Part 14 (Keputusan)

304 31 3
                                    

Selepas makan malam, perut Ara kembali tidak nyaman. Kenapa tiba-tiba kumat? Padahal sudah beberapa hari ini dia tidak pernah merasakan mual-mual atau bahkan sampai muntah.

Tak tahan dengan dorongan dari dalam perutnya, Ara buru-buru ke kamar mandi. Dia muntah kan seluruh isi didalam perutnya.

"Iss jijik kali." katanya sembari menyentor bekas muntahannya di kloset. Serius cuma bayangi aja emang jijik banget sih.

Dia muntah kan lagi isi perutnya sampai benar-benar habis. "Males banget kalo udah kek gini." sembari menyentor kloset.

"Ra?"

Ara tersentak ketika mendengar panggilan dari bundanya. Dia lupa tidak menutup pintu kamar mandi.

Parahnya lagi, di rumah Ara hanya terdapat satu kamar mandi yang digunakan untuk umum. Itu berarti Rena bisa saja tahu apa yang barusan Ara lakukan didalam kamar mandi.

"Gawat kalo bunda nyampe liat." batinnya deg-degan.

Karena posisinya membelakangi Rena, Ara memberikan diri untuk menoleh.

Ara meringis. Jangan sampai bunda melihat wajahnya yang kacau. "Eh, bunda. Kenapa? Kok belum tidur?"

"Kamu sakit Ra?" tanya Rena tanpa mempedulikan pertanyaan Ara.

Ara langsung menggeleng. "Enggak kok."

"Itu tadi? Bunda kaya denger kamu muntah-muntah."

Kedua bola matanya melirik sana sini untuk menemukan alasan yang terkesan nyata. "Oh itu. Iya tadi duri ikan yang Ara makan nyangkut di tenggorokan. Mau Ara ambil pake tangen, eh malah jadi pengen muntah."

"Mana ada? Orang tadi kita makanya pake ayam."

Aiss, habis lah kau Ra. Apa dirimu lupa kalau tadi makan lauk ayam bukan lauk ikan.

"Eh itu. Maksudnya duri ayam."

"Emang ayam ada dirinya ya?" tanya Rena bingung.

Ara pun juga ikut bingung. "Bukan duri maksudnya tulang." koreksinya.

Rena mengangguk. Dia bahkan tidak curiga dengan nada bicara Ara yang terkesan gugup.

"Makanya kalo udah tulang tu gak usah ikut di remah-remah. Biar buat kucing aja." kata Rena berhasil membuat Ara tertawa. "Kamu kan udah makan dagingnya."

Masih tertawa, Ara berusaha diam. "Heheh bener juga kata bunda."

Rena tersenyum. "Ya udah. Bunda mau istirahat dulu ya. Besok berangkat pagi soalnya." kemudian berjalan ke kamarnya.

Melihat punggung Rena, Ara merasa sakit. Bundanya bekerja keras untuk keluarga tetapi dirinya sudah mengecewakan bunda.

Tanpa disadari air matanya keluar. Tapi buru-buru dia usap agar air itu tidak jatuh sampai ke lantai.

Merasa baikan, Ara memutuskan kembali ke kamar. Setelah berada di kamar dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur bergambar Dora Emon itu.

Tiba-tiba bayangan cowok bernama Alan berhasil membuatnya gelisah. Dia miringkan tubuh ke kanan kiri mencari posisi nyaman. Tetapi tetap saja, Alan membuat Ara tak tenang.

Sibuk memikirkan Alan, lagi-lagi perut Ara bergejolak. Setelah mati-matian menahan tapi tetap saja akhirnya dia lari ke kamar mandi.

Setelah merasa baikan Ara memutuskan kembali ke kamar. Sama seperti semula, dia rebahkan lagi tubuhnya di atas kasur.

Lagi dan lagi bayangan cowok sialan itu berhasil membuat Ara tidak tenang. Di tengah-tengah dia memikirkan Alan, perutnya kembali memberontak. Karena tidak tahan, Ara langsung lari ke kamar mandi.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang