34

6.7K 794 70
                                    

Happy reading~

(~‾▿‾)~

.
.

Sengatan cahaya matahari yang melewati celah kisi jendela berhasil mengusik tidur lelap Lan Wangji.

Secara bertahap, kesadaran pria itu kembali saat sebelah tangannya meraba tempat tidur disampingnya yang telah kosong dan hanya menyisakan rasa dingin, seolah mengindikasikan jika pemuda yang semalam terlelap dalam dekapannya telah lama meninggalkan ranjang mereka.

Serta Merta hal itu menyentak kesadaran Lan Wangji sepenuhnya, raut wajah panik yang tak bisa ia sembunyikan juga degupan jantungnya yang bertalu kencang, Lan Wangji turun dari ranjangnya dengan terburu-buru.

Ditengah semua kekacauan saat ini, saat musuh-musuhnya telah mengetahui eksistensi Wei Wuxian dan mengincar kekasihnya untuk membuat dirinya lemah, kewaspadaan Lan Wangji melonjak tajam.

Ia ingin selalu memastikan bahwa Wei Wuxian selalu dalam pengawasannya, selalu ada dalam jarak pandangnya, agar dirinya yakin jika kekasihnya baik-baik saja.

Dor!

Jantung Lan Wangji serasa mengalami malfungsi.

Ia bahkan tak sadar jika dirinya telah menahan napas selama beberapa detik.

Ledakan senjata api yang entah dari mana, membuat kepalanya kian kusut.

"WEI YING!"

Apakah para brengsek itu berhasil menemukan persembuyiannya secepat ini?

Wangji bahkan tak mau memikirkan kemungkinan apapun yang saat ini berseliweran dalam kepalanya.

Tidak, dirinya akan mencabik-cabik para manusia brengsek itu jika Wei Yingnya terluka meskipun hanya sedikit.

Dor!

Wajahnya telah mengeras, gurat-gurat wajahnya menjelaskan dengan tegas bahwa dirinya saat ini diliputi rasa murka.

"WEI YING!"

Sekali lagi suara beratnya menggelegar, bersautan dengan debur ombak yang menghantam karang-karang kokoh ditepian pantai.

Ia berlari di atas permukaan pasir tanpa alas kaki, mencari dimana sumber suara itu berasal.

"Berisik."

Langkahnya terhenti saat suara Jiang Cheng menginterupsi dibelakangnya, pemuda itu datang dengan sekaleng soda yang ia sesap santai dan mata yang tertuju pada objek berjarak seratus meter dihadapan mereka.

"Jiang Cheng?"

Pemuda Jiang menaikkan sebelah alisnya, "apa yang terjadi denganmu? Kau habis mimpi dikejar anjing, ha?" Namun kemudian menggeleng, "ah, itu hanya berlaku pada Wei Wuxian saja." Katanya tak jelas, menepuk bahu Wangji sekali kemudian berlalu begitu saja.

Meninggalkan Wangji yang mematung tak mengerti.

Apa-apaan? Apa Jiang Cheng tidak mendengar suara ledakan tadi?

"Oy! Kau belum selesai? Suamimu mendadak gila, nih!" Jiang Cheng berseru dengan telunjuk yang menunjuk Wangji dengan cara yang terlampau kurang ajar.

Namun untuk saat ini, Lan Wangji akan melupakan penghinaan itu. Yang terpenting untuk saat ini adalah memastikan bahwa Wei Yingnya baik-baik saja.

Ia mempercepat langkah kakinya menjadi berlari, tak peduli dengan umpatan Jiang Cheng yang hampir limbung setelah ditabrak tubuh besar Wangji.

"Wei Ying." Ia langsung membawa tubuh kurus itu kedalam dekapannya, kemudian memeriksa setiap sudut tubuh Wei Wuxian yang kebingungan.

THE BADASS SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang