Ada kalanya seseorang akan ditinggalkan oleh sekitarnya, dan hidup sendirian. Maka saat itu terjadi, itulah mimpi buruk.
_____________
Malamnya, usai pulang dari rumah sakit tepat setelah sholat isya. Sepertinya yang aku katakan tadi, hari ini cuma pengenalan saja.
Tapi, yang mengecewakan, direktur utama mendadak ada urusan sampai-sampai jadwal temu dengan anak didiknya ditunda sampai lusa.
Yang artinya, hari dimana aku resmi menjalani masa koas, hari itu juga aku baru bisa berkenalan dengan pembimbing ku.
Menyebalkan memang, tapi itu kesalahan ku sendiri yang sudah teledor sampai membuatnya menunggu.
Ah iya, perempuan bernama Jihan. Ternyata dia perempuan yang baik, dan asik diajak bicara. Kesan pertama bertemu dengannya, dia perempuan baik-baik.
Dan juga Jihan sama sepertiku, berada di stase mayor bagian bedah.
Yang mengejutkannya, pria menyebalkan tadi pagi adalah dokter pembimbing Jihan. Kalau kata Jihan, pembimbingnya itu adalah murid yang paling dekat dengan profesor.
Pantesan, saja.
Tapi sepertinya Jihan enggak keberatan tuh sama sifat dan sikap dokter menyebalkan tersebut. Yang aku lihat malah, mereka terlihat akrab dan--ah ck ck ya jelas lah Syarin, dokter itu kan muridnya profesor, dan Jihan itu ponakannya profesor.
Aish, ngapain juga kan aku mikirin mereka? Kan buang-buang waktu saja, kenal pun enggak. Palingan dengan Jihan yang sekarang berstatus sebagai teman baru.
Tok tok
"Masuk!" suruh ku.
Terdengar suara pintu kamar terbuka, dan menampakkan sosok wanita baya yang tengah berjalan ke arahku.
"Ada apa ma?"
Bukannya menjawab, mama malah duduk diatas ranjang, tepat disebelah ku.
"Enggak papa, mama cuma mau ngobrol aja sama kamu. Lama ya kita gak ngobrol-ngobrol berdua kayak gini."
Aku mengerutkan kening, pertanda bingung. Memang sih kita jarang buat ngobrol, karena sibuknya jadwal aku. Tapi kalau untuk saat ini, aku tahu kalau mama sedang resah atau ada masalah.
Lihat, jari-jari tangan mama saling memilin.
Aku mengembuskan napas panjang, "Ada masalah ma? Kenapa, coba cerita sama Syarin."
Mama hanya tersenyum tipis, seperti ragu untuk memulai pembicaraan. "Ma, kenapa?"
"Gapapa, oh iya. Besok Minggu jadwal kamu free kan sayang? Minggu besok ikut ya ke Bandung."
Aku berpikir, Minggu? Ke Bandung? Kenapa?
"Ngapain ke Bandung?" tanyaku penasaran. Aku meletakkan ponsel diatas ranjang, dan mulai serius memperhatikan mama.
"Kak Abas mau ngelamar anak orang." beritahu mama.
Aku belum merespon, mungkin terlalu terkejut dengan hal itu. Lagipula selama ini kak Abas enggak pernah yang namanya pacaran, atau dekat sama seseorang pun gak ada kabarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Cinta 2
RomanceTeringat perkataan mama, bila memaafkan adalah sifat orang mulia. Mungkinkah begitu? Ah--memiliki hubungan yang buruk dengan ayah adalah sesuatu yang menyakitkan, tapi mau bagaimana lagi. Andai, andai peristiwa buruk itu tidak pernah terjadi, mungki...