18. Bolehkan Merindu?

1.5K 185 5
                                    

"Diumur aku yang ke 54 tahun, aku mau minta sesuatu ke kamu mas."

"Apa? 54 tahun, kamu udah tua banget dong?"

"Iya udah tua banget. Tapi gak mungkin dong kalau udah keriput, kan awet muda. Perawatan juga lancar terus hahaha."

"Iya, iya. Saya juga gak yakin kalau kamu nanti tua keriput. Secara di mata saya kamu tetap yang tercantik."

"Halah kebiasaan kamu mas. Kok suka sih bikin anak orang merona malu? Hemm, ihh kok jadi gemes sih aku sama kamu."

Wulan tersenyum manis saat melihat Azzam tengah berdiri menatap lurus kearah taman belakang rumah. Ini kali pertama di hari ulang tahunnya, Azzam menetap di rumah tanpa ada kesibukan dari rumah sakit.

"Lagi mikirin apa mas?" tanya Wulan dengan tangannya yang menyentuh lengan Azzam.

Azzam tersadar dan segera bergerak membuat jarak antara dia dan Wulan.

"Kenapa?" tanya Azzam.

Pria itu menghela napas panjang, dia harus segara mencari kesibukan agar tidak berlama-lama menetap di rumah. Azzam hanya tidak mau Wulan salah mengartikan keberadaannya.

"Saya habis ini mau ke rumah sakit. Ada training buat koas stase bedah. Kalau Ashi cari saya, bilang aja saya pulang malam soalnya nanti pasti makan waktu yang banyak."

Wulan mengangguk singkat, harapannya jatuh sebelum meninggi.

Tanpa menunggu lagi respon dari Wulan, Azzam segara meninggalkan wanita itu dan bergegas berganti baju, dan pergi ke rumah sakit.

Sedangkan Wulan, hanya tersenyum getir. Ulang tahun ke 40 tahun ini, tetap masih sama seperti ulang tahun dari 12 tahun lalu. Azzam hanya memberikan kado ulang tahun sehari setelah hari H nya.

Kali ini Wulan tidak akan berharap lebih pada Azzam yang akan memberikannya kado spesial. Itu cukup mustahil mengingat selama ini hanya kado pada umumnya yang dia dapatkan. Seperti tas, sepatu, baju, perhiasan dan hanya seputar itu saja.

Ucapan pun, hanya 'selamat ulang tahun' sama di setiap tahunnya.

"Bu, ada mbak Jihan di depan." ucap pembantu rumah tangga pada Wulan yang masih setia berdiri di tempat.

"Cari mas Azzam pasti dia. Suruh tunggu aja, aku panggilin mas Azzam dulu."

Wulan beranjak, dia menaiki tangga menuju ruang kerja suaminya, yang tak lain yaitu Azzam.

Pertama masuk terlihat sepi, dan terdengar suara air dari dalam kamar mandi. "Lagi mandi." monolog Wulan.

Niatnya langsung pergi dari sana, tapi tumpukan kotak kecil di pojok ruangan menarik perhatiannya.

"Apa sih itu, kotak-kotak itu apa? Sampai kardus besar kayak gitu kok gak muat nampungnya."

Tapi Wulan sadar diri, dia tidak berani mendekat. Apalagi ketika pintu kamar mandi terbuka, muncullah sosok Azzam lengkap dengan pakaian formal nya.

"Ngapain kamu?"

Wulan mencoba tersenyum, "Ada Jihan di bawah, dia nyariin kamu mas."

"Ya."

°•°•°•°•°


Azzam Pov

"Om, bisa gak sih kalau hari Kamis aku enggak datang ke rumah sakit. Izin gitu, bisa gak? Boleh gak?"

Saya belum menjawab, anak ini jarang sekali meminta sesuatu. Tapi sekalinya meminta, kenapa minta libur?

"Kenapa kamu Han?"

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang