Happy reading~
.
.Wei Wuxian tau, ia harusnya bisa menahan apapun yang ada dalam pikirannya untuk tidak dia ucapkan sembarangan.
Disaat-saat seperti ini, dirinya benar-benar mengutuk kebiasaannya yang mendarah daging tentang- mulut lebih cepat dari pada otak.
Karena tak lama setelah ia mengucapkan kalimat sompralnya, Lan Wangji langsung memanggil salah satu pengawalnya untuk menyeretnya keluar,
"Lebih baik kau gunakan tenagamu untuk memberi makan kuda-kuda milikku dibanding mengatakan omong kosong seperti itu."
Adalah kalimat yang ia ucapkan sebelum pria berbadan besar yang Wangji panggil menyeretnya menjauh dari hadapannya.
"Aaa! Kenapa aku harus mengucapkan kalimat sialan itu?! Kenapa aku tidak bisa menahan diri saat melihat wajah tampan seperti itu?!" Wei Wuxian berteriak frustasi, ia menendang ember berisi pakan ternak yang ia bawa untuk kuda-kuda peliharaan Lan Wangji, namun sedetik kemudian ia menarik kembali kakinya dan mengaduh sakit.
"Sialan!!" Rutuknya sambil meringis.
Wei Wuxian benar-benar merasa bahwa seluruh hidupnya hanya terdiri dari kesialan.
Mulai dari orangtuanya yang meninggal ketika ia masih kecil, dibuang kepanti asuhan oleh keluarga brengseknya yang menginginkan harta warisan, diadopsi oleh keluarga miskin penuh hutang yang menjadikan dirinya sebagai babu gratisan, kemudian dijual kekumpulan lintah darat rua dan jelek dan sekarang-
Dirinya harus terperangkap menjadi budak dari seorang konglomerat yang sayangnya tampan.
Ia pikir menjadi budak dari orang kaya akan membuat hidupnya menjadi lebih baik.
Bisa memakai pakaian mewah, berbelanja menggunakan kartu kredit, makan direstoran mahal, atau menjalani kehidupan hedon seperti tetangganya yang menjadi budak dari seorang papa gula.
"Makanan itu tidak bisa berjalan sendiri pada kuda-kudaku yang sedang kelaparan."
Sebuah suara dingin menginterupsi caci makinya pada hidupnya yang kusut, semrawut, dan sejenisnya.
Dengan cepat Wei Wuxian berbalik dan menatap nyalang pria yang berdiri santai, dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana super mahalnya. "Apa kau membeliku hanya untuk melakukan hal ini?!" Semburnya murka, ia mengacungkan jari telunjuknya tepat didepan wajah Wangji tanpa rasa takut.
Masa bodo dengan status penting pria itu, dirinya tidak peduli!
Memang siapa dia? Mafia?
Ha! Konyol.
"Tidak juga, tapi apa salahnya menyuruhmu melakukan ini? Aku sudah membelimu dan artinya kau berhak melakukan apapun yang kuminta." Tanggapnya santai.
Namun jelas kalimat itu membuat Wei Wuxian terperangah, kenapa ia merasa jika dirinya memang terlahir untuk menjadi babu seumur hidup ya?
Wei Wuxian mengusap dahinya frustasi dengan sebelah tangannya yang bertolak pinggang.
"Dengar Lan, dibanding melakukan pekerjaan sialan seperti ini aku lebih baik menjadi budak seksmu saja, kau tau? Aku sudah lelah hidup menjadi seorang upik abu seperti ini. Setidaknya jika kau menggunakan tubuhku aku hanya harus berbaring dan mendesah, tidak perlu panas-panasan dibawah terik matahari begini!" Ia mececar, masa bodo jika pria dihadapannya berpikir bahwa dirinya adalah pria murahan, dirinya sama sekali tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BADASS SLAVE
Fanfictionsetelah keluarga angkatnya menjualnya pada sekelompok lintah darat, Wei Wuxian lantas diseret dan dipamerkan diatas panggung pelelangan. ratusan orang berebut menawar harga tertinggi yang bisa mereka berikan, namun ketika sebuah suara baritone membe...