Part 2

916 192 14
                                    

Mereka masih tidak bisa berbincang karena Yunho masih terlihat sangat terkejut dengan kondisi rumah mereka, belum lagi melihat fakta bahwa anak di bawah umur berkeliaran di dalam rumah membawa senapan. Lalu ada Jisung yang duduk di kursi roda terlihat sangat rapuh di dalam situasi kacau ini.

"Kau pasti... terkejut." Rose terlihat sangat canggung tapi kecanggungan ini membuatnya gila. "Apa yang terjadi?" Tanya sang paman.

"Kau tidak tau?" Rose bertanya balik. Yunho terlihat bingung. "Ayah kami? Si pembunuh bayaran?" Tanya Rose lagi. "Oh- untuk yang satu itu, aku tau. Lalu... apa... ini semua...?"

"Ini salah satu rutinitasnya. Dua minggu sekali pasti kembali untuk mencoba membunuh kami semua entah dengan cara apa lagi." Jawab Rose seperti yang sudah pasrah dan sudah kebal pada rasa takut.

"Sejak kapan?" Mendengar pertanyaan tersebut, Rose langsung terdiam seperti yang merenung sedih. "Sejak kepergian Chanyeol... dan sejak ia mengonsumsi narkoba dalam waktu bersamaan tentunya. Berarti sekitar 2 tahun yang lalu."

"Kenapa kalian tidak bilang? Kenapa kalian tidak melapor polisi?" Rose mengerutkan dahinya. "Kami sudah melapor-"

Wendy turun dari lantai 2 dengan mata kiri yang membiru. "Apa ibu memukulmu lagi?" Tanya Rose panik. Wendy menghela nafas kemudian menggeleng. "Aku dilempar piring."

Yunho jadi makin merasa bersalah karena ia melewatkan banyak hal dan tentunya ia merasa gagal menjaga keluarganya sendiri.

"Jadi, ada apa paman kemari?" Tanya Rose.

"Ada banyak hal yang harus aku ceritakan dan aku harap kalian dapat mengerti." Jawab Yunho.

...

Yunho bercerita bahwa anggota keluarganya yang lain menutup-nutupi situasi keluarga sang kakak ternyata sangat jauh dari apa yang diceritakan. Mereka bilang kalau kini keluarga kakaknya pindah tinggal ke Cina setelah sang ayah menjadi buronan akibat pekerjaan ilegalnya sebagai pembunuh bayaran.

Dan sejak 4 tahun yang lalu, Yunho kehilangan kontak dengan keluarga sang kakak secara total. Ia sibuk berkeluarga, ia sibuk dengan pekerjaan, dan yang selalu ia ketahui adalah keluarga sang kakak berada di Cina. Hanya itu.

Sampai akhirnya sang istri, BoA, menanyakan kabar keluarga sang kakak yang sempat ia lupakan. BoA bilang coba cari tau bagaimana keadaannya karena seperti yang kita tau, Wendy memiliki banyak saudara. Secara keseluruhan, mereka 8 bersaudara. 2 perempuan, 6 laki-laki.

Yunho merasa sangat terpukul karena ia baru tau mengenai kabar mengenai Chanyeol, si sulung, meninggal dunia dengan alasan yang belum jelas kenapa, baru sekitar 6 bulan yang lalu. Itupun ia tau dari salah satu sanak keluarga lain yang diam-diam memberitahunya.

Semua sandiwara ini mengisyaratkan bahwa keluarga sang kakak sudah tidak di anggap dan tidak perlu dibicarakan kembali karena dianggap aib. Tapi Yunho ingat kalau sang kakak punya banyak anak, ia tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja setelah mendengar kabar duka yang begitu mendalam.

Akhirnya selama 6 bulan ini ia memanfaatkan fasilitas intel kepolisian untuk melacak keberadaan keluarga sang kakak dan betapa terkejutnya ia ternyata keberadaan mereka tidak jauh dari tempat tinggalnya. Jadi ia memutuskan untuk segera pergi sembari membawa juniornya berniat berjaga jika mereka membutuhkan sebuah pertolongan.

And boy oh boy. They came in a 'right' time.

Rumah berantakan, kaca jendela sebagain besar pecah, tembok bolong-bolong akibat peluru, dan masih banyak lagi. Pemandangan tersebut membuat jantung Yunho seperti jatuh. Ia tidak mengira akan seperti ini. Semua ini diluar ekspektasinya.

"Aku kesini, membawa bawahanku, untuk membantu mengamankan rumah kalian jika memang ternyata situasinya seburuk ini. Bagaimana kabar Bada noona?" Tanya Yunho, menanyakan kondisi sang kakak.

"Mentalnya... sudah tidak baik. Sejak 1 tahun terakhir, ibu makin agresif dan tidak dapat diurus. Akhirnya aku dan Wendy mengurusnya sebisa kami karena kami sendiri harus sekolah sambil bekerja demi adik-adik." Jelas Rose.

Yunho melirik Wendy yang merunduk dengan mata kiri biru membengkaknya. "Jika aku bawa ibu kalian ke rumah sakit jiwa, apa kalian keberatan?" Rose melirik Wendy yang masih merunduk memainkan ujung pakaian lusuhnya.

"Tidak... aku rasa ibu akan lebih tenang dan sehat jika berada di tempat yang aman dan layak..." Jawab Wendy lirih. Yunho menatap iba kondisi buruk Wendy yang duduk tepat di hadapannya.

"Baiklah. Akan segera aku urus penjemputan ibu kalian ke rumah sakit jiwa. Untuk sekarang, kalian bersihkan diri kalian selama kami membenahi rumah. Kalian istirahat, aku yakin kalian tidak mendapatkan istirahat sama sekali tadi malam."

...

Yunho menyadari Wendy dan Rose tidak langsung menyeka diri mereka. Hal pertama yang mereka lakukan adalah mengambil adik mereka satu persatu dan memastikan mereka juga mendapatkan istirahat yang cukup pagi itu.

"Renjun! Jaemin! Mandi dan tidur di atas!" Panggil Wendy pada Renjun dan Jaemin yang sedang berada di halaman belakang rumah. Kemudian beralih ke arah Jisung yang melamun di jendela yang berada tak jauh dari meja makan.

"Hai~ Jisung." Wendy menangkup wajah Jisung dengan lembut. Jisung sadar dari lamunannya kemudian tersenyum melihat wajah lembut sang kakak. "Ayo kita mandi, setelah itu kita tidur, ok?" Ucapnya sambil menggunakan bahasa isyarat.

"Bolehkah aku tidur dengan noona?" Tanyanya. Wendy menganggukan kepalanya. "Tentu saja! Noona akan tidur di kamar Jisung."

"Mark," Panggil Wendy pada Mark yang terlihat membereskan beberapa senjata kembali ke basement. "Ya?" Mark menoleh dengan wajah tanpa bebannya. Wendy kadang merasa bersalah karena Mark dipaksa dewasa di usia 18 tahun dimana seharusnya ia dapat bersenang-senang dengan teman sekolahnya.

"Kau hebat sekali tadi malam. Aku sampai terkesima ㅋㅋㅋ" Wendy mencoba menaikkan mood tegang saat itu dan Mark berhasil tersenyum salah tingkah dibuatnya. "Aish noona... tidak dihadapan banyak orang begini..."

Wendy tertawa. "Mandi lalu tidur, arra?" Perintah Wendy. "Ayay kapten! Aku akan tidur dikamarmu jika Jisung meminta ditemani oleh noona. Pakai saja kasurku."

"Mana Haechan?" Tanya Rose terlihat bingung mencari dimana keberadaan adiknya yang satu lagi. "Bukannya dia terkapar di sofa ruang tamu? Oh, ambil senapannya dan taruh ke basement." Jawab Wendy sambil berusaha menggendong Jisung ke punggungnya.

Mark dengan cekatan memindahkan Jisung ke punggungnya karena kasihan melihat kakaknya yang mungil harus menggendong si adik berusia 10 tahun di punggungnya.

"Tolong ya," Wendy mengusap sayang wajah Mark lalu pergi untuk melihat keadaan Haechan di ruang tamu.

...

"Pak, situasinya sangat buruk. Bagaimana bisa mereka bertahan selama ini?" Tanya Doyoung khawatir dan merasa iba dengan seluruh keadaan ini. Yunho menghela nafas. "Yang harus kau ambil dari semua ini adalah, jangan percaya pada siapapun. Keluargaku sendiri mengkhianatiku seperti ini. Kasihan mereka."

"Izin pak, petugas yang akan memasang kaca baru sudah dijalan." Ucap Johnny. "Baik. Sekarang kita bereskan semuanya, jangan lupa periksa seluruh kondisi pintu di lantai bawah apa kuncinya cukup kuat dan berfungsi atau tidak."

Yunho menatap sekelilingnya. "Kita pastikan bajingan itu tidak dapat masuk kesini."

...




Intens emang🥲

CORDOLIUM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang