Jangan lupa tinggalkan vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that!Ponsel Haechan berdering tepat saat dia hendak menjawab ajakan makan malam Jeno.
"Ya Pak Min? Sudah di lobi? Baik."
Dia menutup teleponnya lalu menyimpan kembali benda tersebut di dalam handbag-nya. Dia sempat melirik Jeno tapi kemudian menatap lurus lagi ke depan.
"Aku akan pulang."
"Mungkin bisa beritahu Pak Min untuk singgah beli makan buat Bu Kepala?"
"Buang-buang waktu. Aku masih punya banyak pekerjaan untuk diselesaikan."
"Bukankah sudah diselesaikan tadi?"
"Kau pikir hanya itu pekerjaanku?"
Jeno ingin membalas perkataan Haechan tapi pintu liftnya sudah terbuka. Haechan tak lagi mengatakan apa-apa dan langsung berjalan dengan cepat keluar dari gedung. Pria itu menghela nafasnya. Mungkin tidak hari ini.
"Saya melihat asisten pribadi baru anda keluar bersama anda. Apa tidak sekalian diantar pulang? Kasihan dia, bis beroperasi hanya sampai jam 11 malam sementara ini sudah jam 12 lewat."
"Ada banyak taksi. Jalan saja, Pak Min. Saya masih punya banyak kerjaan di rumah."
"Baik, Kim."
Jeno melirik jam tangannya sekali lagi. Bis sudah tidak mungkin lewat jam segini. Dia tidak punya pilihan lain selain merogoh kocek lebih untuk naik taksi. Sebenarnya sayang uangnya dipakai untuk bayar taksi tapi ya mau diapa. Alasan Jeno mati-matian menghemat adalah agar dia bisa membuat rumah Neneknya di kampung lebih layak untuk ditinggali. Jeno sudah bersikeras mengajak Neneknya untuk pindah bersamanya di Seoul, sayangnya Neneknya enggan meninggalkan rumah dan kebunnya. Walau kebun mereka tidaklah seberapa tapi dari situlah Neneknya mendapat uang untuk membiayai Jeno hingga selesai kuliah. Juga rumah peninggalan suaminya yang tidak mungkin dia jual begitu saja. Jadi Jeno memutuskan untuk menabung agar bisa merehab rumah tua milik Neneknya itu. Perlahan tapi pasti. Apalagi gajinya di MUSE mungkin akan lebih tinggi dari gaji yang dia dapatkan di butik Mrs. Wang. Keinginannya mungkin bisa segera tercapai dan dengan begitu dia bisa menabung lagi untuk kebutuhan yang lain, mobil misalnya.
Melihat taksi datang, Jeno mengulurkan tangannya mencegat taksi tersebut.
"Tidak apa-apa, Jen... hanya malam ini."
Sampai di rumah, Jeno dikejutkan dengan satu kardus besar paket yang sudah berdiam di dekat pintu apartemennya. Seingatnya dia tidak memesan sesuatu secara online. Tapi kemudian dia ingat, mungkin Neneknya mengirimkan bahan makanan lagi dari kampung untuk dia olah. Neneknya selalu seperti itu. Walau dia sudah berumur, tapi dia masih tetap aktif bekerja. Jeno seringkali mengomeli wanita tua itu tapi kata Neneknya orang tua dulu memang begitu, justru badan mereka akan sakit-sakit kalau tidak bergerak atau bekerja. Jeno membuka pintu apartemennya, mengangkat dus besar tersebut masuk ke dalam apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fall in Love - NoHyuck -
FanficBekerja di perusahaan majalah ternama adalah impian Lee Jeno sejak duduk di bangku menengah atas. Menyisihkan uang jajannya demi membeli majalah fashion adalah hal yang paling dia senangi, hingga kini impiannya terwujud dengan diterimanya Lee Jeno d...