Part 16

608 141 5
                                    

"Chanyeol...
"Chanyeol!"
"Hey! Chanyeol!"

"CHANYEOL!"

Tubuh Wendy tersentak ketika seperti ada yang meneriakan nama mendiang sang kakak di telinganya ditengah ia terlelap.

Ia bangun dan melihat Rose tidur nyenyak tepat di sebelahnya. Semenjak mereka pindah ke rumah Yunho, mereka mendiami kamar tamu yang berada di basement, dan kasur yang mereka tiduri adalah kasur berukuran queen.

Wendy melirik jam dinding lalu melihat bahwa jam menunjukan pukul 11 malam. Ia yakin ia tak sengaja tertidur karena biasanya ia terbangun dini hari. Ia mengusap peluh di dahinya dan menghela nafas panjang.

"Aku bersumpah demi apapun, apa yang dapat menghentikan mimpi buruk ini?" Gumam Wendy kesal karena lama-lama tubuhnya merasa lelah karena terhentak seperti dipaksa bangun oleh otak yang mengirim false alarm.

...

"UNNIE!" Panggil Wendy dengan lantang ketika memasuki The Vauxhaul. "ANAKKU SAYANG!" Nana meraih tubuh Wendy kemudian membawanya berputar mengudara.

"BERHENTI MENATAP ANAKKU SEPERTI SINGA KELAPARAN KAU PRIA GILA!" Bentak Nana pada salah satu pelanggan yang menatap Wendy tidak sopan. "Unnie!" Wendy menarik jauh Nana menuju ruang backstage.

"Pria cabul, kau tau? Akhir-akhir ini banyak sekali pria cabul yang datang kemari!" Omel Nana dengan gelagat rusuhnya yang menggemaskan menurut Wendy. "Oh, memangnya kemarin-kemarin tidak banyak?"

Wendy tersenyum skeptis karena klub malam mana yang tidak ada pria cabul? Nana ini ada-ada saja.

"Eh? Memangnya pria-pria yang selama ini aku tiduri pria cabul? Oh iya kau benar! Maaf aku lupa." Wendy tertawa lepas mendengar jawaban Nana yang selalu tidak disaring.

"WENDY!" Kuchiia berlari dan langsung melompat ke pelukan Wendy dengan rengekan menahan tangis. "Ya tuhan... kau terlihat sangat sehat sekarang... aku tak percaya ini..." Kuchiia menangkup kedua pipi Wendy dengan mata berkaca-kaca.

"Terakhir kali aku melihatmu babak belur di kamar mandi... aku bersumpah Wendy, aku bersumpah demi segala yang kupunya, aku seperti akan ikut mati melihatmu sekarat kala itu." Wendy tersenyum dan membiarkan Kuchiia terus memandangi wajahnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku bisa selamat juga gara-gara dirimu unnie." Jawab Wendy. Kuchiia menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum sendu.

"Bukan aku sayang... Jaehyun yang menyelamatkanmu. Jika bukan karena tindakan gesitnya juga kepekaan telinganya, suaramu akan tenggelam diantara musik keras klub malam..."

Mendengar nama Jaehyun disebut, hati Wendy seperti tersayat kecil. Ia merasa heran kenapa namanya dan nama Jaehyun kerap bersanding di satu kalimat yang sama secara berulang kali.

Wendy hanya membalas penuturan itu dengan senyuman. "Maukah hari ini kalian datang ke rumah pamanku? Jisung hari ini berulang tahun. Nanti malam kami mau mengadakan makan malam bersama."

Perubahan topik yang mendadak tentu disadari oleh kedua kakaknya tetapi mereka tidak begitu ambil pusing. "Kami? Kau tidak malu mengajakku ke rumah keluarga pamanmu?" Tanya Kuchiia.

"Kau yakin anak-anaknya tidak akan berteriak ketakutan melihat tante bertubuh kekar penuh tato sepertiku?" Tanya Nana serius.

Wendy lagi-lagi tertawa. "Oh ayolah! Kalian tidak akan menakuti siapapun! Dan apa tadi? Malu? Kenapa aku harus malu? Kalian keluargaku!"

"Benarkah? Apa para polisi tampan itu juga hadir disana?" Tanya Nana sedikit bermodus ria. "A-Aku tidak tau... tapi kemungkinan besar iya..." Jawab Wendy tidak yakin.

"Ok aku datang. Berarti kau pulang dengan kami malam ini!"

...

"Woah... tanganmu jauh lebih stabil dari biasanya. Kurasa terapi memang membantu banyak." Puji Bambi ketika menyadari Wendy terlihat jauh lebih stabil dan kesehatan fisiknya pun berangsur membaik.

"Iya... ternyata aku membutuhkannya. Kukira lama kelamaan aku bisa terbiasa dengan situasi buruk di sekitaranku." Jawab Wendy sembari menaikkan kedua bahunya. Bambi mengusap sayang pipi Wendy.

"Aku bangga padamu karena berusaha untuk sembuh dan menjalani hidup dengan cara yang lebih baik... kau melakukan hal yang benar. Mendapat pertolongan bukanlah sesuatu yang salah." Mendengar kalimat bijak tersebut Wendy malah jadi merengut sedih.

"Jangan menangis! Aku mengatakan itu bukan untuk membuatmu menangis!" Bambi buru-buru mengusap mata Wendy yang padahal kering. Wendy tidak menangis, dia hanya merengut kawan-kawan.

"Aku mendapat pertolongan dari kalian semua sebelum aku bertemu dr. Yoona... jika kalian masih tidak menyadarinya." Kini Wendy tersenyum malu.

"Kau baru saja bilang kalau kami, drag queen, pria memakai gaun dengan makeup berkilo-kilo di wajah kami, membantu mentalmu?" Tanya Nana tak percaya. "Kalian bukan hanya seorang drag queen, ayolah."

"Bambi unnie secara teknis seperti ibu yang memastikan aku selamat tiap saat. Nana unnie sudah seperti ibu yang memastikan aku mendapatkan kebahagiaan yang paling tinggi. Kuchiia unnie seperti kakak yang siap membantuku kapan saja. Mikju unnie seperti kakak yang diam-diam memperhatikanku dan rela melakukan apapun asal aku selamat dan senang."

Wendy menatap mereka sembari menggelengkan kepalanya seperti tidak percaya ia dapat bertemu dengan orang baik di tenpat yang tidak terduga.

"Kalian keluargaku. Sebelum pamanku datang membawa Jaehyun dan keluarganya, kalianlah yang menjagaku. Bahkan kalian memberi makan adik-adikku!"

"Kalian rela mengantar Jisung ke rumah sakit berulang kali ketika aku dan Rose harus menjaga adik-adikku yang lain. Aku tidak akan hidup sejauh ini jika kalian tidak ada. Kalian malaikat bagiku."

Mikju dan Kuchiia sudah meneteskan air mata dan berusaha untuk tidak merusak riasan wajah mereka. Nana dan Bambi terdiam menatap Wendy dengan senyum penuh kasih sayang,

"Kau bahkan tidak menyadari kalau kedatanganmu ke klub ini seperti matahari. Kau datang ketika klub ini di ambang bangkrut." Jawab Bambi. "Ketika kau melamar kerja disini, awalnya kami terdiam kaget. Untuk apa wanita polos secantik dirimu melamar kerja di tempat seperti ini?"

"Tapi ternyata kedatanganmu, membawa keberuntungan kepada klub ini. Kami jadi lebih semangat untuk mempertahankan tempat ini karena kami merasa bertanggung jawab memberi makan dirimu dan adik-adikmu."

Wendy melompat memeluk Bambi dengan erat.

"Terima kasih sudah menerimaku ke keluarga indah ini..." Ucap Wendy ditengah isakannya. Mereka semua berpelukan erat memastikan Wendy merasa aman.

...

"HYUNG!" Mark begitu bahagia ketika melihat Nana masuk melewati pintu rumah. "ANAKKU!" Nana memeluk Mark dengan erat. "Mana anak-anakku yang lain!?" Bambi menyerobot.

"Kami disini~" Renjun dan Haechan melambaikan tangan dari ruang makan bersama BoA yang tersenyum ke arahnya. "Nyonya BoA~" Bambi memeluk erat sang tuan rumah.

"Aku senang kalian bisa hadir di acara makan malam hari ini. Karina! Winter!" Panggil BoA pada kedua anak kembarnya. Mereka datang bersama Jaemin dengan Winter yang berada di gendongannya sedangkan Karina menempel pada kaki kirinya.

"Itu! Kalian punya bibi baru!" Ujar Jaemin pada Winter yang merunduk malu ke leher Jaemin. "Aku yakin mereka akan bertanya-tanya kenapa bibi yang satu ini berbeda dari bibi lainnya?" Ujar Nana sarkas yang kemudian mengundang tawa.

"Aku harus ke dapur untuk membantu Ros-"
"Sebaiknya kau mandi dan membersihkan dirimu kawan."

Haechan menarik tangan Wendy untuk menghentikan sang kakak menuju dapur. "Aku bau ya?" Tanya Wendy dengan polosnya.

"Tidak, tapi kau butuh menyegarkan diri. Noona mau terlihat dekil di hadapan Jaehyun hyung? Tentu tidak! Jadi- AW! AW! IYA AMPUN!"

Wendy sudah menarik telinga Haechan cukup keras. "Kau harus berhenti sebelum aku menarik telingamu lebih keras."

"IYA AMPUN!"

...

CORDOLIUM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang