29

8.9K 1.1K 148
                                    

Aloha~

Happy readinh everybadieh

.
.

"Bukankah kau bilang kau ahli bela diri?"

Saat ini, dicuaca yang amat terik, Lan Wangji berjongkok dihadapan Wei Wuxian yang sudah tepar dengan napas tersengal hebat juga keringat yang telah mengucur deras.

Ia mencemooh bagaimana sesumbarnya kekasihnya itu mengenai kemampuan bela dirinya melalui sejumlah penghargaan yang pemuda itu dapatkan saat kunjungan ke rumah lamanya tiga hari yang lalu.

Akan tetapi, ketika mereka memulai kembali latihan, Wei  Wuxian sudah roboh dimenit ke tiga puluh.

"Lan Zhan! Jangan mengejekku~" ia merengek seperti anak kecil, menarik-narik ujung celana Wangji dengan bibir mengerucut.

"Bukankah ini hal wajar? Berapa lama aku tidak berlatih? Tubuhku harus beradaptasi lagi dan itu tidak mudah!" Cecarnya membela diri perihal staminanya yang sangat payah.

"Kita berlatih tiga puluh menit lagi."

Wei Wuxian membuang muka, "aku lelah!"

Wangji memencet hidung Wei Wuxian hingga siempunya memekik dan mengenyahkan tangannya, "Lan Zhan!!"

Pria itu mengabaikan ekspresi garang kekasihnya lalu kembali berdiri, "bukankah kau bilang ingin berkencan?

"Kencan?" Tiba-tiba saja Wei Wuxian berubah sumringah, ia bahkan tak lagi berbaring melainkan menumpu tubuhnya dikedua lutut, mendongak dengan senyuman charming menyilaukan.

"Selesaikan latihanmu."

Kali ini, tanpa penolakan sedikitpun Wei Wuxian segera bangkit dan memulai kembali latihannya bersama salah satu bawahan Wangji, sementara samg ketua mafia hanya memantau dan sesekali mengomentari posisi Wei Wuxian yang masih agak kaku.

"Oh wow, aku baru tau jika yang mulia Tuan Mafia bisa menjadi bawel begini." Selorohnya sembari memutar bola mata, ia hanya kesal saat Lan Wangji terus-menerus mengomentarinya.

"Kenapa bukan kau saja yang mengajariku?"

Wangji hanya mengendikan bahunya acuh, tak terlalu menggubris rutukan kekasihnya.

Sampai ketika Wei Wuxian dengan tiba-tiba memeluknya dan berbisik, "atau kau bisa mengajariku sesuatu yang lain, ditempat lain. Diatas ranjang misalnya?" Setelah bisikan penuh godaan disertai kedipan genit, Wei Wuxian kembali berlari pada latihannya dengan riang tanpa dosa, tak menghiraukan telinga Wangji yang sudah memerah parah.

Pria itu menahan kepalan tangannya.

Kenapa ia bisa mencintai sosok setidak tau malu itu sih? Membuatnya kadang kewalahan dan ingin membantingnya keatas kasur lalu menindihnya.

Oh, stop Wangji!

Hampir saja ia kehilangan kendali.

Tapi, sudut bibirnya tersenyum misterius.

Mungkin, ia memang harus memberi pelajaran pada kekasihnya itu.

.
.

Sesuai janji Wangji, setelah menyelesaikan latihannya mereka pergi berkencan.

Meski dengan wajah mendung Wei Wuxian, yang membuat Wangji heran.

"Kemana semangatmu pergi? Apa kau tidak suka tempat ini?"

THE BADASS SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang