21. Sweet moment

44 21 32
                                    

Suara pintu diketuk terdengar sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian, suara cowok memanggil namanya yang didahulukan dengan mengucap salam.

Malam ini akan menjadi sweet moment bagi Myesha karena first time Kaivan mengajaknya jalan-jalan malam. Yang artinya sama dengan dating bukan?

Dua jam sebelum Kaivan datang, Myesha sudah siap dengan riasan wajah natural dan outfit casual. Myesha bergegas ke depan cermin sesaat setelah memastikan bahwa yang datang itu adalah Kaivan.

Myesha berlenggak-lenggok di depan cermin lalu menjentikkan jarinya sambil mengedipkan sebelah mata. "Perfect. Gila cantik banget gue kalau udah dandan gini," puji Myesha pada dirinya sendiri.

Sementara pintu utama terbuka, muncullah seorang pria paruh baya dengan beberapa helai uban di kepalanya.

"Assalamualaikum, Pak. Saya Kaivan temannya Myesha." Kaivan dengan sopan menyalami tangan Fabiano. "Myesha-nya ada di rumah, Pak?"

"Waalaikumsalam. Ada keperluan apa malam-malam begini kamu mencari putri saya?"

"Kalau bapak mengizinkan, saya ingin mengajak Myesha jalan-jalan sebentar saja."

Fabiano menoleh ke jam dinding di belakangnya. "Mau pulang jam berapa? Ini saja sudah jam delapan loh."

"Tidak akan lama, Pak. Tapi kalau bapak tidak mengizinkan tidak apa-apa."

Fabiano menelisik tubuh Kaivan dari atas sampai bawah. "Ini sudah malam. Nggak baik anak perempuan keluar sama laki-laki."

"Ayah!" wajah cemberut Myesha mendatangi Fabiano. Lantas menjauhkan Ayahnya dari Kaivan.

"Ayah segala ngomong begitu. Tolong kali ini jangan halangin Myesha. Kaivan anaknya baik kok."

Ketimbang mendengar protesnya, perhatian Fabiano lebih ke tangan Myesha yang melingkar di tangannya. Pria itu tersenyum bahagia. Sudah lama Myesha tidak menyentuhnya seperti itu.

"Pokoknya sebelum jam 12 Myesha udah pulang, janji deh. Boleh ya?" Dan kalimat-kalimat memohon itu seolah-olah Myesha mulai mengakui dirinya sebagai ayah.

Heran melihat Ayahnya hanya tersenyum, Myesha pun memalingkan wajah kemudian tersenyum ke Kaivan. Bibirnya pun bergumam, "sebentar ya."
Kaivan mengangkat satu jempol.

Namun, yang tak disangka oleh Myesha adalah ketika tiba-tiba Fabiano memeluknya erat sambil berucap terima kasih berulang kali.

"Ayah lepasin Myesha nggak!" bisik Myesha berusaha melepaskan diri. Sejujurnya Myesha malu diperlakukan seperti anak kecil apalagi di depan laki-laki yang dia sukai.

"Sebentar, ayah udah lama nggak peluk kamu kayak gini." Fabiano mengelus rambut Myesha lalu mencium puncak kepalanya. "Terima kasih ya sayang. Ayah bahagia sekali."

Tiga kata di kalimat terakhir berhasil meluluhkan hati Myesha. Gerakan tangan Myesha seakan ingin sekali membalas pelukan itu tetapi ia tidak bisa melakukannya.

Pada akhirnya, gengsi Myesha lebih tinggi dari perasaan yang sebenarnya. Myesha mendorong pelan tubuh Fabiano. "U-udah ah. Lebay tau nggak. Jadi boleh nggak Myesha pergi sama Kaivan?"

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang