32

8.9K 1K 131
                                    

Happy reading~
.
.

"Selamat ulang tahun."

Sekali lagi kalimat itu Wangji ucapkan tatkala melihat Wei Wuxian yang masih diam mematung.

Pemuda itu masih tampak terkejut dengan apa yang Wangji lakukan, maka dirinya berinisiatif untuk mendekat dan membawa kekasihnya kedalam pelukan, mendekap erat tubuhnya yang agak dingin sembari memberi kecupan ringan dikepalanya.

"Kau tidak suka kejutanku?" Gumamnya dengan masih memeluk.

Bugh

Wangji mengaduh kecil, Wei Wuxian baru saja meninju dadanya dan sekarang membalas pelukannya lebih erat lagi, "kau bercanda?! Aku hampir menangis saat ini! Kenapa kau romantis sekali ha? Sia-sia saja aku memakimu dari tadi jika seperti ini!"

Wei Wuxian mengusap kedua matanya yang telah basah, ia mengurai pelukannya dan sekali lagi memukul dada Wangji. "Kau tau berapa ratus kali aku mengutukmu? Kukira kau tidak peduli lagi padaku, hiks."

Ia menangis layaknya anak kecil, dengan pipi dan ujung hidung memerah, dan caranya mengusap air matanya terlihat menggemaskan. Membuat Wangji bingung harus bereaksi seperti apa, entah terharu atau malah ingin tertawa.

Namun pada akhirnya, Wangji memajukan wajahnya dan mengecup ujung hidung itu lembut, ia menuntun Wei Wuxian kearah kursi, "berhenti menangis, bukankah harusnya saat ini kau bahagia?"

"T tapi aku tidak bisa berhenti, hiks. Ini salahmu, Lan Zhan! Aku tidak bisa berhenti menangis, hiks." Ia terus saja mengoceh, melap ingusnya dengan ujung kaus hitam yang ia pakai. Masa bodo jika terlihat jorok, tak ada yang bisa menghentikannya dari acara mari-terharu-dengan-kejutan-wangji nya.

Wangji mengeluarkan saputangan dari balik jasnya, tanpa rasa jijik melap ingus Wei Wuxian yang masih meler, "iya ini salahku, maafkan aku, oke?"

"Kukira kau sudah tidak mencintaiku lagi, hiks."

"Mana ada yang seperti itu."

"Tadi kau mengusirku dari ruanganmu."

"Baiklah, aku minta maaf soal itu."

"Kau membuatku semakin mencintaimu, Lan Zhan, hiks."

"Pffftt." Wangji menahan tawanya, rasanya ia seperti sedang mengasuh balita jika seperti ini.

"Kau mentertawakanku?"

Tangannya mengibas, ujung jarinya mengusap pipi yang telah basah itu, "itu karena kau sangat menggemaskan, Wei Ying." Katanya lembut, namun Wei Wuxian tetap mencebikan bibirnya sampai Lan Wangji merasa tak tahan kemudian mengapitnya diantara ibu jari dan telunjuknya.

"Berhenti bersikap menggemaskan."

Kali ini Wei Wuxian mengulas senyum dibibirnya, ia mulai mengagumi apa yang telah Wangji siapkan untuknya.

Mungkin bisa dibilang sederhana, tak ada dekorasi khusus ditempat ini, namun tetap saja, dalam waktu singkat dan tiba-tiba, Wangji mampu membuatnya terkejut dengan semua ini.

Untuk seukuran ketua mafia, ini sudah sangat amat manis.

"Lan Zhan, terimakasih." Katanya, meraih tangan Wangji untuk ia kecup.

Ia tidak bisa menahan rasa bahagia yang membuncah dihatinya. Setelah kejadian yang menimpa orangtuanya, ia hidup dalam kesengsaraan. Wei Wuxian sempat lupa pada kehidupan bahagia yang pernah ia miliki, ia tumbuh diantara orang-orang yang merendahkannya.

Kemudian Wangji datang, menariknya dari kubangan yang selama ini memerangkapnya, membawanya kembali pada ingatan yang telah lama ia lupakan.

Pertemuannya dengan Lan Wangji adalah hal yang paling ia syukuri dalam hidupnya.

THE BADASS SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang