Part 10 (Tanggung jawab?)

559 35 0
                                    

Ara sibuk menunjukkan arah jalan menuju rumahnya, sedangkan cowok itu hanya mengangguk-angguk dan fokus menarik gas sepeda motor.

"Pelan-pelan kasih taunya." kesal Alan karena dia malah pusing mendengar Ara berbicara.

"Yang ada gue malah bingung dengerin lo ngomong."

Ara juga tak kalah kesal dengan Alan, IQ cowok ini terlalu rendah membuat segala sesuatu yang Ara katakan harus loading terlebih dahulu baru bisa dimengerti.

"Lo udah pernah tes IQ?" tanya Ara keluar dari topik pembahasan.

"Ngapain nanya kek gitu?"

"Engga penasaran aja." lalu kembali memperhatikan sekitar yang sesak oleh kendaraan lain.

Masih di jalan raya aja, Alan udah kebingungan apalagi nanti kalau masuk komplek perumahan, pasti makin pusing dia.

Alan melirik jam tangannya, "Mau makan dulu?" tanya Alan berhasil menyadarkan lamunan Ara.

Dari belakang, Ara memperhatikan punggung kemudian kepala Alan yang tertutup helm. Nyaman, itu yang Ara rasakan saat ini. Entahlah Ara juga bingung dengan dirinya sendiri.

"Enggak usah."

Alan melihat Ara dari kaca spion, "Kenapa? Perut lo sakit?"

Ara menggeleng walaupun itu percumah, karena Alan juga tidak akan melihatnya. "Udah mendingan dari pada tadi pagi."

"Jadi tadi pagi perut lo sakit?"

"Iya."

Alan terdiam beberapa saat. Matanya kembali melirik Ara,"Sejak kapan lo ngerasain sakit?"

"Lupa. Pokoknya pas gue gak masuk kemaren." jawab Ara sambil menyelipkan sisi rambutnya yang terbang karena angin.

Anak remaja jaman sekarang memang susah di kasih tau, udah dibilang kalau naik sepeda motor harus pakai helm, tapi Ara bahkan tidak memakai pelindung sama sekali di kepalanya.

Tdak ada sahutan lagi dari Alan. Cowok itu justru mempercepat laju sepeda motornya.

Setelah sampai di depan rumah Ara, gadis itu langsung turun dari motor Alan.

"Nanti gue kesini sekitar jam 4." kata Alan masih berada di atas motor.

Ara justru memperlihatkan raut bingung, "Mau ngapain?"

"Lo lupa kita mau cari solusi?",

Iya juga kenapa Ara sampai lupa kalau dirinya sedang ada masalah.

Ara menggeleng, "Ya udah gue tunggu." jawab Ara kemudian masuk kedalam rumah.

Tapi setelah dilihat lihat lagi, sepertinya Ara bukanlah anak orang kaya. Terlihat dari bangunan rumahnya yang sederhana.

Jujur selama ini Alan mengira kalau Ara adalah anak orang kaya, karena dia lihat cewek itu sering memakai barang-barang branded. Tapi nampaknya Alan sudah salah.

********

Pukul 4 sore, cowok itu sudah berada di depan rumah Ara.

Perlahan, Alan berjalan memasuki pekarangan rumah Ara kemudian mengetuk pintu bercat putih itu.

Dan pintu terbuka, menampilkan Ara dengan pakaiannya yang rapi. "Ayo buruan." ucapnya lalu mendahului Alan.

Alan terheran-heran melihat Ara, "Gak pamit nyokap bokap lo dulu?"

Ara membalik badan, "Gak usah." kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya.

"Gimana ceritanya mau pergi gak pamit sama orang tua?." Oh dasar, anak satu ini sok-sokan pengen jadi orang paling alim se Indonesia raya.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang