33

7.3K 928 157
                                    

Holaaaaaaa~
Comment ca va? *ce ileh

Lama banget oy gak nengok kesini sampe lupa alurnya gimana ㅜ.ㅜ

Kalo rada gak nyambung sama chapter sebelumnya mohon maap, karena terlalu jauh kalo harus dibaca dari chapter awal wkwk

Oke bacod,

Happy reading kawan-kawan~

.
.

Hampir lima jam Lan Wangji duduk diruang introgasi bersama seorang penyidik yang tak henti-henti mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan, tumpukan berkas berisi berbagai 'bukti' tuduhan berserakan diatas meja namun Wangji tak sekalipun tertarik untuk menyentuhnya.

Pria berwajah datar itu masih duduk tenang, tanpa sedikitpun rasa tegang tergurat diwajahnya. Bahkan ketika penyidik membentaknya, ia hanya akan menatap balik sampai pria dihadapannya menciut dan berdehem, mengalihkan rasa gugupnya akibat tatapan mengintimidasi Wangji.

"Jadi Tuan Lan, apa kau akan terus bungkam? Semua bukti sudah sangat jelas. Jika kau tidak mengatakan apapun, aku bisa saja langsung menyeretmu keruang sidang dan menjebloskanmu kejeruji besi."  Katanya, hampir frustasi karena terkurung bersama seorang bos mafia selama berjam-jam.

Jujur saja, aura Wangji tidak main-main. Pria yang jauh lebih muda darinya itu memiliki aura yang mencekam yang bahkan sanggup membuatnya melipir takut hanya dengan menatap iris emasnya secara langsung.

"Aku butuh pengacaraku."adalah kata pertama yang diucapkan Wangji setelah lima jam.

Membuat orang-orang yang berada dibalik ruang introgasi yang tengah menyimaknya sedikit bernapas lega, setidaknya bos mafia itu mau bersuara meski harus menunggu selama berjam-jam.

"Kami akan memanggil pengacara-"

"Aku yang akan memanggilnya." Ujar Wangji tegas, memotong kalimat petugas penyidik yang tiba-tiba tergagap, "ta tapi-"

Sebelah alis Wangji naik dengan iris emas yang membidik tepat kemata pria didepannya, "ba baiklah, silahkan."

Oh ya tuhan, bagaimana bisa ada manusia dengan aura menyeramkan seperti itu?

Si petugas penyidik tanpa sadar mengusap tengkuknya yang meremang.

"Pengacaraku akan datang dalam tiga puluh menit." Katanya setelah mengakhiri panggilan, ia kembali duduk dan ruangan kembali diliputi keheningan. Petugas penyidik tak lagi berani bersuara, ia hanya berharap jika pengacara Lan Wangji segera datang agar dirinya terbebas dari aura mencekan sang bos mafia.

Lima menit berselang, pintu ruang introgasi dibuka kasar, menampilkan sang komisaris yang menatap murka pada bawahannya, "batalkan penahanan Lan Wangji, aku bahkan belum menyetujui surat penangkapannya!" Suara beratnya menggema diruangan kedap suara itu, membuat si petugas penyidik tanpa sadar menelan ludahnya dengan susah payah.

"Tapi pak-"

"Apa kau sudah memeriksa keaslian tuduhan itu?"

Petugas penyidik itu bungkam, tak bisa lagi mempertahankan argumennya atas pertanyaan sang komisaris. Lebih jauh lagi, karena dirinya hanya bertugas mengintrogasi tanpa meninjau kembali berkas tuduhan yang menjadi dasarnya untuk mencerca Lan Wangji.

THE BADASS SLAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang