10. Peri kecil di Kamar 405

2K 216 21
                                    

Ternyata masih ada seorang anak perempuan yang jauh lebih menderita selain aku. Ditinggalkan ayah rasanya masih berada di level terendah, daripada tak diinginkan sebelum lahir di dunia oleh seorang ibu kandung.
___________

Hari ini aku mendapatkan shift malam secara tiba-tiba. Mungkin bisa dibilang exclusive karena ini perintah langsung dari dokter Afnan, selaku dokter pembimbing ku selama aku menjalani program koas.

Awalnya aku ingin menolak, mengingat jika jam 11.30 waktu shift ku habis. Dan berniat menjaga mama setelahnya, karena beliau menjalani rawat inap di rumah sakit ini. Itung-itung juga bergantian jaga dengan kak Abas. Aku merasa bersalah ketika kemarin malam mendapati kak Abas menjaga mama, seraya mengerjakan pekerjaan kantor.

Shift malam ini sepertinya di khususkan untuk menjaga satu orang saja. Karena dokter Afnan bilang kalau aku harus berjaga di kamar 405.

Hmm, sedikit merepotkan ketika dokter Afnan harus rapat demi keberlangsungan pasien yang akan menjalani operasi dan aku harus berjaga khusus untuk kamar rawat nomor 405.

Kenapa harus aku?

Katanya dia hanya bisa mengandalkan aku untuk saat ini. Dan percaya aku mampu menjalankan perintahnya. Apalagi dia menggunakan embel-embel 'Kamu kan anak profesor Azzam, kalau kamu telodor ngejalanin perintah saya, kan nanti bisa saya pertanyakan'

Huft sebenarnya aku kesal saat dia mengatakan aku anak profesor Azzam, katanya. Tapi fakta itu juga tak bisa dipungkiri.

Tapi untungnya, di rumah sakit ini yang tahu status ku hanya dokter Afnan dan Jihan saja. Coba yang lainnya, bisa-bisa mati muda karena stress aku.

Sekarang, udah hampir setengah jam dari kepergian dokter Afnan. Dan aku masih stay duduk, dan tak berniat menuju kamar rawat nomor 405.

Aku masih menimbang-nimbang, meksipun aku mengiyakan tetap saja aku masih sedikit ragu. Sekaligus bertanya-tanya, siapa yang bakalan aku jaga?

Keluarganya kah? Karena ini perintah exclusive dari dokter Afnan langsung.

Aish, memikirkannya semakin membuat kepalaku bertambah pening saja. Dengan sekali menarik napas panjang, aku bangkit dari duduk. Memperbaiki penampilan dan menyambar tas kecil serta map coklat--laporan rekap pasien.

Setahuku, kamar 405 ada di lantai atas, ruang IGD. Yang artinya pasien dengan tingkatan penyakit yang serius.

Sebelum itu, aku harus pergi ke resepsionis terlebih dahulu. Tak sopan saja jika misal langsung pergi ke sana, sekaligus mengatakan ini perintah dari dokter Afnan. Sehingga jika ada yang melihat aku disana, aku tidak dikira sedang berbuat yang enggak-enggak.

"Permisi, kamar rawat 405. Dimana?" tanyaku, meskipun aku tahu letaknya dimana, karena ini pertanyaan sebagai awalan basa-basi, ya sudahlah.

"Lantai atas, memangnya Anda siapanya pasien? Bukankah Anda itu koas baru di sini ya?"

Aku mengangguk kecil,

"Pasien kamar 405 itu pasien pasca operasi. Udah koma hampir 3 tahun ini. Selaku wali satu-satunya dari pasien, menolak kunjungan, baik itu sebentar atau lama, dan mengaku keluarga atau teman dekat dari walinya. Kalau ingin berkunjung, lebih baik meminta izin terlebih dahulu." jelasnya.

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang