57. Mereka Pergi Tanpa Kembali

1.9K 232 19
                                    

2 Minggu sejak kepergian Azzam dan Syasya ke  Labuan Bajo. Mereka berdua memutuskan menetap satu Minggu lagi, dikarenakan belum cukup puas berlibur berdua.

Syarin yang mendapat kabar seperti itupun turut senang, menyaksikan kebahagiaan kedua orang tuanya. Dan niatnya besok adalah hari kepulangan Azzam dan Syasya.

"Gimana Sya, masih sibuk ngurus surat pindahan dan persiapan ke Kanada?" tanya Abas, pria itu mengambil duduk disebelah adiknya.

"Iya kak, kurang beberapa bulan lagi masa koas selesai. Harus prepare dari sekarang, takutnya kalau dadakan jadinya amburadul semua. Oh iya, masih sempat gak sih kalau kak Abas temenin aku ke Kanada. Dua hari aja enggak lama-lama kok, temenin pendaftaran sampai cari tempat tinggal di sana." ucap Syarin, dengan meta fokus ke depan.

Perempuan itu tidak banyak berharap, karena dia juga tahu istri dari kakaknya tengah mengandung. Yang artinya diwaktu dia minta temani ke Kanada, kandungan Alya memasuki usia tua.

Berat jika harus memilih menemani istri atau sang adik.

"Kakak lihat nanti ya. Tapi kakak usahain bisa." putus Abas dengan yakin.

Tak mungkin juga minta temani Azzam, karena diapun masih harus disibukkan pasca pelepasan para koas. Jadi, satu-satunya orang yang sekiranya bisa dia mintai ikut ya Abas.

"Papa sama Mama pulang besok ya Sya?"

"Iya kak." jawabnya, kembali fokus mengerjakan sesuatu di laptop.

"Kita bakalan dapat adik enggak ya Sya, waktu Papa sama Mama balik dari Labuan Bajo. Gimana gitu kalau beneran dapat adik, vibes nya kayak anak sendiri pastinya." cetus Abas keterlaluan halunya.

Sedangkan Syarin yang mendengarnya hanya bisa tertawa dalam hati. Apa-apaan, adik?

°•°•°•°

Pesawat penerbangan NTT-Jakarta hilang kontak pada 12.45 WITA waktu setempat.

Sudah dua jam sejak mendapati kabar mengejutkan itu. Syarin yang mendapat informasi sangat terkejut dan ketakutannya membuncah.

Dia masih di rumah sakit, bersama Alfred disampingnya.

"Papa enggak bisa dihubungi mas. Gimana ini, kayaknya mereka penerbangan nanti sore deh mas. Jadi itu--"

Perkataan Syarin terhenti, pandangannya kosong dan pikirannya penuh akan ucapan kedua orang tuanya yang dirasa cukup membingungkan sekaligus aneh.

Alfred yang melihat itu, tidak bisa berkata-kata. Tak lama Afnan datang bersama dengan Jihan.

"Sya, aku dapat kabar dari Papa ku kalau daftar penumpang pesawatnya terdaftar nama Om sama Tante. Soalnya kebetulan Papa dinas di sana seminggu ini, jadi begitu ada kabar dari Mama, Papa langsung ke bandara." Jihan memberitahu, berharap Syarin segera sadar kalau semua ini nyata.

Bagaimanapun juga, Jihan sendiri tidak percaya jika harus mendengar kabar jatuhnya pesawat yang ditumpangi oleh kedua orang tua sepupunya.

"Sya." panggil Afnan. Namun perempuan itu tetap diam membisu.

Alfred masih berbicara dengan seseorang ditelepon, namun matanya tak lepas menatap wajah Syarin yang masih terlihat shock.

"Oke, terima kasih." ucap Alfred, lalu mematikan sambungan teleponnya.

"Dokter Afnan saya baru saja dapat tiket pesawat ke sana. Tolong, atasi dulu pekerjaan saya, saya janji akan pulang cepat setelah ini." pinta Alfred.

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang