Part 7 (Jahiliah)

330 30 2
                                    

Sepertinya hari ini akan menjadi hari paling menyebalkan bagi Ara. Mapel paling tidak disukai, ditambah kehadiran seseorang yang tidak dia sukai pula. Membuat kemalasannya makin tambah berkali-kali lipat. Sebenarnya bukan kehadiran, tapi lebih tepatnya Ara yang hadir.

Sebab, mapel olahraga antara kelas sebelas IPA 1 dan IPA 2 akan digabung. Itu artinya Ara akan bertemu cowok pembawa sial dan siapa lagi orangnya kalau bukan Alan. Ara juga belum sempat melunasi hutang beberapa hari lalu, sudah pasti Ara akan merasa tidak nyaman nantinya.

Jihan dan Ara sedang mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga. Setelah selesai, Ara beralih di depan kaca berukuran besar, meneliti tampilan dirinya. Kaos pendek dan celana olahraga selutut sudah rapi di tubuhnya. Lumayan, tidak terlalu buruk untuk dipandang.

Ara juga sudah memotong rambut kuntilanaknya sebatas bahu, untuk itu dia tidak perlu khawatir dihina lagi. Karena tidak ada alasan untuk menghina tampilan Ara yang cukup baik.

Rambutnya ia kuncir satu ke belakang, tidak lupa jepit rambut hitam dia pasang ke bagian poni agar tidak mengganggunya ketika akan beraktivitas.

"Nah, gitu dong. Rambutnya rapi, wangi lagi." kata Jihan di samping Ara.

Ara mengulum senyumnya, "Bisa aja make."

"Hehe. Sekali-kali lah bikin temen terbang, siapa tau pahala makin numpuk." canda Jihan sambil terkekeh.

Raut wajah Ara berubah masam. Ternyata Jihan cuma bercanda, "Udah dibikin terbang, abis itu di jatuhin. Sakit tau,"

"Becanda sayang, zayangnya orang."

Ara langsung mencubit pinggang Jihan. Ada saja perkataan Jihan yang bikin Ara kesal, "Sakit Ra."

"Uluhhh cacian." jawab Ara.

Salah satu pintu bilik kamar mandi terbuka, menampilkan Alfi dengan seragam identitas di tangannya.

"Siapa yang cacingan?" tanya Alfi disertai raut penasaran.

Ara dan Jihan terlihat bingung, "Maksudnya?" tanya Ara,

"Itu tadi apa, uluh cacingan."

Keduanya tersenyum kesal, "Cacian Fi cacian bukan cacingan." kata Jihan disertai nada kesal. Jika sudah naik darah, bisa saja Jihan menelan Alfi hidup hidup.

Alfi mengangguk, "Oalah. Ya deh gue duluan ya ges.

Setelah kepergian Alfi, pintu bilik kamar mandi lain terbuka. Munculah tiga cewek dan sepertinya mereka adalah anak IPA 2. Ternyata masih jaman ganti baju di satu bilik untuk tiga orang.

Saat mereka berjalan mendekat, Ara langsung mengalihkan pandangan. Ara tau ada salah satu di antara mereka sedang menatapnya seperti mengibarkan bendera perang.

Berita dikeluarkannya Yuma dari anggota osis sudah menyebar ke seluruh SMA Erlangga. Tidak ada yang tidak tau soal berita tersebut, sebab akibat Yuma dikeluarkan dari osis pun mereka juga tau. Ya, Ara sadar kalau dialah penyebab Yuma dikeluarkan dari osis. Tapi Ara menanggapi dengan santai saja, karena bukan sepenuhnya dia yang salah.

"Gue kadang heran sama orang yang gak pernah tau diri. Pas lagi salah dia gak mau ngakuin kesalahannya, terus sekiranya udah aman, baru lah dia sadar." ucap Yuma pada teman-temannya.

Ara tau itu sindiran untuknya, "Bodo amat." lirih Ara sembari bercermin dan membenarkan rambutnya.

Jihan juga tau kalau Yuma sedang menyindir Ara. Dia langsung berbalik dan ingin mengeluarkan umpatan umpatan kasar. Namun tangan Ara berhasil menahannya.

"Yu gais buruan pergi. Males gue deket-deket sama orang gak tau diri." setelah mengatakan itu, Yuma dan kedua dayangnya pun keluar.

Jihan mengepalkan kedua tangan, "Gaya banget sih tu cewek. Pengen gue cekik rasanya."

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang