"Noonaku yang bersinar seperti matahari di timur tengah~ Haechannie datang!"
Wendy terkejut dengan kedatangan para adiknya. Selama ia dirawat di rumah sakit, ia diminta untuk beristirahat total, belum lagi pihak rumah sakit menyarankan untuk tidak membiarkan adik-adiknya melihat kondisi terburuk Wendy saat awal ia masuk rumah sakit.
Haechan langsung memeluk erat namun lembut tubuh sang kakak. Lalu ada Jaemin yang sudah memanjat naik ke atas kasur supaya bisa berbaring di sebelah Wendy.
"Berhenti memeluknya kau manusia jadi-jadian. Ini kakakku." Usir Jaemin pada Haechan. "Kau yang awas! Ini kakakku! Iya kan noona? Aku adik kesayanganmu kan?" Tanya Haechan sengaja memasang wajah memelas.
"Adik kesayanganku itu Jisung. Kalian tidak masuk kriteria." Jawab Wendy tanpa ragu. Jisung yang tidak mengetahui apa-apa baru paham setelah Jaehyun mengartikannya menggunakan bahasa isyarat.
"Nggh!!" Jisung mengerang senang sembari bertepuk tangan riang. "Kalian jika membuat keributan akan ku usir pulang!" Ancam Rose memberi peringatan. Wendy hanya diam karena sudah biasa dengan interaksi tersebut.
Haechan dan Jaemin langsung menutup mulutnya menurut. Mark yang diam menatap Wendy dari kejauhan, dihampiri oleh Jaehyun.
"Apa kabar?" Tanya Jaehyun basa basi. Mark menoleh kaget kemudian tertawa lemah. "Baik. Tapi... kakakku tidak." Ucapnya sendu. Jaehyun ikut menatap Wendy yang kini terlihat kewalahan mengasuh Haechan, Jaemin dan Renjun.
"Aku bangga padamu. Kau hebat Mark." Mark menoleh bingung. "Aku? Kenapa aku?" Jaehyun hanya bisa tersenyum kemudian mengusap kepala Mark. "Kakakmu bercerita banyak di konseling hari ini tentangmu dan adik-adikmu. Kalian luar biasa."
Wajah Mark berubah menjadi malu. "A-Apa... soal adiksiku pada narkoba?" Tanyanya lirih. Jaehyun tersenyum. "Aku tidak akan bisa selamat jika bukan karena kedua kakak perempuanku, hyung. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka selama ini demi aku dan yang lain."
Mark kini menatap Rose yang sedang berbincang dengan Jisung juga BoA. "Mereka berdua adalah alasan utama kenapa keluarga ini masih bisa bertahan."
Mark merunduk sendu. "Melihat kondisi Wendy noona seperti ini mengingatkanku pada saat Wendy noona atau Rose noona menghalangi ayah ketika menyiksaku..."
Mark menoleh dengan senyuman pahit. "Mereka memelukku atau adik-adikku dan menjadikan tubuh mereka seperti tembok supaya kami tidak sakit. Kadang keberadaan mereka disini seperti diluar nalarku. Mereka bisa bertahan sejauh ini, itu luar biasa."
"Seberapa keras... ayah kalian memukul kalian?" Tanya Jaehyun dengan sangat hati-hati.
"Ayah kami tidak asal memukul, ia menggunakan kekuatan penuh bahkan terparah pernah dengan sengaja memukul kepala kedua kakakku dengan piring atau mangkuk sampai pecah supaya mau melepaskan pelukannya pada kami."
Mark menggelengkan kepalanya. "Apa yang kami lewati sungguh tidak manusiawi. Terima kasih sudah menangkapnya hyung. Aku sungguh-sungguh mengatakannya."
Jaehyun merangkul Mark. "Kami menangkapnya tapi yang berhasil membuatnya menjadi mungkin adalah kakakmu Wendy. Maafkan kami karena telah gagal menjaga kakakmu." Mark menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Hanya itu satu-satunya cara hyung. Kalian tidak perlu minta maaf karena tidak ada yang perlu di maafkan. Terima kasih." Jaehyun menyadari bahwa masih ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Ia diam menunggu sampai Mark mengatakannya sendiri.
"Aku titip kakakku padamu ya hyung."
...
3 hari kemudian, Wendy kembali untuk sesi konseling kedua dan kali ini ia meminta supaya Rose yang menemaninya mengingat teman-temannya di klub tidak bisa hadir karena mereka harus bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CORDOLIUM ✔️
Fanfiction[Wendy/Jaehyun] ;- Wendy, si kakak yang harus menelan seluruh traumanya demi melindungi kelima adiknya dari sang ayah yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Ia harus tetap bersekolah untuk menggapai cita-citanya, bekerja sebagai guru TK juga sebaga...