Jaehyun mulai merasakan mood yang biasa ia rasakan ketika bulan Februari datang. Tidak bergairah, malas, mudah melamun, ia tau itu semua hanyalah sugesti belaka.
Hanya saya ia tidak tau bagaimana cara keluar dari sugesti tersebut. Ia seperti terjebak dan berputar di lingkaran yang sama. Berulang-ulang.
"Jaehyun."
"Hei."
"JAEHYUN!"Panggil Taeyong dengan keras kali ini. "O-Oh?" Jaehyun tersentak kaget dan menoleh bingung. "Kau tidak apa? Barusan aku bilang kalau kau dipanggil oleh Pak Yunho ke ruangannya."
"Ah... baiklah. Terima kasih." Jaehyun bangkit kemudian segera pergi dari meja kerjanya. Taeyong menatapnya khawatir. "Kau kambuh lagi."
...
Tok tok tok
Cklek"Siang pak." Sapa Jaehyun pada Yunho. "Jaehyun, silahkan duduk." Ucap Yunho mempersilahkan Jaehyun untuk duduk di kursi. Jaehyun masuk kemudian duduk.
"Aku perlu kau untuk memberikan berkas ini ke rumah sakit jiwa dimana kakakku berada hari ini, apa kau bisa?" Tanyanya. "Siap, bisa pak." Jawab Jaehyun tanpa ragu. "Baiklah."
Yunho terdiam menatap wajah Jaehyun lekat-lekat. "Kau tak apa?" Jaehyun yang ditanya dengan pertanyaan tersebut dua kali berturut-turut dan hanya berselang beberapa menit, merasa harus lebih pintar menutupi perasaannya.
Ia memaksakan sebuah senyuman yang terlihat sangat tulus. "Saya baik-baik saja bapak. Izin untuk berangkat mengantar berkas." Pamitnya. Yunho menganggukan kepalanya kemudian tersenyum lega.
"Hati-hati di jalan."
...
"Kau mau kemana?" Tanya Johnny. "Aku harus mengantar berkas ke rumah sakit jiwa." Jawab Jaehyun sembari bersiap-siap. "Mau aku temani?" Tawar Johnny. Jaehyun menggeleng.
"Aku tidak akan lama. Titip meja kantor!"
...
Jaehyun sampai di rumah sakit jiwa setelah menyetir selama kurang lebih 45 menit dari kantor polisi. Dari dalam mobil, ia melihat Wendy yang berdiri di depan gerbang seperti menunggu sesuatu.
Jujur Jaehyun terkejut ketika melihat Wendy ada disana. Ketika kau secara tidak sengaja bertemu dengan kekas- bahkan mereka belum punya status jelas karena Jaehyun tidak pernah memintanya, seharusnya ia bahagia bukan?
Tapi Jaehyun merasa risih dan ingin menghindar.
"Shit." Umpatnya karena sekarang bingung harus bagaimana. Ia tidak mungkin tidak terlihat, mobil yang ia pakai ke rumah sakit jiwa adalah mobil polisi. Selain mobil yang mencolok, parkiran juga sepi.
Wendy pasti sudah menyadari sedari tadi tapi tidak sadar kalau dirinyalah yang ada di dalam mobil polisi tersebut.
...
"Wan?" Sapa Jaehyun yang kemudian membuat Wendy terkejut. "J-Jaehyun? Kenapa kau kemari?" Tanya Wendy. Jaehyun menunjukan berkas yang harus ka serahkan. "Pamanmu memintaku untuk menyerahkan berkas ini ke rumah sakit. Kau?"
"Ah... apa itu berkas permohonan supaya keluarga diizinkan menjenguk? Aku kemari untuk menanyakan hal tersebut. Tadi sudah ada suster yang menjawab lewat interkom dan memintaku untuk menunggu." Jawab Wendy.
Wendy akui situasi mereka tidak sama sekali seperti orang yang menjalin hubungan romantis. Saat ini mereka seperti teman biasa yang tak sengaja bertemu di suatu tempat dan Wendy tak berani mengatakan apa yang ia rasakan karena ia yakin, ini fase awal Jaehyun menarik diri dari lingkungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CORDOLIUM ✔️
Fiksi Penggemar[Wendy/Jaehyun] ;- Wendy, si kakak yang harus menelan seluruh traumanya demi melindungi kelima adiknya dari sang ayah yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Ia harus tetap bersekolah untuk menggapai cita-citanya, bekerja sebagai guru TK juga sebaga...