng.

"Pak Tama, jika anda mau istirahat dulu tidak apa-apa. Kami akan tetap menunggu di sini." ucap Tomy.

Karena badannya makin sakit, Tama mengangguk. Membuat Ara langsung berdiri dan membawa Tama ke kamarnya. Sungguh, Ara takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan ayah.

Alan, cowok itu duduk di samping Tomy. Pandangannya tak lepas dari perempuan yang berjalan sambil mendorong kursi roda di depan sana. Sekilas muncul rasa ragu untuk menikahi Ara, semua ini bukan kesalahannya. Namun karena kesalahan Ondi dan obat.

Tapi sepertinya itu tidak mungkin, karena dia sudah berjanji dengan Ara dan Rena pasti akan bertanggung jawab.

Beberapa menit kemudian, ucapan salam membuat mereka menoleh. Ara, perempuan itu sudah duduk di tempat semula. Jantungnya berdebar-debar ketika menyaksikan raut bingung Rena. Tepuk tangan untuk bunda yang selalu sukses membuat Ara jantungan. Karena penasaran Rena langsung mendekati Ara.

Dahinya mengerut meminta kejelasan apa yang sedang terjadi di rumah mereka.

Ara berdiri, tangannya terulur untuk mencium punggung tangan bunda.

"Mama sama papanya Alan bun." ucap Ara menjawab raut bingung bunda. Rena mengangguk. Kemudian duduk di kursi samping Ara. Disusul Ara kembali duduk di kursi semula.

Rena memperhatikan kedua orang tua Alan bergantian.

Merasa diperhatikan, langsung saja papa Alan membuka pembicaraan. "Sebelumnya maaf jika kami menganggu. Maksud kedatangan kami ke sini, pertama ingin meminta maaf atas kesalahan anak kami. Dan yang kedua kami ingin melamar kemudian menikahkan putri Anda dengan Alan."

Rena mengangguk-angguk. "Ohh, jadi ini, orang tua yang gak bisa didik anak."

Ara sontak menoleh. Kenapa bunda malah bicara seperti itu.

"Bun," sembari menggoyangkan lengan Rena.

Tomy sudah mengira, pasti akan seperti ini. "Sekali lagi kami minta maaf. Dan jangan khawatir, kami akan bertanggung jawab."

Rena menyeringai. "Bertanggung jawab? Apa dengan bertanggung jawab masalah sudah selesai?"

"Buun," lagi-lagi Ara menggoyangkan lengan Rena. Meminta agar bunda tidak berbicara seperti itu.

Rena menoleh. "Kamu bisa diem apa enggak?" membentak Ara sembari memberikan tatapan tajam.

Ara diam. Kenapa dia harus berada di situasi seperti ini.

Ara menarik napas. "Kalo bunda marah-marah kaya gini, masalah juga bakal selesai?" tanyanya berani.

"Enggak kan?. Jadi stop bun. Ara udah capek tiap hari kaya gini terus."

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang