MHDP~38

419 34 5
                                    

Jimin keluar dari kamarnya berjalan menuruni tangga dengan memasang wajah datarnya. Saat dirinya sudah berada di ruang tengah tiba-tiba ada tangan yg memeluk lengannya, dia sudah tau siapa yg memeluknya terbukti dengan wajah datarnya yg sangat kentara.

Melepaskan pelukan Cindy pada lengannya paksa dan menatap tajam wanita itu, sedangkan Cindy? Wanita itu mengerucutkan bibirnya lucu tetapi menurut Jimin itu menjijikan. "Kok kamu gitu sih Jim sama aku?"ucapnya dengan suara yg di buat-buat seraya kembali memeluk lengan Jimin manja.

"Kamu mau kemana sayang? Aku ikut ya? Kalo kamu gak boleh aku ikut nanti baby nya ngambek loh sama kamu"tanyanya dengan bibir yg di majukan kembali.

"Bukan urusan kamu dan cukup jangan panggil saya seperti itu, bukan kah saya sering bilang sama kamu kalo saya sama sekali gak suka sama kamu dan kamu harus ingat kalo saya sudah punya istri"Cindy memberenggut kesal mendengar ucapan Jimin.

"Wanita jahat itu apa masih pantas kamu sebut sebagi istri? Bahkan istri kamu tadi udah celakain aku! Kamu liat sendiri kan nih tangan aku yg terluka karna dia? Dan Kamu masih menganggapnya istri?"ucapnya kesal seraya menunjukan tangan kirinya yg terdapat luka sayatan yg sebenarnya hasil karyanya sendiri.

"Saya tau tapi walaupun begitu rose masih istri saya dia ibu dari anak saya. Sejahat-jahatnya rose dia tetap istri saya, saya tidak bisa menceraikan dia di saat dia masih mengandung anak saya"Cindy berdecih.

"Persetan dengan anak yg ada di kandungan wanita jahat itu, kamu gak tau aja mungkin itu bukan anak kandung kamu bisa aja dia main sama laki-laki lain selain kamu dan anak itu mungkin anak laki-laki lain bukan anak kamu"

Jimin mengepalkan tangannya dia tidak terima istrinya di tuduh main dengan laki-laki lain dan anak yg ada di kandungan rose itu bukan anaknya. "Tau dari mana kamu kalo itu bukan anak saya? Apa kamu ada bukti kalo bayi yg di kandung rose bukan anak saya?"tanya Jimin dengan rahang yg sudah mengetat pertanda dia sedang menahan emosinya.

Cindy tersenyum sinis. "Bukti? Kamu pasti udah tau buktinya, kalo dia tiap hari sering keluar dan pulang suka larut malem, apa itu bukan bukti? Di tambah lagi rose selalu pake dress kalo keluar, ya walaupun bukan dress ketat tapi tetep aja kalo mau ke club itu pasti selalu pake dress kan?!.

Dan kamu tau?! Tadi dia juga keluar pake dress, aku juga tadi sempet tanya dia mau kemana?! Dan dia jawab itu bukan urusan aku terus waktu aku larang supaya dia gak pergi karna dia lagi hamil tapi dia malah bentak dan caci maki aku bahkan dia mau pukul aku lagi kalo gak tadi aku menghindar"

Ucapannya yg tentu saja itu adalah bohong, Cindy mengatakan yg sebaliknya. "Cukup Cindy jangan membicarakan yg tidak-tidak, rose pergi bukan ke tempat yg kamu maksud dia hanya pergi ke rumah teman-temannya. Saya membiarkan kamu tinggal sementara di rumah saya itu karna kamu adalah sahabat SMA saya dan saya juga tau hubungan kamu dengan keluarga kamu, jangan menuduh istri saya yg tidak benar Cindy"

"Apa? Siapa yg bilang aku bohong? Aku gak bohong kok Jim kalo kamu gak percaya ayo kita cari rose, kita buktikan kalo aku gak bohong"tantangnya.

"Tidak usah repot-repot, saya bisa cari tau sendiri dan jangan buat hubungan saya dan istri saya semakin renggang Cindy"ucapnya menggeretak. Mengeratkan pelukannya pada lengan Jimin dan menatap Jimin dengan tatapan memelasnya.

"Kalo gitu kamu anterin aku yuk ke mall buat beli perlengkapan baby, kasian kan kalo baby lahir nanti gak punya baju?! Kan anak kita dua bulan lagi mau lahir masa kamu tega gak beliin baby baju sih sayang?"ucapnya seraya mengelus perutnya yg buncit.

"Berhenti mengatakan bayi itu anak saya Cindy! Saya tidak merasa pernah menyentuh kamu"elak Jimin, Cindy mendengus kesal.

"Yaudah iya, kalo gitu ayo anterin aku ke mall beli perlengkapan baby"ajaknya lagi. Jimin menghela nafasnya pasrah, jika seperti ini dia juga tidak tega jika harus sahabatnya pergi sendiri dengan keadaan berbadan dua seperti ini. Jimin bergumam sebagai jawaban, setelah medengar persetujuan Jimin Cindy pun berteriak senang lalu menarik Jimin agar ikut dengannya.

My Husband Doctors Possesiv [END] (SUDAH TERBIT DI E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang