42. YOU Can

1.3K 185 32
                                    

"Kalau orang bucin itu makannya cinta ya. Kalau orang beneran makannya mah yang macem-macem. Modelan apa itu, ngajak nikah kok modal cinta. Nikah itu modalnya banyak, kalau apa-apa modal cinta, makan nasi di tabur garam mah enggak jadi masalah. Tapi kalau aku ya jelas ogah. Orang mie instan aja harganya tiga ribu, nah ini anak orang cuma dihargai dengan cinta."

"Pria yang benar tuh, enggak akan ngajak wanitanya berjuang sama-sama dari nol. Tapi ngajak wanitanya berjuang sama-sama mempertahankan apa yang sudah pria itu dapatkan. Karena mempertahankan lebih sulit dari pada memdapatkan."

Aku hanya diam saja saat mendengar Tante Zizah memarahi anaknya. Ya, saat ini baik Tante Zizah dan om Hafiz berkunjung ke rumahnya. Plus bersama ketiga anak perempuannya, katanya sih yang bungsu mau nikah tapi ya sama pria yang kurang tepat kalau kata orang tuanya.

"Apa sih ma, kok gitu banget. Kan Biya suka sama dia, ya kali putus cuma gara-gara mama sama papa gak suka ke dia. Gitu banget jadi orang tua."

Aku melotot, ternyata sepupu ku ini sudah berani menjalin hubungan yang bernama pacaran? Hello, aku aja takut banget. Ya gimana ya, pandangan setiap orang ke arti pacaran itu beda-beda.

"Lihat Sya, ponakan mu ini. Masa udah berani pacaran, kakak-kakaknya aja enggak ada yang berani pacaran, yang ada langsung lamar langsung dinikahi." ucap om Hafiz. Mama hanya bisa tertawa saja, diantara ketiga sepupuku mereka semuanya perempuan. Dan yang pertama dan kedua sudah menikah, orangnya kalem gitu, lemah lembut.

Kalau yang terakhir ini, astaghfirullah beda banget. Bandel dan sedikit keras kepala.

"Oh iya sampai lupa, ini calon pengantin kok diam-diam aja. Gak ada rencana mau ngapain gitu?" tanya Tante Zizah.

Aku langsung tersedak oleh ludahku sendiri. Calon pengantin apaan?

Ish

Hey, tunggu. Kok sebut aku calon pengantin? Ahh, ini pasti ulah di mulut kompor. Siapa lagi kalau bukan kak Abas. Tuh orang ya, lagian aku kan juga belum ngasih jawaban. Main sebar aja info sepenting itu.

"Hehehe, lagi males ngomong aja Tan. Capek, niatnya sih mau istirahat mumpung pulang awal." jawabku, disertai senyuman manis.

"Loh, ya langsung tidur dong Sya. Kok malah kesini nemuin Tante sama Om, kamu tidur aja. Jadi enggak enak gini kan." ucap Tante Zizah. Aku mengangguk, menatap mama untuk meminta izin pergi dari sana.

Emang dari tadi aku udah ngantuk banget, gak buang kesempatan. Gas aja lah langsung masuk kamar, rebahin diri terus berkelana ke alam mimpi.

drttt drttt

Kan apalagi sih.

Aku menghempaskan tubuh diatas kasur, mengambil ponsel dan membaca notifikasi yang masuk. Astaghfirullah, rasanya kayak orang kena serangan jantung dadakan.

"SYA, gawat. Ada tamu, namanya Afnan, mau LAMAR KAMU katanya!"

Mataku melotot, membaca ulang pesan yang baru saja dikirimkan oleh mama. What? Ini semakin---

Kenapa jadi begini, setelah dokter Alfred dan sekarang ditambah dokter Afnan? Ada apa sih.

Drttt drttt

"Saya di rumah kamu. Tolong jawab IYA ya buat lamaran saya! Saya maksa, kalau nekat jawab enggak, nilai kamu minus semua!"

Udah sinting nih dokter. Setiap ketemu kayak orang musuhan eh tiba-tiba mau lamar aja. Panik enggak? Panik enggak? Ya enggak lah, malah panik banget.

Urusan sama dokter Alfred aja belum selesai, mau ditambah masalah sama dokter Afnan. Enggak bisa apa gitu, diganti misalnya pak Abi yang datang? Bukan dokter Alfred ataupun dokter Afnan.

Inget ya, masalah mantan istrinya yang sempat melabrak aku, masih jadi beban hati loh. Masih sebel aja gitu. Soalnya mantan istrinya nyebelin, dianya juga ngeselin!

"Sya, papa udah dijalan loh. Langsung gas kesini waktu tadi ditelepon mama, bilang kalau ada yang lamar kamu LAGI."

Aku tersentak, melotot pada kak Abas yang dengan sengaja mengejutkan ku. Apa-apaan dia, tiba-tiba muncul enggak ada salam sama sekali. Enggak sopan banget.

"Kak." panggilku. Aku enggan keluar kamar dan menemui dokter Afnan. Berharap kak Abas mau membantu, entah dengan cara apa.

Aku lihat dia menghela napas panjang, dan berjalan kearah ku. "Kakak tahu loh apa yang kamu rasakan sekarang. Tapi, apapun itu ya harus dihadapi. Jangan menghindar apalagi lepas tanggung jawab. Kamu kan bertanggung jawab menjawab lamaran dari dokter Alfred maupun dokter Afnan ini. Apapun pilihan kamu kakak tetap mendukung, entah diantara 2 orang itu atau mungkin kamu tetap mau mengejar pak Abi. Kakak dukung, asalkan jangan menghancurkan kebahagiaan orang lain, demi mendapatkan kebahagiaan kamu sendiri."

"Kak, kalau aku menolak semuanya. Mama sama Papa bakalan kecewa gak?"

"Tergantung, kalau setelahnya kamu bisa mendapatkan kebahagiaan ya mereka bakalan ikut bahagia. Tapi kalau enggak, mereka bakalan kecewa sama diri mereka sendiri karena melihat putrinya belum mendapatkan kebahagiaan. Ini saran dari kakak, pertimbangan dokter Alfred baru setelahnya dokter Afnan. Urusan pak Abi itu belakangan."

Entah apa yang membuatku menangis, rasanya aku ingin kabur. Tidak ingin mendengar niat baik mereka berdua. Aku tertekan, kata orang lamaran itu enggak boleh ditolak karena enggak baik. Tapi gimana kalau aku justru stress sendiri karena lamaran dua orang sekaligus.

Yang pertama aja belum aku jawab, eh ketambahan lagi. Rumit banget sih, cinta ke siapa yang lamar siapa. Apalagi di rumah juga lagi kedatangan Tante dan om beserta anak-anaknya. Keluarga besar banget enggak sih?

Aku terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari kak Abas. "Kamu bisa bayangin perasaan dokter Alfred kalau kamu dilamar dokter Afnan? Kakak enggak tahu antara mereka saling kenal atau enggak, tapi yang jelas mereka satu rumah sakit kan? Kamu coba tebak respon apa yang bakalan dokter Alfred berikan kalau tahu hal ini. Gini deh, lihat diri kamu sendiri. Kamu suka ke pak Abi eh ternyata dia udah punya calon istri. Kecewa?"

"Ya iya lah kecewa." jawabku. Emang bener kan aku kecewa.

"Ya itu. Dokter Alfred bakalan kecewa. Tapi berbalik ke kamu lagi, terserah mau pilih yang mana. Jarang-jarang loh Sya, bisa dapat kandidat calon suami idaman, dokter semua lagi. Mantap lah, tinggal pilih mau yang mana. Udah good looking, good attitude, good rekening pula, kurang apa coba. Beruntung loh kamu itu hahaha."

Dasar kurang ajar. "Lagi gak mood bercanda jadi jangan buat lelucon enggak jelas!"

"Ini enggak lagi bercanda, emang sesuai kan? Tapi kalau cinta mu ke pak Abi ya sulit. Pokoknya pikirin dengan matang, sholat minta petunjuk dan jangan coba-coba mendahului takdir Allah. Kakak tahu ya isi otak kamu itu apa, semua perandai-andaian buruk yang kamu pikirkan, belum tentu jadi kenyataan. So, putuskan mau memilih siapa, sekali-kali pakai logika dan jangan mengedepankan hati. Karena hati kadang cuma bisa menyakiti."

°•°•°•°

Bacaan apapun, yang lebih utama adalah Al-Qur'an

Follow Instagram alivinad

Assalamualaikum Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang