Ini semua salah dokter Afnan, aku dapat makian pun ya karena dia. Dan gilanya dia diam saja saat aku dilabrak oleh mantan istrinya. Dimana otaknya?
Sampai sekarangpun aku masih kesal, selepas pulang dari acara jalan-jalan yang kacau itu, aku mengurung diri di dalam kamar hotel. Dan keluar pun ya tadi saat acara training dimulai. Itupun aku membatasi diri dari dokter Afnan.
"Are you okay?"
Aku melihat kesamping, ternyata dokter Selena yang mengajakku bicara. Dan dia itu salah satu dokter yang pernah menangani kasus darurat bersama papa.
Aku bangga, bisa mempunyai papa seperti papa Azzam. Dia orang yang hebat, dan disini tidak tanggung-tanggung, papa memperkenalkan aku kesemua rekan dokter dan Professor jika aku adalah putrinya.
Alhasil mereka semua berdecak kagum, karena aku adalah orang yang sama dengan orang yang kemarin mereka puji karena presentasinya. Akupun senang, aku juga tidak pernah berpikir jika disini malah papa banyak dikenal orang.
Dokter bedah profesional, itulah julukan papa.
"Oh, I'm fine. Only fatigue, therefore a little lack of concentration." jawabku. Dan untungnya dokter Selena tidak kembali melontarkan pertanyaan.
Acara malam ini berjalan dengan lancar, sedari tadi aku mencari sosok papa yang hilang dari pandanganku. Namun, saat melihatnya tengah berbicara dengan pria dan wanita paruh baya, aku berjalan mendekatinya.
"Papa."
Sepertinya dia terkejut, terlihat jelas dari reaksinya saat aku panggil.
"Ah sayang, mencari papa?"
Aku mengangguk, detik berikutnya papa memperkenalkan ku pada dua orang dihadapannya.
"Syarin, kenalkan ini Mr dan Mrs Weasley. Mereka pasangan sesama profesi, dokter bedah. Mereka hebat, sudah melakukan operasi sebanyak ratusan kali dan di negara-negara lainnya." ucap Azzam.
Aku melemparkan senyum kecil kearah dua pasangan baya tersebut.
Mendengar dirinya dipuji, Mr dan Mrs Weasley hanya tersenyum dan selanjutnya datanglah seorang pria berpakaian formal.
"Professor Azzam, This is my son, he is also a surgeon." Mr Weasley memperkenalkan putranya.
Aku tetap diam, mengalihkan pandangan ke seluruh penjuru ballroom, namun tetap fokus mendengarkan pembicaraan mereka. Sampai tiba waktunya papa memperkenalkan diriku.
"Dave, this is my daughter. He's not completely a surgeon yet. However, she is still undergoing a period of co-operation, more precisely a young doctor."
(Dave, ini putriku. Dia belum sepenuhnya menjadi dokter bedah. Namun, ia masih menjalani masa koas, lebih tepatnya seorang dokter muda)"What's your name, future surgeon?" mendengar pertanyaannya membuatku tertawa, sepertinya dia orang yang asik.
"My name is Syarin. Nice to meet you doctor Dave."
"Nice to meet you too"
Obrolan terus terjadi, karena bagiku pun topik yang dibahas lumayan asik. Dan aku sedikit demi sedikit berkomunikasi dengan dokter Dave. Sebaliknya, dia seperti ingin terus mengobrol denganku. Bukan bermaksud percaya diri, tapi itu kenyataannya.
Hahahaha
"My wife and I didn't think that Professor Azzam had a daughter. If this is the case, right if we become relatives?"
(Istri saya dan saya tidak berpikir bahwa Profesor Azzam memiliki seorang putri. Jadi kita bisa menjadi menjadi kerabat?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Cinta 2
RomanceTeringat perkataan mama, bila memaafkan adalah sifat orang mulia. Mungkinkah begitu? Ah--memiliki hubungan yang buruk dengan ayah adalah sesuatu yang menyakitkan, tapi mau bagaimana lagi. Andai, andai peristiwa buruk itu tidak pernah terjadi, mungki...