Rose memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen miliknya, tujuannya hanya ke apartemen nya agar Jimin dan keluarnya tidak bisa menemukannya, ya walaupun nanti ketiga sahabatnya akan mengetahui tempatnya tinggal untuk sementara waktu ini.
Keluar dari mobil, setelah dirinya mengeluarkan koper dan barang-barang nya yg lain, rose pun berjalan memasuki gedung besar itu. Saat pertama kali rose masuk ke dalam gedung itu banyak yg menyapanya dan membungkuk hormat karna sebagian orang yg tinggal di gedung itu adalah karyawan nya di caffe.
Memasuki lift dan menekan tombol nomor 17 atau menuju lantai tempatnya tinggal. Pintu lift tertutup otomatis, selama menunggu pintu lift terbuka rose memainkan ponselnya untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak memikirkan kejadian kemarin.
Ting~
Pintu lift terbuka rose mematikan ponselnya setelah itu keluar dari lift dan berganti orang lain yg memakai lift itu, berjalan mencari nomor kamar apartemen yg sudah lama dia tinggali berbulan-bulan, memang setelah menikah rose jadi jarang sekali berkunjung ke apartemen nya jadi dia agak sedikit lupa dengan nomor kamar apartemen nya.
Rose tersenyum manis setelah dirinya menemukan nomor kamar apartemen nya, nomor 235. Segera rose menekan pin yg masih dia ingat di kepalanya, setelah itu pintu pun terbuka dan rose kembali berjalan memasuki kamar apartemennya, menutup kembali pintunya.
Pandangannya mengelilingi setiap ruangan yg tampak masih sama seperti lima bulan lalu saat terakhir kali dia mendatangi apartemen nya satu hari sebelum hari pernikahannya. Senyum getir dia terbitkan. "Mungkin apartemen ini bakal jadi tempat kamu besar nak"gumamnya lirih seraya mengelus perutnya yg mulai sedikit membuncit karna kandungannya sudah memasuki bulan ke satu.
"Mama janji bakal rawat kamu sampai kamu punya keluarga sendiri, mama gak akan pernah tinggalin kamu sayang. Kamu sekarang adalah harta mama nak, mama gak menyesal pernah menikah dengan papa kamu, mama akan rawat kamu tanpa bantuan dari papa kamu.
Mama tau setelah ini pasti papa kamu akan bahagia dengan wanita lain selain mama, mama ikhlas papa kamu bahagia walaupun bukan mama penyebab dari kebahagiaan papa kamu, sekarang ini kebahagiaan mama hanya kamu nak. Tumbuh sehat ya anak mama di dalam sana"ucapnya sendu.
Rose menghela nafasnya, menghapus air matanya yg tadi sempat keluar, menggeret kembali kopernya berjalan menuju kamarnya.
Ceklek~
Membuka pintu berwarna putih itu perlahan, berjalan pelan memasuki kamarnya dengan sesekali mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya, senyum sendu dia terbitkan. Mendudukan dirinya di tempat tidur yg tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil juga, cukup untuk tiga orang dewasa.
Mengusap seprai bermotif bunga mawar biru itu dengan perlahan, air matanya kembali menetes. Entah kenapa semakin dirinya melupakan semua perlakuan Jimin dan semua kejadian yg selama ini dia alami malah semakin membuat dirinya mengingat kembali dan membuat hatinya kembali merasakan sakit.
"Kenapa? Kenapa sulit buat lupain kejadian itu? Apa gue bisa lupain kesalahan Jimin sama gue? Apa gue bisa maafin Jimin setelah apa yg dia lakukan selama ini sama gue?! Kenapa rasanya masih sakit? Tolong! Tolong pergi dari ingatan gue, kalian malah bikin gue semakin sakit.
Tolong, tolong pergi dari pikiran gue. Gue cuman pengen hidup bebas tanpa memikirkan perlakuan yg udah kalian buat sama gue, gue cuman pengen menjauh dan mengikhlaskan orang yg gue sayang bahagia sama orang lain, tapi kenapa malah gue yg gak bisa bahagia walaupun di perut gue bakalan tumbuh malaikat yg bakalan jaga gue nantinya?!"
Rose mulai terisak, menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya, dia tidak bisa seperti ini terus jika dia masih seperti ini! Bagai mana dengan kesehatan kandungannya? Dia tidak bisa terus-terusan seperti ini, dia harus bangkit tidak boleh terus memikirkan hal yg mungkin membuat dirinya akan setres nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Doctors Possesiv [END] (SUDAH TERBIT DI E-BOOK)
Non-FictionRoseanne, gadis cantik pemilik suara merdu yg memiliki prinsip 'tidak akan mengenal pria atau dalam maksud, tidak akan berpacaran terlebih dahulu sebelum dia mencapai cita-citanya dan membahagiakan kedua orangtuanya' tetapi prinsipnya itu harus ia k...