47. Berakhir & Memulai

1.7K 223 15
                                    

3 Bulan Kemudian

Dua kasus perceraian sudah berada di sidang terakhirnya. Setelah 1 bulan menjalani mediasi diantara sepasang suami istri. Namun upaya mediasi itu tidak berhasil meluluhkan hati penggugat untuk mengurungkan niatnya.

Terlebih Arum, yang memutuskan lanjut meskipun saat mediasi hatinya sangat bimbang dan berat. Sakit saat diingatkan masa-masa bahagia selama masa pernikahan.

Sedangkan Azzam dan Wulan, tidak ada hal yang menjadi alasan untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Beda kasus jika dengan masa mediasi bersama Syasya. Dulu, waktu satu bulan mediasi sangat digunakan sebaik-baiknya oleh Azzam. Mulai dari mengenang memori indah sampai mengajak wanitanya berbaikan.

Jika bertanya tentang Ashi, anak malang itu tidak bisa menjadi pondasi rumah tangga Azzam dan Wulan. Bahkan 2 bulan sebelum adanya gugatan cerai, Azzam sudah berbicara baik-baik tentang niatnya berpisah dengan Wulan.

Meksipun awalnya wanita itu menolak, tetap saja dia harus pasrah saat teringat dirinya adalah wanita paling jahat di dunia.

Pada akhirnya, semua yang dicuri dari orang lain, pasti akan hilang dari genggaman.

"Terima kasih dan maaf untuk 12 tahunnya mas. Aku tahu aku itu wanita pendosa, tapi pendosa ini ingin meminta pengampunan dari kamu. Pengampunan untuk semuanya, termasuk menghancurkan rumah tangga mas dan mbak Syasya."

Wulan tidak berani menatap wajah Azzam. Baginya terlalu malu, dia begitu tidak pantas mendapatkan maaf dari Azzam maupun Syasya.

Setelah dua perceraian menjalin sidang bersamaan dan terputus kata resmi bercerai, baik Arum, Rizky dan Wulan serta Azzam mengikhlaskan semaunya. Termasuk 12 tahun yang sia-sia.

Meskipun berat.

Arum yang memilih berpisah, serta Rizky yang tidak bisa menahan wanita itu. Kejujurannya membawanya pada penyesalan semakin dalam, sudah mendapati kecewa dari semua orang. Dan sekarang telah ditinggalkan oleh istri tercinta.

Anak-anaknya pun tidak bisa berbuat apa-apa saat ibunya memutuskan bercerai. Tidak mau menghakimi sang ayah, biarlah Tuhan yang akan menghukum pria itu. Hukuman yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya.

"Ya, aku memaafkan mu. Mulailah hidupmu dengan baik, cintai pria yang tepat dan jangan sekali-kali mempertahankan cinta pada pria yang sudah beristri. Seram, ini semua menyeramkan. Jangan lagi masuk kedalam jurang yang sama." balas Azzam. Dia memberi sedikit nasehat. Entah diterima atau tidak oleh mantan istrinya tersebut.

"Terima kasih nasehatnya, dan juga 12 tahun mas mau menjadi ayah untuk seorang anak yang bahkan bukan darah daging mas sendiri. Tolong jangan merubah sikap jika bersama Ashi, benci aku tak apa. Tapi jangan Ashi."

"Tentu, saya tidak keberatan jika dia tetap menganggap saya sebagai ayahnya. Karena saya pun akan tetap menganggap Ashi itu putri terakhir saya setelah Syarin. Saya tulus menyayangi anak itu, jaga dia baik-baik. Beri pengertian, dan jangan lupa jangan pernah membentak dia. Itu peringatan ya dari saya." Azzam tersenyum pada Wulan. Hari ini, detik ini pun pertama kalinya Azzam memberikan senyum tulus pada wanita itu.

Mungkin, inilah waktu yang dinantikan oleh Azzam. Dimana dia tidak merasa canggung lagi, berbicara panjang, dan tersenyum pada Wulan. Karena selama pernikahannya, mereka seperti dua orang asing, ah tidak. Lebih tepatnya Azzam yang merasa mereka tidak perlu berbicara panjang lebar atau mengobrol dan berpergian diwaktu weekend.

Ya mungkin karena alasan kenapa mereka menikah membuat Azzam canggung dan terkesan cuek meskipun dia menafkahi Wulan secara finansial. Bukan batin!

"Kalau begitu aku pamit pergi. Ashi udah nunggu di rumah, niatnya kita mau menetap di Sudan. Sekalian juga, soalnya ada temen yang nawarin pekerjaan kontrak disana."

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang