• 025 •

3K 461 64
                                    

Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that!!

Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~I'll be grateful for that!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haechann~ Jeno tuh!"

Haechan yang tadinya sedang menyiram tanaman Nenek di halaman belakang rumah otomatis mematikan keran air, melempar selang begitu saja ke tanah sebelum berlari memutar menuju halaman depan untuk menyambut Jeno. Tapi senyum lebarnya tiba-tiba terganti dengan ekspresi datar melihat Jeno tidak sendiri turun dari Optimus.

Renjun dan Jaemin ikut bersamanya.

Haechan memutar tubuhnya hendak kembali ke halaman belakang saat Jeno menggapai tangannya dengan cepat, menahan wanita itu untuk tetap di sana.

"Kalau kau tidak mengusir mereka, aku akan marah besar padamu."

"Ayolah Chan, mereka sudah jauh-jauh kesini setidaknya dengarkan dulu penjelasan mereka."

"Aku. Tidak. Mau. Jangan memaksaku."

Renjun mempererat genggamannya di samping baju Jaemin membuat pria itu menoleh padanya, tersenyum seakan mengatakan kalau mereka akan baik-baik saja lalu melepas tangannya Renjun dari bajunya dan menggenggamnya.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Tapi mereka juga punya hak untuk memberi penjelasan. Aku tahu kau merindukan sahabatmu itu jadi kenapa tidak mencoba memperbaiki hubungan kalian? Kau tahu bukan hanya kau saja yang sedang kesusahan sekarang. Sahabatmu juga begitu. Aku akan masuk duluan. Terserah kau mau menerima mereka dan masuk ke dalam atau mengusir mereka pergi."

"Jen? Jeno, tunggu!"

Jeno benar-benar pergi meninggalkan Haechan sendiri di sana dan masuk duluan ke dalam rumah. Jeno memang berniat membantu Jaemin dan Renjun untuk berbaikan dengan Haechan tapi dia tidak mau memaksa kekasihnya itu, biar Haechan sendiri yang memutuskan. Jeno yakin 100% kalau Haechan tidak akan mungkin tega mengusir kedua orang itu pergi. Lihat saja.

Haechan berjalan hingga berhenti tepat di depan pintu. Tanpa menoleh ke belakang dia berkata,

"Kalian mau masuk atau berdiri di situ saja?"

Renjun bernafas lega. Begitu pula dengan Jaemin. Tidak sia-sia semua bogeman yang dia dapat dari Jeno kemarin. Dengan tangan yang masih menggenggam tangan Renjun, Jaemin menarik wanita itu untuk ikut masuk ke dalam rumah.

"Mama mau kemana?"

"Mau ikut perkumpulan Nenek-Nenek di kampung ehehe"

Padahal baru beberapa hari mereka di sana tapi rasanya Seungkwan sudah seperti penduduk lokal sana mengingat bagaimana cepatnya dia akrab dengan Ibu-Ibu yang berada di kampung tersebut. Sekarang wanita itu dan Nenek Jeno sudah seperti kembar siam yang kesana kemari selalu bersama.

"Aku akan kembali setelah mengantar mereka." Kata Jeno yang dibalas anggukkan oleh Haechan.

Biasanya Seungkwan akan langsung duduk berhadapan dengan siapa pun yang menyakiti hati puterinya tapi untuk masalah ini Seungkwan memilih diam, membiarkan puterinya itu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Lagipula Seungkwan juga berpikiran sama dengan Jeno. Haechan dan Renjun tidak seharusnya bermusuhan seperti ini. Kalau Jiwon beda lagi ceritanya. Bahkan Seungkwan berani menghantamkan handbag berbahan leather miliknya ke kepala Jiwon. Tidak perlu membahas wanita itu sekarang.

How To Fall in Love - NoHyuck -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang