MHDP~16

601 48 0
                                    

Sepanjang perjalanan rose hanya menggerutu sambil melihat keluar jendela, sedangkan Jimin yg mendengar istrinya terus menggerutu pun hanya terkekeh merasa gemas dengan istrinya ini. Tangannya bergerak untuk menggenggam tangan istrinya yg berada di atas paha rose.

Jimin memberhentikan mobilnya di tepi jalan, rose belum juga menolehkan kepalanya walaupun dia tau Jimin memberhentikan mobilnya karna apa dan dia juga sudah tau tangannya sedang di genggam oleh Jimin tapi rasa kesalnya pada suaminya itu masih ada jadi rose memilih diam saja.

"Sayang..."panggil Jimin seraya menarik lengan rose agar menoleh padanya tetapi perempuan itu tidak kunjung juga menoleh yg membuat Jimin harus mengehela nafasnya. "Kamu marah?"tanyanya.

"Pikir aja sendiri"ucap rose ketus, tanpa mengalihkan perhatiannya dari jendela mobil.

"Semenarik itu kah jalanan sampe kamu gak natap aku?"tanya Jimin mencoba untuk bersabar.  Rose diam dia tidak menjawab. "Sayang kalo suami kamu bicara itu liat mukanya bukan ngalihin pandangan kamu, dosa loh itu namanya"lanjutnya.

Rose tetap diam dia masih kesal dengan suaminya itu. "Yaudah oke aku minta maaf deh sama kamu, sekarang liat aku sayang"Rose tetap tidak bergeming. "Roseanne kalo suami kamu bicara itu tatap wajahnya bukan liatin ke arah lain. Kamu mau membangkang sama suami hah?!"bentaknya tanpa sadar.

Rose menoleh menatap Jimin dengan mata yg sudah berkaca-kaca, Jimin yg mengetahui itu segera mengubah raut wajahnya yg tadi tajam menjadi lembut, Jimin yg sudah menyadari ucapannya tadi pun segera menarik rose ke dalam pelukannya dan rose pun terisak di dalam dekapan Jimin.

Entah kenapa rose sangat suka sekali menangis setelah Jimin yg notabene nya adalah suaminya tak sengaja membentaknya dan Jimin juga entah kenapa tidak bisa mengendalikan emosinya jika rose istrinya tidak menuruti ucapannya dan berakhir istrinya yg menangis dan merajuk padanya, bahkan Jimin juga pernah tidak sengaja mengeluarkan kata-kata pedasnya pada rose dan berakhir juga rose mendiaminya seperti saat Jimin sakit waktu itu.

"Maafin aku sayang aku bener-bener gak bisa ngendaliin emosi aku, aku tadi bener-bener gak sengaja kok bentak kamu, aku cuman gak suka kamu gak nurutin ucapan suami kamu. Aku cuman pengen kamu nurut sama aku tanpa bantahan udah itu aja, aku pengen banget punya istri yg penurut sama suaminya dan gak pernah membangkang sama suaminya, aku cuman pengen yg terbaik buat kamu.

Maafin aku sayang aku mohon jangan marah sama aku, jangan diamin aku, aku gak bisa kalo kamu diemin aku. Dan aku juga pengen kamu, kalo suami kamu bicara itu tatap mukanya jangan ngalihin pandangan, Semarah-marahnya kamu tolong jangan ucapin kata cerai aku gak mau kamu tinggalin rose"

Rose menghentikan tangisannya, mendongakan kepalanya begitu pula dengan Jimin yg menundukan kepalanya agar bisa melihat wajah sang istri yg sekarang ini sudah sembab. "Kamu inget bukan ucapan kita waktu itu? Walaupun kita bertengkar hebat kita harus bisa berfikiran dewasa agar masalah kita cepet selesai jangan pergi dari masalah karna itu gak akan buat hubungan kita kembali baik"lanjutnya.

"Aku minta maaf karna gak nurutin ucapan kamu, aku janji lain kali bakalan nurut sama kamu"ucap rose pelan tetapi Jimin masih bisa mendengarnya. Jimin tersenyum dan menganggukan kepalanya lalu mengusap rambut rose dengan lembut.

"Maafin aku juga karna udah sering banget bentak kamu, aku beneran minta maaf sayang"rose menganggukan kepalanya. "Sekarang kita pulang ya! Nanti aku bantu kerjain tugas kamunya"lanjutnya setelah itu melepaskan pelukan mereka.

Mereka pun kembali ke posisi sebelumnya dan Jimin pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tangan kanannya dia pakai untuk menyetir dan tangan kirinya untuk dia menggenggam tangan rose seraya membawa tangan rose untuk menarik dan mendorong tuasnya.

Sesampainya di rumah, sesuai ucapan jimin tadi dia akan membantu rose untuk mengerjakan tugas istrinya itu. Di sinilah sekarang mereka berada di ruangan kerja Jimin, Jimin memangku rose seraya mengetikan sesuatu di laptop milik Sang istri. Sedangkan rose dia juga membantu Jimin jika Jimin menyuruhnya dia hanya duduk di atas pangkuan Jimin dengan sesekali jimin menciumi leher putih rose yg membuat wanita itu tertawa kegelian.

Tanpa sadar rose tertidur dengan posisi menyandar di dada bidang Jimin. Jimin yg mengetahui rose sudah terlelap pun hanya membiarkan rose tetap duduk di pangkuannya seraya menahan tubuh istrinya itu agar tidak terjatuh dan tangan satunya lagi dia pakai untuk mengetikan tugas milik rose.

Tujuh jam setengah Jimin habiskan untuk mengerjakan tugas milik istrinya dan sekarang sudah pukul 8 malam mereka berdua belum makan siang dan makan malam bahkan mereka berdua juga belum membersihkan tubuh mereka. Jimin mengangkat tubuh rose setelah dirinya menutup laptop berwarna rose itu.

Membawanya ke dalam kamar neteka, merebahkan tubuh sang istri dan menyelimutinya sampai sebatas dada. Setelah selesai Jimin pun kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil laptop milik sang istri, membawanya ke dalam kamar mereka dan memasukannya ke dalam tas laptop milik rose.

Jimin masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah membersihkan tubuhnya Jimin keluar kembali dari kamarnya untuk makan malam terlebih dahulu. Setelah dirinya makan malam Jimin pun masuk ke kamarnya kembali dengan nampan yg ada di tangannya, menyimpannya di atas nakas.

"Sayang bangun yuk makan dulu, nanti kamu sakit kalo gak makan. Kamu belum makan waktu siang masa malem juga kamu gak bakal makan? Ayo bangun sayang"ucapnya seraya mengusap pucuk kepala rose dan menciumnya sekilas

Rose membuka matanya dan mendudukan dirinya, tersenyum menatap Jimin yg juga tersenyum menatapnya. "Makan malam dulu ya sayang?! Abis itu kamu boleh tidur lagi, eh mandi dulu deh soalnya kamu belum mandi"ucapnya dengan ledekan juga. Rose mengerucutkan bibirnya merasa kesal.

Rose menyantap makan malamnya di temani oleh Jimin di sampingnya. Setelah habis rose menyimpan piring bekas makannya, Jimin memberikan air putih yg tadi dia bawa ke pada rose dan di terima baik oleh wanita itu lalu di teguknya sampai setengah.

Jimin kembali keluar kamar untuk menyimpan kembali piring cucian itu. Rose yg melihat Jimin sangat memperhatikannya pun tersenyum, sungguh dia sangat beruntung bisa memiliki suami seperti dokter Jimin itu, udah tampan, dewasa, pintar, perhatian, punya usaha sendiri lagi, komplit deh ya...walaupun suaminya itu tipe yg Possesiv tapi dia tetap menyayanginya dan dia akan tetap mencintainya sampai kapan pun.

🍃🍃🍃

Hallo guys seperti biasa gue ingetin kalian buat jangan lupa vote dan comen cerita gue dan juga buat baca juga semua karya gue kalo kalian gak bisa Nemu kalian bisa cari di akun gue dan jangan lupa juga buat di vote dan comen ya guys.

Oke! See you next time.....


My Husband Doctors Possesiv [END] (SUDAH TERBIT DI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang