Bekerja di perusahaan majalah ternama adalah impian Lee Jeno sejak duduk di bangku menengah atas. Menyisihkan uang jajannya demi membeli majalah fashion adalah hal yang paling dia senangi, hingga kini impiannya terwujud dengan diterimanya Lee Jeno d...
Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~ I'll be grateful for that!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno mematung untuk beberapa saat, menatap Haechan dan designer baru itu secara bergantian.
"Saya permisi dulu..." Kata Jeno lalu keluar lagi dari ruangan kepala editor.
Haechan panik. Jeno tidak mungkin salah paham kan?
"Kau─" Haechan sudah hampir marah tapi melihat tampang polos Jongho wanita itu tidak tega. "Kembali saja nanti. Kau bisa mengirimkan foto-foto desain bajumu lewat emailku, aku akan membacanya. Akan lebih baik jika kita berkomunikasi lewat email saja." Haechan keluar juga meninggalkan ruangan tersebut mengejar Jeno.
"Bu Choi, lihat Jeno?"
"Saya lihat dia lewat tadi tapi tidak tahu pergi kemana. Mungkin ke toilet? Soalnya ke arah sana."
"Terima kasih, Bu Choi..."
Nyonya Choi mengangguk. Beberapa saat setelah Haechan pergi, wanita itu mengarahkan pandangannya ke dalam ruangan kepala editor. Dia melihat designer baru itu tengah menelepon seseorang tapi eskpresinya sangat bertolak belakang dengan yang dia lihat sewaktu pria itu datang ke kantor MUSE tadi. Nyonya Choi melihat dia tersenyum miring lalu mengangkat kedua alisnya.
"Mencurigakan..."
Saat Haechan hampir sampai di toilet umum, saat itu juga Jeno keluar dari toilet pria.
"Oh, Bu Kepala?"
"Itu tidak seperti yang kamu lihat. Jangan salah paham."
"Hah? Ohh tadii?? Aku kebelet jadi aku buru-buru keluar hehe"
Jeno berbohong. Dia keluar dari ruangan kepala editor tadi dan pergi ke toilet adalah untuk menetralkan emosinya. Jujur dia kesal ketika dia masuk melihat Haechan yang dipegang-pegangi oleh pria yang tidak dia kenal. Tapi kemudian matanya tertuju pada pakaian bagian depan Haechan yang basah. Dia hampir saja salah paham. Meski begitu dia sudah terlanjur kesal jadi dia memutuskan untuk keluar. Melihat ekspresi Haechan yang terlihat murung membuat Jeno tidak tega dan mendekati wanita itu lalu memeluknya.
"Baiklah, aku berbohong. Aku kesal makanya aku keluar tadi tapi ya aku langsung tersadar begitu melihat pakaianmu yang basah. Kemarin telur busuk, hari ini teh, besok apa? Haechan-aa, besok kau pakai jas hujan saja ke kantor supaya pakaianmu tidak basah seperti ini lagi."
"Haruskah aku melakukannya?"
Jeno tertawa. Pada akhirnya situasi kembali normal. Puas memeluk Haechan, pria itu melepaskan pelukannya juga melepaskan jaketnya, memakaikannya pada Haechan tak lupa mengancingnya agar pakaian yang tadi terkena teh tidak terlihat.
Saat mereka berjalan kembali ke ruangan kepala editor, mereka berpapasan dengan Jiwon yang baru saja keluar dari ruangannya. Dia sempat melihat Jeno lalu melihat Haechan dan jaket yang lumayan kebesarannya. Haechan kini mengerti situasinya hanya dari melihat ekspresi Jiwon saat ini.