Part 12 (Takut)

404 31 2
                                    

"RAaaa. Tungguin." teriak perempuan dari arah belakang.

Merasa namanya dipanggil Ara langsung menoleh. Ya, wajah yang kerap dia temui. Siapa lagi kalau bukan Jihan.

Dari roman-roman nya, cewek itu ingin mengintrogasi Ara. Parah memang mempunyai teman macam Jihan. Apa dikit langsung pengen tau. Ngapain dikit langsung dikepoin.

Setelah berada di samping Ara, "Bentar, bentar. Huh, huh, huh." ucapnya ngos-ngosan sambil mengatur nafas. Cuma lari dari gerbang nyampe koridor aja ngos-ngosan. Apalagi suruh keliling lapangan 10 x. Palingan juga pingsan dia nanti.

"Mau ngelahirin buk?" canda Ara.

Jihan sontak menoleh, "Enak aja. Hamil juga kaga."

Degh

Ara langsung teringat sesuatu. Detik itu juga, dunia serasa berhenti. Layaknya di film-film yang pernah dia tonton. Semua yang ada disekitarnya tidak bergerak sedikitpun.

"Ra. Ara." sembari melambaikan tangan didepan Ara. "Parah ni anak. Masih pagi udah ke sambet setan jalanan."

"Woy." sambil mendorong bahu Ara.

Ara tersentak kemudian membenarkan posisi berdirinya.

Jihan geleng-geleng. "Lo kenapa sih?. Demen banget pagi-pagi kesurupan."

Ara beralih menatap Jihan. "Gue lagi gak kesurupan Han."

"Terus?."

Ara menggeleng. "Gak papa." lalu berjalan mendahului Jihan.

"Ehh. Main kabur kabur aja tu anak." Jihan berlari menghampiri Ara. Ada yang ingin dia tanyakan pada cewek didepannya.

"Heh, kemaren lo kemana?" tanya Jihan setelah berada di samping Ara. Dari nada bicaranya menunjukkan kalau Jihan tidak terima Ara pergi dengan orang lain. Segitu posesifnya seorang Jihan.

Sembari melangkah Ara menjawab, "Keluar bentar. Cari cemilan." lihatlah, sekarang Ara menjadi sosok yang pandai berbohong.

"Serius? Kok nyokap lo bisa gak tau?"

"Karena pas gue pergi nyokap belum pulang." Jihan mengangguk, bukan hal sulit membohongi seorang Jihan.

"Serius? Gak pergi sama Alfi ato yang lain?"

"Serius. Coba aja tanya mereka."

"Gak perlu. Gue udah percaya."

Ada rasa sakit ketika Ara berhasil membohongi orang-orang disekitarnya. Tapi mau gimana lagi. Keadaan menuntut Ara agar berbohong.

"Gimana duduk samping Alan?." tanya Jihan yang membuat Ara menoleh. "Sebenernya gue heran sih, mereka tu ngacak nya kek mana coba?. Masak gue gak sekelas sama lo?"

Ara menaikkan kedua bahu, "Mereka ngacak bener bener acak mungkin."

Jihan mengangguk, tidak ada percakapan lagi antara mereka. Ruang ujian telah menanti, karena saat ini mereka sudah berada di koridor sebelas ipa.

"Gue duluan ya Ra." ucap Jihan kemudian masuk ke dalam kelasnya.

Ara mengangguk. Saatnya dia mempersiapkan mental dan kesabaran untuk menghadapi cowok disampingnya. Ada rasa canggung semenjak Alan membahas soal istri. Apa benar Ara akan menikah dengan cowok pembawa sial itu?.

Ara masuk kedalam kelas dan suasana sudah ramai. Kenapa akhir-akhir ini Ara nampak seperti anak malas. Biarlah, Ara tidak peduli.

Sampai didepan bangku, Ara sengaja diam. Menunggu Alan merubah posisi duduknya. Karena sekarang cowok itu sedang duduk bersandar di tembok menggunakan kursi milik Ara.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang