7. Seorang Ayah Ingin Anaknya Bahagia

2.2K 196 8
                                    

Jika sayang itu banyak macamnya. Maka seluruh macam itu, saya jadikan satu untuk saya curahkan pada bidadari cantik saya, Syarin.
______________

Pagi ini, keadaanku tidak bisa dibilang baik-baik saja. Semalam, mama begitu mengkhawatirkan ku dan memintaku mengatakan, kemana saja aku sampai membuatnya khawatir. Mama juga mempertanyakan, kenapa wajahku sembab dan penampilan ku berantakan.

Sempat mama berpikiran macam-macam, tapi dengan cepat kak Abas menghentikannya. Bahkan, semalam aku tidur bersama kak Abas, dikamar pria itu.

Kak Abas takut, jika nanti mama tiba-tiba menghampiri ku dan memintaku mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun, aku bisa mengatakan, rasanya tidak untuk saat ini.

Selain aku tak ingin membahas perihal dokter Azzam, aku juga tak mau mama kembali mengingat pria itu. Pria yang dicintainya sampai saat ini.

Dan sekarang, dengan sangat terpaksa aku memaksakan diri untuk ke rumah sakit. Bagaimanapun juga, aku harus profesional. Mengingat, besarnya biaya yang kak Abas keluarkan sampai aku bisa mencapai titik ini.

Huft, semua ini demi kak Abas dan mama. Hanya itu saja, rasanya egois pada diri sendiri sekali-kali tak akan jadi masalah.

"Sya, yakin?"

Sudah lebih dari 15 kali aku mendengar pertanyaan yang sama terlontar dari bibir kak Abas. Dia begitu mengkhawatirkan ku.

Aku menatapnya sesaat, sekarang kami masih berada di dalam mobil.

"Iya, baik-baik aja kok kak."

"Pulang aja yuk, gak yakin kakak kalau kamu disana bakalan gak nangis. Pulang aja ya?"

Aku memejamkan mata, apapun tentang dokter Azzam, pasti aku akan menangis. Cengeng memang, tapi mau bagaimana lagi? Aku juga manusia, perempuan pula.

"Sya, pulang ya?"

"Kak, meskipun dokter Azzam adalah dokter pembimbing Syarin. Bisa gak bisa Syarin harus profesional, karena ini menyangkut masa depan Syarin. Syarin gak mau gagal dalam program koas, hanya karena dokter pembimbing Syarin itu dokter Azzam. Syarin gak mau bikin usaha kak Abas untuk biayain pendidikan Syarin selama ini, jadi sia-sia. Percaya sama Syarin, meskipun Syarin nanti sakit hati atau nangis lagi, Syarin cuma rindu sama dia. Gak lebih kok, percaya ya?"

Aku melihat kak Abas mengembuskan napas panjang, mungkin dia frustasi karena aku yang keras kepala.

"Oke, tapi kamu harus janji satu hal sama kakak."

"Apa?"

"Jangan nangis lagi, jangan terpuruk lagi. Kamu tahu Sya? Satu tetes air mata kamu, menandakan kakak udah gagal jadi seorang kakak sekaligus ayah untuk kamu."

"Kakak sayang kamu Sya. Meskipun selama ini kakak itu nyebelin, suka buat kamu marah, suka bikin kamu bad mood. Sejujurnya, itu cara kakak buat nunjukin kasih sayang kakak ke kamu. Mungkin kelihatan gila, tapi hanya itu yang bisa kakak lakuin."

Huaaaa

Dengar kata kak Abas niatnya sih mau nangis, mau mewek. Tapi gak tahu kenapa kok malah pingin ngakak. Mungkin baru pertama kali dia bilang kayak gitu.

Ah udahlah, kasihan juga kalau aku malah ngakak sekarang, kan gak sinkron sama keadaan.

Tapi, karena kak Abas. Mood ku yang semula buruk, sekarang perlahan mulai membaik.

"Syarin gak janji ya kak. Tapi Syarin usahain, assalamualaikum." ucapku sekaligus salam.

Sebelum keluar dari mobil, aku sempatkan tersenyum kecil untuk kak Abas. Aku tahu, saat ini pria itu tengah gelisah memikirkannya tentang dokter Azzam.

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang