Part 8 (Positive?)

566 38 3
                                    

Kukira penderitaan ku sudah berakhir di gudang pembawa sial itu. Tapi ternyata Tuhan masih ingin menguji kesabaran ku lebih dari itu.

NaswaraPS_

Ara sibuk membolak-balik kalender di tembok kamarnya, mengingat ingat tanggal terakhir dia kedatangan tamu bulanan dan seharusnya itu sudah dua minggu lalu.

Ara menyibakkan kaos sebatas perut, menyaksikan apa ada sesuatu yang bergerak di sana. Nampak tenang, sepertinya tidak mungkin ada kehidupan lain di dalam sana.

Ara duduk di tepi ranjang, mengambil ponsel yang dari tadi belum dia pegang. Menyalakan data seluler kemudian mencari informasi dari mbah google yang katanya serba tau. Tapi emang iya sih.

Mencari-cari informasi seputar kehamilan, dan sepertinya tidak ada tanda-tanda seperti apa yang dia baca.

"Amannn, gue gak pusing kok." katanya menenangkan diri. Sembari terus menggulir layar ponsel.

"Enggak muntah-muntah juga. Jadi amann." lanjutnya.

Selesai dengan bermacam informasi, dan tidak ada gejala yang dia alami seperti di artikel, Ara memutuskan untuk istirahat. Semua aman, dia bisa tidur nyenyak.

Tapi kenyataannya, dia bahkan tidak bisa tidur. Jam 12 malam Ara terbangun dan merasakan sesuatu aneh. Pusing, mual bahkan sampai muntah, kenapa lama-lama gejalanya mirip seperti apa yang tadi dia baca.

*******

Keinginan tidur nyenyak hanya omong kosong, terbukti sampai detik ini Ara belum juga tidur padahal sudah jam 7 pagi. Alhasil, Ara tidak masuk ke sekolah, ia meminta Jihan membuatkan surat izin untuknya.

Perlahan Ara membuka pintu kamar, seseorang yang pertama kali dia lihat adalah laki-laki paruh baya sedang duduk di atas kursi roda sambil menatap kosong kearah depan. Pelan-pelan Ara berjalan menghampirinya.

"Ayah udah sarapan?" Laki-laki itu kaget mendengar pertanyaan Ara.

"Maaf yah. Ara ngagetin ya?" ucapnya pelan, takut jika sang Ayah sakit mendengar Ara berbicara.

Perlahan laki-laki itu menggeleng. Raut mukanya menunjukkan seolah-olah dia ingin bertanya kenapa putri cantiknya tidak masuk sekolah.

"Ohh, Ara lagi gak enak badan. Jadi izin deh." ucapnya sambil tersenyum, "Sekali-kali lah nemenin ayah pas bunda lagi gak di rumah."

Wiratama atau ayah Ara, sejak satu tahun lalu didiagnosis mengidap penyakit stroke, hidupnya selalu berdampingan dengan obat yang selama ini beliau konsumsi.

Tekanan darah tinggi, bisa saja membuat keadaan Tama memburuk. Jadi sebisa mungkin Ara tidak boleh membuat ayah memikirkan sesuatu yang berat. Termasuk dalam hal berbicara, Ara dituntut pelan-pelan ketika sedang mengobrol dengan ayah.

"Buda udah berangkat ya?" perlahan Tama mengangguk.

"Emm, Ara mau keluar bentar ya." izi nya, kemudian mendapat tatapan dari Tama. "Itu, Ara mau cari obat di apotek."

Dikarenakan hanya mampu mengangguk dan menggeleng, Tama lagi lagi mengangguk. Memberikan izin kepada Ara.

"Ya udah, Ara pamit ya." kemudian berjalan keluar rumah.

BAD ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang