Sebelum berangkat, Myesha mengikat simpul tali sepatu sedangkan mulutnya sibuk menghisap buah jeruk.
Kemudian berdiri di depan jendela untuk mengikat cepol rambut panjangnya, setelah selesai tubuhnya membungkuk dan mengambil satu buah jeruk yang tergeletak di lantai. Saatnya untuk pergi.
"Myesha!"
Ini bukan panggilan yang pertama melainkan sudah yang kesekian kalinya. Namun, Myesha seakan tidak mendengar, ia selalu mengabaikan panggilan itu.
"Myesha tunggu sebentar Nak."
"Myesha," panggilnya lagi.
Sekarang pria itu sudah berdiri di ambang pintu dengan paper bag cokelat ditenteng olehnya.
"Apa sih, yah?" ketus Myesha.
"Kamu lupa bawa bekalnya, ini ... sudah ayah buatkan nasi goreng kesukaan kamu," ucap Fabiano menyodorkan bekal itu.
"Nggak usah."
Myesha malah pergi mengabaikan pemberian Fabiano yang sangat berharap anak perawannya akan menerima nasi goreng yang ia buat susah payah sejak pagi.
Yang faktanya Fabiano tidak mahir dalam urusan memasak. Mulai saat ini ia harus terbiasa memasak untuk anak satu-satunya. Mengandalkan tutorial di youtube akhirnya nasi goreng itupun jadi.
Fabiano tidak ingin putrinya jatuh sakit apalagi dari semalam Myesha tidak keluar kamar, ia menghentikan langkah Myesha.
"Nanti kamu sakit, bawa bekal ini. Susah payah ayah buatkan ini untuk kamu, besok ayah janji tidak akan telat lagi menyiapkan sarapannya." Fabiano memaksa tangan Myesha untuk menerima makanan itu.
Myesha menarik tangannya dari Fabiano. "Dulu Myesha sakit, Ayah nggak pernah ada. Waktu Myesha kelaparan, Ayah kemana? Apa pernah ayah masak nasi goreng buat Myesha? Nggak pernah, kan? Cuma ada air mineral di meja."
Fabiano langsung menundukkan kepala, berusaha menguatkan diri dengan tangan terkepal. "Maafkan ayah, Mey. Ayah tau saat itu cara ayah salah, ayah mau memperbaiki semuanya, tolong beri ayah kesempatan."
"Terlambat. Myesha udah gak butuh semua perhatian dari ayah. Udah kenyang makan ati," tandas Myesha yang langsung pergi tanpa pamit.
"Myesha!"
"Seenggaknya bawa bekal ini, Myesha. Nanti kamu lapar."
"Nggak mau!" sahut Myesha sedikitpun tidak berpaling.
Fabiano menghela napas sesekali tatapannya melirik ke arah kotak bekal yang telah disiapkannya.
"Kapan kamu bisa maafin ayah, Mey. Bagaimana ayah harus menjelaskan semuanya?"
🕊️🕊️
Myesha berjalan sesuai arah yang ditunjukan GPS meskipun ia tidak pandai membaca arah, namun tetap ia coba. Melewati kompleks perumahan mewah yang searah dengan letak halte bus, ia berhenti sebentar.
"Rumah si cogan itu pasti di sekitaran sini." Ia mengintip pekarangan salah satu rumah mewah, sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.
Untuk mengisi kegabutannya, remaja SMA itu nikmat menghisap buah jeruk tak lupa ampasnya ia buang sembarangan menyisakan jejak sampah di sepanjang jalan.
Saat Myesha memuntahkan ampas jeruk terakhir ke tempat sampah, langkah seseorang datang dari arah belakang bersamaan dengan adanya tangan yang membuang ampas beserta kulit jeruk yang Myesha buang di jalan tadi.
"Bukan monyet kan ya? Kalau merasa bukan monyet, buang sampah pada tempatnya!" titah cowok berperawakan lebih tinggi darinya. Myesha menyipit lalu menoleh ke arah orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha (Revisi)
Novela Juvenil[⚠️HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️] Attantion: Cerita ini aku publish ulang ya guys karena lagi tahap revisi, cmiiw "Kenapa? Takut gue rebut Myesha dari lo?" "Itu niat lo?" Kaivan menggertakkan giginya sementara tangannya mengepal, bersiap aka...