40. Insyaallah ya Dok

1.5K 189 9
                                    

Alfred Pov

Mungkin ini salah, saya sudah terlalu jauh mengagumi perempuan bernama Syarin. Padahal pertemuan awal kami tidak memiliki kesan bagus apapun, yang ada saya malah memarahi dia yang terlambat.

Berlanjut melihat dia menangis sepulang dari rumah sakit, dan terakhir menceramahi dia yang menangis di dekat ruang jenazah.

Dan pertemuan selanjutnya, kami mulai sedikit dekat. Sampai saya yang sepertinya sudah menaruh rasa, jadi was-was seketika. Karena saya tahu dari awal bila Syarin berpegang teguh pada keyakinan yang berbeda dengan saya. Namun, yang namanya perasaan mana bisa ditahan.

Bahkan dengan gilanya saya sengaja membuat dia kesal pada saya, dan menganggap saya adalah orang yang menyebalkan atau mungkin dia membenci saya karena sikap saya itu. Akan tetapi itu semua saya lakukan semata-mata ingin perhatian darinya, dan kata orang pertengkaran lama-kelamaan bisa menjadi rasa nyaman. Siapa tahu kan?

"Jadi ini yang namanya Syarin? Cantik Ya Al, kayak Mami waktu masih muda." Alice--mama saya begitu welcome pada Syarin, sampai membuat perempuan itu nyaman.

Ya meskipun awalnya Mami agak keberatan, perkara pindah agama. Tapi sekarang sepertinya sudah tidak.

"Tante bisa aja, kan jadi malu akunya."

Andai saya tidak menjaga image, mungkin aku sudah tertawa terbahak mendengar respon dari Syarin. Terlalu jujur dan itu terlihat menggemaskan di mata saya.

"Al, Mami mau bicara berdua sama Syarin. Kamu bisa pergi dulu enggak? Kemana gitu, jangan disini pokoknya."

Saya terdiam beberapa detik, ragu juga tapi tidak seharusnya kan saya meragukan Mami saya sendiri? Saya yakin beliau tidak akan menyakiti atau mengucapkan kalimat menyakitkan untuk Syarin. Karena saya kenal siapa Mami saya.

"Ya, kalau gitu aku ke kamar dulu ya Mi. Oh iya Sya, setelah sholat ashar, kita balik ke rumah sakit. Karena saya ada operasi jam 4 sore."

Perempuan itu hanya mengangguk dan saya berjalan pergi meninggalkan dua perempuan beda generasi tersebut.

Biarlah mereka mengobrol sepuasnya, siapa tahu dengan mengobrol bersama Mami, sedikit membuat Syarin memikirkan pinangan saya beberapa hari lalu.

°•°•°•°

Author Pov

"Alfred itu orangnya gigih, apa yang dia inginkan dia akan berusaha mendapatkannya. Dalam konteks ini, Alfred bukan orang yang memiliki obsesi tinggi. Tapi, ketika apa yang dia inginkan tidak bisa dia miliki meskipun sudah berusaha, dia akan mundur. Dan mencoba mengikhlaskannya."

"Ini keempat kalinya dia membawa seseorang untuk dikenalkan pada Mami dan Papi nya. Dan kamu orang keempat itu, Tante harap sih kali ini tidak berakhir tragis seperti yang dulu-dulu."

Alice tersenyum manis, menggapai kedua tangan Syarin dan menggenggamnya dengan erat.

"Berat saat Tante tahu kalau Alfred mau pindah agama. Meskipun berlandaskan niat dan kemantapan hatinya, Tante tetap saja keberatan. Ya, setelah dipikir-pikir, Alfred itu anaknya jarang bahkan enggak pernah loh minta sesuatu sama orang tuanya. Dia pasti berusaha dulu mendapatkan, baru kalau dirasa butuh bantuan, ya baru minta. "

"Karena itu Tante mencoba mengerti kemauan Alfred, yaitu dengan cara mensupport dia dan mengikhlaskan dia jika ingin berpindah agama. Apalagi Papi nya juga sudah mendukung dari awal."

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang