Part 6 (Mantan)

302 28 0
                                    

"Mamak lo nelpon Lan."

Teriakan cowok dari belakang gawang membuat Alan menghentikan kegiatannya.

Berat hati Alan menghampiri Mahmud, dia tau maksud dari mamak adalah mamanya. Alan pun tau, pasti dia diminta untuk cepat pulang.

"Angkat aja Mud. Bilang ke nyokap kalo gue lagi gak disini." pinta Alan setelah dekat dengan Mahmud.

"Tolol kali, mana ada hp di sini tapi orangnya gak disini?" jawab Mahmud secara tidak langsung menolak permintaan Alan. "Ogah gue." sembari memberikan ponsel ke Alan.

"Ya kan pura puranya gue lagi pergi terus hpnya ketinggalan."

Mahmud menggeleng, "Lo lupa terakhir kali gue boong sama nyokap lo?" ucapnya mengingatkan Alan tentang kejadian beberapa minggu lalu. "Gue berakhir tragis Lan."

Alan berdecak, "Lebay lo." sambil menarik ponsel dari tangan Mahmud. Ponselnya masih bergetar, itu berarti mama Alan belum memutus panggilan. Terpaksa Alan mengangkat telpon dari mama.

Mahmud teman satu komplek Alan memang tidak bisa diandalkan, ada saja alasan agar dia tidak terseret persoalan Alan. Ini semua karena Mahmud trauma dengan kejadian minggu lalu, ketika dia berbohong dan selang beberapa jam kesialan langsung menimpanya. Dimana mama Alan datang dan mengintrogasi dirinya dengan nada mengerikan.

Setelah telpon benar-benar mati, cowok itu kembali ke tengah lapangan. Memberitahu kepada mereka kalau dia diminta pulang.

Beginilah kegiatan Alan di waktu sore, main futsal bersama teman satu komplek. Sebenarnya bukan sekedar main, tapi Alan juga memanfaatkan kegiatan ini sebagai latihan olah tubuh. Syukur syukur dia bisa jadi atlet futsal di waktu mendatang. Karena selain hobi, sejak kecil Alan juga memiliki cita-cita menjadi atlet.

"Anak mami, anak mami dasar anak mami. Belum juga tanding, udah di suruh pulang aja."

"Bacot lo." kemudian keluar dari area lapangan futsal.

Tidak usah di tanya lagi Alan mau kemana, sudah pasti dia akan pulang. Karena seseorang sudah menunggu kedatangannya, siapa lagi kalau bukan Pratiwi alias mama Alan.

Pratiwi atau kerap dipanggil Tiwi, akan mencari Alan kalau cowok itu tidak di rumah. Selain khawatir, Tiwi juga kerap memanfaatkan tenaga Alan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Maklum karena Alan anak pertama dan satu-satunya, jadi cowok itu sering diminta membantu sang mama dalam mengurus pekerjaan rumah.

Sampailah Alan di depan gerbang rumah, dia buka secara paksa gerbang tersebut. Alan kesal dengan mama, setiap dia pergi pasti dicari. Ingin santai, pasti diminta membereskan rumah, entah cuci piring, nyapu, beli galon, yang penting Alan tidak diam saja ketika di rumah.

"Akhirnya pulang juga, buruan mandi terus abis itu anterin mama ke rumah temen ya."

Belum sempat Alan duduk di sofa tapi pekerjaan sudah menanti dirinya.

"Alan mau ngerjain tugas ma." tolaknya lesu. Kemudian melangkah menuju kamar.

"Bentar doang kok."

"Bentar nya mama tu lamanya Alan." jawabnya sembari berjalan meninggalkan Tiwi. Bukan tidak berbakti kepada orang tua, tapi mengantar mama ke rumah teman bukanlah pekerjaan yang mudah untuk Alan. Dia harus menyiapkan mental dan kesabaran terlebih dahulu untuk dapat melakukan pekerjaan itu.

"Mama gak bohong. Mama cuma mau balikin uang terus abis itu pulang."

Ala membalik badan, "Awas ya kalo mama bohong."

Tiwi menggeleng, "Enggak bohong, Janji." sembari mengangkat jari kelingkingnya.

Alan mengangguk, "Kalo bohong nanti Alan tinggal."

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang