Wei Wuxian tidak ingat bagaimana awalnya, kenapa ia bisa sampai berakhir dalam situasi sialan seperti ini?
"A Xian, anggap saja ini sebagai balas budimu pada keluarga kami karena sudah membesarkanmu." Pria tambun yang selama ini menjadi ayah angkatnya itu menggenggam tangannya seolah memintanya mengerti atas apa yang telah dilakukannya.
Situasi dirumah ini sangat kacau, semua barang-barang berserakan dan pecahan beling dimana-mana. Wajah pria dihadapannyapun telah dihiasi memar meski tak seberapa.
Namun dibanding merasa iba, Wei Wuxian malah merasakan perasaan dongkol yang berlebihan.
Terlebih ketika dua orang pria berbadan kekar mencoba menyeretnya menjauh dari rumah itu.
"Pak tua! Apa kau menjualku pada orang-orang sialan ini?!" Pemuda itu meronta, namun tentu tak akan berhasil, mengingat proporsi tubuhnya yang tak seimbang dengan dua orang raksasa yang masih menyeretnya tanpa ampun.
"Aku tidak menjualmu. Aku hanya melepelaskanmu untuk mereka agar semua hutang keluargaku lunas." Katanya dengan nada memelas, seolah tak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkannya barusan. Dan hal yang membuat Wei Wuxian semakin memberang adalah bagaimana pria itu masih bisa menghitung setumpuk uang ditangannya dengan mimik wajah yang melengkung sedih, penuh drama murahan.
"Kau menjualku sialan! Argh lepaskan, kau membuat baju mahalku rusak, brengsek!" Wei Wuxian memaki salah satu orang yang menahan tangannya.
Lagipula kenapa hidupnya harus dipenuhi dengan kesialan seperti ini? Belum cukup ia dijadikan babu oleh keluarga angkatnya selama lebih dari 10 tahun dan sekatang orang-orang idiot itu dengan tega menjualnya pada lintah darat yang tak bermoral.
Ya tuhan, apa Wei Wuxian boleh meminta mati saja?
Ia ingin segera mati dan bereinkarnasi menjadi malaikat maut agar bisa mencabut nyawa orang-orang brengsek itu.
.
."Ow ow, apa ini yang akan menjadi kucing manis kita kali ini?" Suara berat seorang pria masuk kegendang telinganya.
Wei Wuxian tidak bisa melihat apapun. Matanya telah ditutup oleh selembar kain hitam, dengan kedua tangan yang diikat di belakang tubuhnya.
Ia merasa seperti anjing malang yang paling menyedihkan sekarang.
'Mama, papa, bisakah kalian menjemputku saja?' Ia memelas sengsara.
"Lihat wajahnya, pasti akan banyak tawaran mahal untuk ini." Tangan gempal pria itu mengamati fitur wajah Wei Wuxian yang luar biasa.
Siapa yang bisa menolak pesona bak pahatan dewi itu?
Hidung mancung, lekukan bibir yang indah dengan warna merah muda, kulitnya yang mulus bak pantat bayi.
Pria itu menjilat bibirnya.
Jika saja ia tidak memiliki istri psikopat dirumahnya, mungkin dirinya sudah menjadikan Wei Wuxian sebagai budaknya seorang.
"Apa kau akan menjualku?" Wei Wuxian bertanya penasaran.
Tidak, dirinya tidak takut jika harus kembali dijual. Itu bahkan terdengar lebih baik dibanding harus terkurung bersama orang-orang jelek dan tua disini.
Ia meringis saat seseorang menjambak rambutnya sampai membuatnya mendongak, "kenapa? Kau takut? Ingin melarikan diri?"
Tawa mereka meledak, berpikir mungkin saja pemuda yang terlihat tak berdaya itu tengah bergetar ketakutan sekarang. Oh, orang-orang sakit itu memang senang sekali melihat penderitaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BADASS SLAVE
Fanfictionsetelah keluarga angkatnya menjualnya pada sekelompok lintah darat, Wei Wuxian lantas diseret dan dipamerkan diatas panggung pelelangan. ratusan orang berebut menawar harga tertinggi yang bisa mereka berikan, namun ketika sebuah suara baritone membe...