Louis memutuskan untuk pergi ke rumah si kembar. Setelah dipikir dua kali jika Louis pulang ke rumah dan berniat menolak untuk berkenalan dengan putri rekan kerja ayahnya bisa-bisa namanya di coret dari kartu keluarga.
Layaknya rumah sendiri, Louis selonong menaiki tangga menuju kamar Kairav atau Kaivan. Tetapi, Louis tidak senakal itu. Ia tetap sopan ketika tadi berpas-pasan dengan Katrina dan sempat menyalami tangan bunda si kembar. Katrina tak bisa menahan tawa, ia tahu anak itu sedang kacau suasana hatinya. Terlihat dari bibirnya yang melengkung ke bawah seolah-olah anak kecil yang tidak dibelikan es krim.
Gubrak!
"Aaahh kamjagiya!" kaget Gustaf dengan bahasa korea yang sudah melekat di lidahnya.
Kairav yang sama kagetnya segera mengecek smartwatch untuk memastikan jika detak jantungnya dalam kondisi normal.
"Lo nggak papa, Kai?" tanya Kaivan ketika tahu Kairav tiba-tiba memegang dada sebelah kirinya.
"Dasar lopis nggak tau diri lo! Rusak dah tembok kamar gue!" Kairav langsung berdiri ditengah-tengah aktivitas belajarnya.
Kaivan langsung menggelangkan kepala sambil tertawa kecil. Anak itu lebih mementingkan keselamatan dinding kamar daripada jantungnya sendiri.
"Ada masalah apa sih? Dateng-dateng heboh banget." Kaivan memusatkan seluruh perhatiannya kepada Louis. Nampaknya anak itu seperti sedang dilanda masalah besar.
"Lo inget kan sama cerita lebay perjodohan gue sama anak temen bokap gue itu?"
"Hmm, terus?"
"Lo mau tau nggak tuh anaknya kayak apa?"
"Hmm. Kayak apa?"
"Cantik sih. Tapi... nauzubillah min dzalik. Gue nggak mau dijodohin sama dia! Udah jutek, nyebelin, kelakuannya kayak preman pula," ucap Louis mendramatisir keadaan.
"Pffftttt..." Gustaf mencoba menahan tawanya tetapi gagal. "Cocok sih... anak manja dapetnya modelan preman auto mental shock."
"Diem lu anaconda, gue lagi down nih. Orang mah dihibur kek malah di ketawain."
"Orang kayak lo itu emang kudu di ketawain dulu baru ditolongin. Nggak afdol kalau nggak kayak gitu," sahut Kairav. Seolah ia puas sekali mentertawakan penderitaan Louis.
"Kali ini gue setuju sama lo, Kai." Gustaf mengajak Kairav untuk tos tangan tetapi tidak diiyakan, Kairav malah menatap dingin tangan Gustaf. Pada akhirnya Gustaf membalas tos tangannya sendiri.
"Yaudah kalau keberatan lo tinggal jujur aja sama bokap lo, simple dan masalah kelar," saran Kaivan.
"Simple? Bisa diusir gue. Masalah warisan gue mah nggak peduli dah. Asal jangan diusir, mau tinggal di mana gue?" rengek Louis seperti bayi.
Kaivan menghela napasnya. "Seterah lo saja lah. Gue udah kasih solusi. Awas aja lo bilang nggak ada yang peduli di sini, gue gorok tuh leher."
"Udahlah ngapain sedih-sedih sih. Sini main game sama gue," ajak Gustaf.
Daripada merenung yang tak ada faedahnya sama sekali lebih baik menerima tawaran Gustaf untuk bersenang-senang. Dengan begitu ia akan dengan mudah melupakan semua kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha (Revisi)
Ficção Adolescente[⚠️HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️] Attantion: Cerita ini aku publish ulang ya guys karena lagi tahap revisi, cmiiw "Kenapa? Takut gue rebut Myesha dari lo?" "Itu niat lo?" Kaivan menggertakkan giginya sementara tangannya mengepal, bersiap aka...