09. Teror

91 51 64
                                    

Ponsel Hanum terpental jauh sesaat setelah Hanum meminta pertolongan Myesha. Cowok bertopeng itu tertawa seram, dia juga yang melempar ponsel Hanum.

Hanum segera mencari alat pemukul seperti kayu lalu mengancam laki-laki itu. "Pergi jangan deketin aku!"

Ketika ditantang cowok itu justru semakin terbawa nafsu. Hanum salah besar karena telah berurusan dengan cowok topeng itu dan memancingnya ke tempat ini. Sekarang posisinya terpojok terlebih di daerah perkebunan yang sepi dari aktivitas penduduk.

"Pergi atau aku pukul!"

Saat cowok itu tertawa semakin membuat bulu kuduk Hanum berdiri. "Santai. Jangan galak-galak dong."

"Mau kamu apa?!"

"Lo."

"Aku bilang jangan berani mendekat! atau aku pukul!" ancam Hanum sesekali menodongkan senjata tumpulnya.

Sebongkah kayu tentu tidak berarti apa-apa bagi cowok itu. Ia merampas dan mematahkan balok itu menjadi dua. Hanum tak bisa lagi berkutik, cowok itu mengunci tubuh Hanum hingga gadis itu dapat merasakan tiap hembusan napasnya.

"Sejak kapan lo di sana?" bisik cowok itu seraya mencengkram dagu Hanum.

Hanum menepis wajahnya, namun tak berani menatap sosok itu. "Siapa kamu sebenarnya?"

"Jawab!" Cowok itu menampar pipi kiri Hanum sampai tersungkur saking kerasnya tamparan itu.

Di sana Hanum menemukan kembali ponselnya di mana ada video saat cowok topeng itu menumpahkan cairan dari jerigen. Hanum yakin, cowok itu mengincar barang bukti itu. Oleh karena itu, Hanum membuang ponselnya secara diam-diam.

"Aku tau, kamu penjahat. Ada masalah apa sampai kamu mau bakar rumah orang," desak Hanum.

"Lo nggak perlu ikut campur. Serahin hp lo!"

"Nggak akan."

Cowok itu menginjak tangan Hanum secara sadis. "Mana hp lo?!"

Masih merintih kesakitan, Hanum tetap harus mempertahankan barang bukti itu. "Nggak ada!"

Hanum menjerit semakin kencang saat cowok itu mengeluarkan semua tenaganya unuk menginjak telapak tangan Hanum.

"Masih mau ngelawan?"

Gadis itu tetap keras kepala meskipun rasanya seperti tangan itu ingin putus. Hanum yakin, Myesha pasti menolongnya. "Sampai kapan pun aku nggak akan serahin hp itu."

"Tambeng!"

Bugh!

Pukuran keras kali ini mendarat di wajah Hanum hingga meninggalkan bekas memar di tulang pipi Hanum.

Gadis yang telah babak belur itu menatap tajam cowok yang disebutnya penjahat. "Silahkan kamu mau bunuh aku sekalipun, aku akan tetap bawa penjahat ke tempatnya."

"Oke. Kalau itu mau lo." Ia mengeluarkan pisau belati hingga bunyi ketajaman pisau itu terdengar begitu nyaring. Hanum hanya bisa pasrah, memejamkan mata.

"Lepasin teman gue, brengsek!"

Cowok itu menoleh ke sumber suara begitupun dengan Hanum yang berani membuka mata setelah mendengar suara tegas itu.

Myesha tertawa karena sebal. "Yang benar aja, berapa kali gue ketemu cowok bertopeng. Berani lawan gue sini, anjing."

Pisau belati itu dilipat oleh sang empu. Sekarang ia tertarik dengan perempuan sok berani yang tiba-tiba datang seakan pahlawan.

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang