Part 19

648 149 5
                                    

Jaehyun mengerutkan dahinya ketika melihat sosok yang ia kenal. "Mereka... siapa?" Tanya Jaehyun basa basi pada rekan kerjanya, Kun. "Oh, keluarga dari pembunuh berantai yang akan di eksekusi minggu depan."

Jaehyun membuang puntung rokoknya sedangkan Taeyong dan Johnny saling bertatapan kemudian menyusul Jaehyun yang pergi masuk ke dalam lapas.

"Dia tidak mengabarimu sama sekai Jae?" Tanya Johnny. "Wendy? Kami jarang berkomunikasi diluar jika sedang bertemu langsung." Jawab Jaehyun terlihat tidak mood menjawab. Seperti menahan emosi.

Johnny menatap Taeyong yang lagi-lagi juga menatapnya. "Kukira hubungan mereka tidak serumit ini..." Bisiknya. Taeyong menghela nafas. "Mereka punya kesulitan masing-masing. Jaehyun masih tak bisa lepas dari mendiang kakaknya, Wendy... ya kau lihat sendiri."

Mendengar jawaban Taeyong, Johnny hanya bisa menatap sendu sepupunya itu dalam diam.

...

Wendy dan Rose menggenggam tangan satu sama lain seerat mungkin. Yunho menyadari gestur tersebut kemudian merangkul keduanya. "Aku akan ada disana untuk menjaga kalian. Tenang saja."

Rose tersenyum. "Kami akan baik-baik saja, paman harus siapkan mental paman jika dia berusaha menyerang paman nanti."

...

Wendy dan Rose masuk ke dalam ruang khusus bertemu antara narapidana dengan keluarganya bersama Yunho dan beberapa bawahannya.

Yang Wendy dan Rose tidak ketahui adalah Yoona juga di hadirkan tetapi Yoona mengawasi dari ruang pengawasan.

Tubuh bergetar Wendy hilang ketika bertukar tatap dengan sang ayah. Reaksi diluar ekspektasi banyak orang, terutama Yoona.

Mereka duduk di seberang meja yang mengharuskan mereka duduk berhadapan dari jarak dekat.

"Haruskah pertemuan ini dilakukan?" Tanya sang ayah sarkas. "Maksudmu mengantarmu ke neraka lebih cepat? Tentu saja harus." Jawab Rose tak goyah sedikitpun. Sang ayah tertawa sinis, "Sekarang kau juga berani melawanku sama seperti kembaran sialanmu itu? Hebat sekali."

"Minggu depan kau mati, kau masih tidak ada rasa bersalah atau menyesal sedikitpun?" Tanya Rose tak habis pikir. "Jika aku hidup kembalipun, aku akan tetap membunuh kalian. Terutama kau, Wendy." Ujarnya sembari tersenyum.

"Satu-satunya penyesalanku adalah gagal membunuh kembaranmu di kamar mandi klub kala itu. Akan sangat menyenangkan bisa mati bersama."

...

"Woah... dia gila." Ujar Johnny terkejut sembari memonitor bersama Jaehyun dan Taeyong mengawal Yoona yang sama-sama terkejut.

"Yang harus menjadi pasien dr. Yoona adalah... ayahnya. Bukan Wendy maupun Rose." Timpal Taeyong. "Aku setuju denganmu." Yoona menoleh ke arah Taeyong dan menyetujui apa yang barusan ia katakan.

...

"Informasi menyenangkan. Senang mendengar kau konsisten dengan pola pikirmu." Jawab Wendy sembari menopang dagu dan tersenyum ramah pada sang ayah. "Lagipula sudah kukatakan kau boleh membunuhku karena aku sendiri tidak tertarik untuk hidup panjang."

Wendy menghela nafas kemudian menyenderkan tubuhnya ke kursi. "Bukan salahku kalau orang sekitarku masih menginginkanku hidup. Salahmu kenapa buang-buang sperma untuk membuatku dan Rose sejak awal."

Semua orang terdiam kaget dengan seberapa kontras sifat Wendy ketika sedang berhadapan dengan ayahnya. Yunho saja sampai menganga kaget dengan bahasa yang Wendy gunakan. Sangat bukan Wendy, menurutnya.

CORDOLIUM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang