Untuk apa berharap pada manusia jika endingnya hanya memberi rasa sakit yang menyesakkan dada.
-Myesha Arabella-
Cara Myesha menatap kedua tangannya sendiri seperti penuh dosa. Gemetar hebat di tangannya tak bisa dikendalikan hingga sapu ijuk yang digunakan untuk memukul Kairav pun terjatuh.
“Kaivan,” Myesha menutup mulut sakit terkejutnya dia.
“Van, maafin gue. Gue nggak tau kalau itu lo, gue kira peneror yang waktu itu.” Myesha meraih tangan Kairav yang dia kira adalah Kaivan. “Maafin gue, tolong maafin gue ya, Van.”
Alis Kairav mengernyit tampak seperti orang marah jika dilihat dari segi pandang Myesha. Padahal laki-laki itu sedang bertanya-tanya dengan apa yang baru saja didengar.
“Kaivan?” cowok itu tersenyum getir, tangan Myesha pun ditepis kasar olehnya.
Meskipun begitu Kairav tidak langsung menyimpulkan ke hal yang negatif, mungkin saja Myesha sulit membedakan antara wajah Kairav dan Kaivan.
"Van, lo marah sama gue?" Suara Myesha bergetar hebat seolah akan menangis. Jujur, ia hanya takut Kaivan marah.
Kairav mencoba menetralkan emosinya. “Lo pikir gue Kaivan?”
“Ha—hah?” Myesha semakin dibuat bingung oleh perkataannya.
Lagi-lagi Kairav tersenyum lantas mengangguk beberapa kali. “Oke, gue paham sekarang.”
Persetan tentang kalimat aneh yang dilontarkan cowok itu. Semakin besar rasa bersalah Myesha ketika melihat memar tercetak jelas di pergelangan tangan Kairav. Sekuat itu memang saat Myesha memukul sampai-sampai memar itu membiru hampir mengeluarkan darah.
“Sebentar, gue ambil obat dulu."
Melihat kepergian gadis itu, tubuh Kairav langsung terduduk di lantai. Ia mentertawakan dirinya sendiri. "Gue merasa dibodohi diri gue sendiri. Pantas Myesha nggak mau mengakui keberadaan gue ternyata di belakang itu semua ada Kaivan.”
Kairav menarik sudut bibirnya. “Miris.”
Myesha kembali dengan membawa sebaskom air dan kain. Kairav menatap intents gadis itu. Ia tak bicara apapun selama Myesha mengompres pergelangan tangannya.
"Van, lo jangan marah ya. Sekali lagi gue minta maaf. Gue nggak sengaja, gue pikir lo maling."
Keduanya sempat eye contact. Myesha meneguk salivanya susah payah. Baru kali ini ia ditatap setajam itu oleh Kaivan.
"Gue mau tanya sesuatu sama lo?" Akhirnya Kairav mau berbicara juga. Meski ucapannya terdengar agak menyeramkan.
"Ada sesuatu yang beda dari gue nggak?"
Dengan perasaan deg-degan Myesha menjawab dengan sekali menggeleng.
“Dari sisi pandang lo, gue ini siapa? Terus lo tahu apa aja dari gue?”
Alis Myesha mengernyit. Tentu terdengar aneh bagi Myesha yang belum mengetahui bahwa Kaivan memiliki saudara kembar. Sejak tadi yang ditanyakan selalu saja soal siapa dia.
"Dan apa aja yang lo tahu tentang Kaivan? Jawab gue!"
"Kenapa hal sepele kayak gitu aja mesti ditanya sih? Ya jelas lo Kaivan, orang paling baik, paling humble, paling care yang pernah gue temuin. Cuma itu yang gue tahu. Cukup jelas? Apa perlu gue sebut nama lengkap lo?”
“Okey...." rahang Kairav nampak mengeras untungnya tersembunyi berkat senyumannya. “Lo benar, gue Kaivan.”
“Tapi apa lo tahu tentang gue, Bel? Apa lo masih inget gue? Atau yang ada diingatan hanya cowok nyebelin yang lo temui di halte bis?”
"Emangnya ada apa, Van? Kenapa lo tanya begitu?”
“Sakit Bella. Lo terus terusan panggil gue dengan sebutan Van. Selama ini gue cari lo. Gue berjuang buat menjadi teman, sahabat bahkan lebih dari itu dengan cara gue sendiri. Hasilnya malah gagal. Cara gue terlalu pengecut, gue akui itu.”
Di situlah letak kelemahan Kairav. Ia terlalu gengsi, lebih mementingkan ego sekedar untuk mengungkapkan perasaan. Jika saja ia bertindak secara terang-terangan mungkin situasi akan berubah.
"Sakit ya?" tanya Myesha masih saja mengompres memar Kairav.
"Sakit lah. Segala nanya," ketus Kairav.
"Lo masih marah? Gue nggak sengaja, serius."
Kairav membuang pandangannya. "Nggak, kesel doang.”
Myesha menahan senyumnya. Sekarang, dia sudah paham dengan ekspresi itu. “Ternyata cuma ngambek.”
K
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha (Revisi)
Ficção Adolescente[⚠️HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️] Attantion: Cerita ini aku publish ulang ya guys karena lagi tahap revisi, cmiiw "Kenapa? Takut gue rebut Myesha dari lo?" "Itu niat lo?" Kaivan menggertakkan giginya sementara tangannya mengepal, bersiap aka...